"Hari ini adalah peringatan kematian Liza, bagaimana bisa Zen tidak ada disini?" ujar Azeson dengan marah, acara akan dimulai jam 7 pagi tapi Zen belum juga pulang dari semalam.
"Bagaimana caramu mengurus mereka?" ujar Azeson kepada Joshua
"Bukankah para pelayanmu yang mengurus anak-anak ku?" Joshua balik bertanya
"Zen dan Ren sudah berada dirumah ini sejak berumur 3 tahun, dan mereka sekarang sudah berumur 18 tahun, berarti sudah 15 tahun kau menjaganya" cibir Joshua
Azeson hanya diam saja, karena menyadari ucapan Joshua adalah sebuah kebenaran.
"Sangat berbeda sekali dengan Ren" ujar Azeson kemudian.
Joshua tak menyahut saat Azeson membandingkan kedua anaknya, sementara itu Joshua mendengar suara pintu utama terbuka, dan menandakan ada orang yang datang.
"Akhirnya kau ingat pulang" ujar Azeson saat melihat sepasang manusia masuk kedalam rumah.
"Dan apa yang kau lakukan? kenapa kau mengikuti Zen?" ujar Azeson memarahi seorang gadis yang berdiri didekat Zen.
"Apa mata kakek sudah buta, aku dan Zen baru saja pulang dari sirkuit motor milik Zen, kami lelah, berhentilah mengomel"
Zen mengabaikan perdebatan antara Alexa dan kakeknya, Azeson. kedua mata Zen menatap seorang pria paruh baya yang duduk berdekatan dengan Ren.
"Siapa dia?" tanya Zen pada Ren.
"Papa" jawab Ren dengan singkat
"Owh... ternyata aku punya orang tua, kupikir aku lahir dari batu atau semacamnya" cibir Zen
Joshua hanya diam saja, dalam hatinya menyesal karena anaknya sendiri pun tidak mengenali siapa orang tuanya.
Keluarga Russell memiliki kebiasaan aneh, setiap cucu harus tinggal bersama kakek mereka, dan tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan orang tua mereka, itulah yang dirasakan Ren, Zen, dan juga Alexa, sementara Austin, dia memilih ikut bersama ibunya di luar negri, dan tidak diizinkan untuk datang menginjakkan kaki di rumah Russell.
Zen tidak mengenali siapa orang tuanya, karena setiap kali Joshua datang, Joshua hanya bertemu dengan Ren, karena Zen sangat jarang berada dirumah, semenjak dipaksa berpisah dari orang tuanya, Zen sama sekali tidak pernah bertanya dimana papanya tinggal, atau penyebab kematian mamanya.
"Gantilah pakaianmu, dan.... "
"Dan apa?" Zen menyela ucapan Azeson, dia tau hari ini dirumah akan ada acara mengenang 18 tahun kematian seorang wanita bernama Liza, dan Zen tidak tau siapa itu, tapi dia sama sekali tidak berminat untuk mengikuti acara itu.
"Jangan paksa aku melakukan hal bodoh ini, aku lelah, biarkan aku dan Alexa beristirahat, dan kalian semua yang ingin beramal silahkan, tapi jangan ganggu ketenanganku"
"Liza adalah ibumu, dan kau tidak menghargainya!?" bentak Azeson
Zen yang awalnya ingin melangkah akhirnya mengurungkan niatnya dan kembali menatap Azeson.
"Benarkah?" tanya Zen pada Joshua, dan Joshua mengangguk.
"Oke, sebelumnya aku ingin melihat lebih dekat pria bodoh yang ternyata adalah orang tuaku ini" ujar Zen sembari berjalan mendekati Joshua
"Jaga ucapanmu, Zen" peringat Ren
"Aku tidak berbica denganmu" sahut Zen
"Sebenarnya, jika aku melakukan hal ini pun, siapa yang harus kusebut, Liza sebagai ibuku, atau sebagai istrinya?" tanya Zen sembari menunjuk Azeson
"Zen, apa yang kau katakan?" tanya Alexa
"Biarkan mereka mengetahuinya sekarang" jawab Zen
Semua orang yang berada diruangan itu menjadi bingung dengan ucapan Zen yang terdengar ambigu.
"Zen.... apa yang kau katakan, nak?" tanya Joshua sedikit bergetar
"Duduklah, dan mari dengarkan ceritaku"
***
To Be Continue