66. Wewe Gombel (1)

140 7 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu semenjak pertarungan kami melawan Ifrit. Kini kami sudah kembali ke kostan dan menjalani hidup kami seperti biasa.

Sesuai dengan penjelasan dari Pak Budi, kami memang mendapatkan harta warisan dari Kakek Chandra yang jumlahnya cukup besar.

Namun sampai sekarang kami masih belum menggunakan uang itu untuk keperluan kami, karena ada rasa tak enak hati jika uang warisan itu kami pakai untuk hal yang tidak penting.

Sementara untuk warisan yang diberikan pada Pak Wira, kami gunakan untuk membangun sebuah restoran dan pertokoan agar para karyawan Pak Wira dapat melanjutkan hidup tanpa perlu berhubungan dengan hal gaib lagi.

Sementara Angga, ia memutuskan untuk pergi menenangkan diri. Aku merasa kepergian anak itu bukan hanya sekedar menenangkan diri, melainkan juga untuk berlatih jadi lebih kuat lagi.

Milo, anjing Bahutai yang ditinggalkan oleh Kakek Chandra sekarang mengikuti Angga. Entah ia sekarang menjadi khodam barunya atau tidak.

Karena sejauh yang kutahu, para Indagis hanya bisa memiliki satu khodam saja. Meskipun masih tidak menutup kemungkinan juga ada Indagis yang punya khodam lebih dari satu.

Sementara Maya, selain sibuk dengan kuliahnya. Ia juga sibuk melatih kemampuan Indriyanya, ia tidak ingin pengorbanan Kakek Chandra dan Pak Wira menjadi sia-sia.

Sementara aku, sampai sekarang masih tidak tahu cara mengembangkan kemampuanku lagi. Ditambah, aku juga tidak tahu di mana lokasi pusat dari kerajaan gaib Nusantara bawahan Ifrit.

"Nusantara terdiri dari ribuan pulau, dari Sumatra hingga ke Papua. Mana mungkin semua pulau itu ku cek dan ku telusuri!" Gumamku dengan perasaan jengkel.

Belum dihitung dengan wilayah perkotaan dan pegunungan di masing-masing pulau. Bisa makan waktu seumur hidup cuma buat nyari info doang.

"Andai saja sekarang ada lawan yang kuat, yang juga punya informasi soal kerajaan gaib milik Ifrit. Pasti semua akan jadi lebih mudah," pikirku.

Di saat aku sedang melamun memikirkan hal itu. Tiba-tiba Maya datang sembari membawa seorang pria dewasa dengan wajah yang kusut.

"Praja, sepertinya kita mendapatkan tugas baru!" Ucapnya.

***

Kini Bima dan Nayla juga sudah berkumpul di ruang tamu, siap untuk mendengarkan kasus baru yang akan kita selidiki.

"Jadi apa yang bisa kami bantu, pak?" Tanyaku.

"Nama saya Rudi, saya ke sini untuk meminta bantuan kalian untuk mencari anak saya yang telah diculik oleh Wewe Gombel!" Jawab pria yang bernama Rudi itu.

"Anak saya menghilang seminggu yang lalu, banyak warga sudah mencarinya, namun sampai sekarang masih tak ditemukan!"

Penjelasan darinya membuat kami semua terbelalak, sebelum akhirnya Bima angkat bicara.

"Maaf pak, tapi apakah Anda yakin bahwa anak Anda diculik oleh Wewe Gombel? Kenapa gak coba lapor polisi dulu?" Tanya Bima.

"Ada beberapa hal yang membuat saya yakin bahwa Wewe Gombel merupakan pelaku penculikan anak saya. Pertama, ada desas-desus bahwa daerah yang saya tinggali merupakan daerah yang angker dan sering muncul penampakan Wewe Gombel!" Jawab Pak Rudi.

"Kedua, setiap malam saya sering mendengar putri saya muncul sambil memanggil nama saya, namun setiap kali saya mencarinya, saya tidak menemukan siapapun di dalam rumah!" Jelasnya lagi.

Aku pun mengangguk paham, sejujurnya ini baru pertama kalinya bagi kami menghadapi kasus dari Wewe Gombel. Tapi kami akan berusaha keras untuk menyelesaikan kasus ini secepatnya.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang