Setibanya di sekolah, Reynard melangkah melewati lapangan sekolah. Menoleh kearah segerombolan anak IPS yang tengah tertawa, entah apa yang lucu di pagi ini.
Langkah lebar ia bawa mendekat ke arah mereka. Matanya bersitatap dengan sepasang mata salah satu cowok disana. Ia memberi isyarat orang itu agar mengikutinya. Tapi si empu malah mengalihkan pandang, seakan tidak peduli. Reynard mengepalkan tangannya. Kemudian ia pergi menuju kelas.
Ia perlu bicara pada Farel, menanyakan kenapa ia menceritakan pertengkaran mereka pada sang Mama. Padahal ia sudah memperingatinya untuk tutup mulut.
Haikal menyadari kepergian Reynard mengrenyitkan dahi.
"Tu anak mau kesini tadi?" gumam Haikal. Segerombol anak yang jumlahnya ada 6 itu menoleh pada Haikal. Termasuk Farel.
"Siapa Kal?" tanya teman Haikal. Haikal menunjuk punggung Reynard yang menjauh dengan dagu
"Tuh,"
Semua mengikuti arah pandang Haikal.
"Mau caper kali!" Jordanlah yang menyahut.
"Iya caper ngajak berantem," sahut Haikal. Farel hanya diam, ia tau Reynard pasti ingin mengajaknya bicara, tapi jujur ia masih malas melihat wajah Reynard.
Farel perlu waktu untuk menenangkan diri. Memikirkan langkah mana yang akan ia pilih dalam hubungannya.
Suara bel berbunyi mengalih pembahasan mereka. Memilih kedalam kelas karena hari ini akan ada guru killer yang mengajar.
Duduk di meja masing-masing, tenang menunggu suara ketukan sepatu yang sebentar lagi tiba di dalam kelas.
Wajah guru laki-laki yang nampak berumur itu tiba dikelas. Meletakkan berapa buku tebal itu di atas meja.
"Kita absensi dulu. Siapa yang tidak hadir?" Tanya guru itu, menelisik semua sudut mencari apakah ada bangku kosong. Ia menangguk paham, lengkap. Tersenyum senang. Si biang bolos juga lengkap didalam kelas.
Tapi senyum itu seketika luntur ketika satu lengan terangkat ke udara lalu terdengar panggilan namanya.
"Pak, izin ketoilet,"
Guru itu memicingkan mata.
"Alasan saja kamu Farel. Mau bolos kan kamu?" tanya guru itu menelisik. Farel menggelengkan kepala.
"Enggak bolos pak. Udah akhir zaman pak, tobat saya. Kemarin udah ngelewatin kiamat tiga kali pak, takut yang keempat nggak selamat, masuk neraka nanti. Eh tapi masuk neraka pun temennya banyak, nggak papa kayaknya. Bapak mau join?" elak Farel. Anak dikelasnya ketawa kecil mendengar jawaban Farel yang ngawur itu. Guru itu menggelengkan kepala, jengah akan tingkah anak itu.
"Kamu sendiri sana. Ya sudah 5 menit ke toilet. Cepat!" perintah guru itu. Farel beranjak namun tertahan karena Haikal kini bersuara.
"Saya juga-" belum sempat Haikal menyelesaikan ucapan sudah terpotong dulu oleh sang guru.
"Diam haikal. Duduk yang tenang, nggak usah ikut ke toilet juga. Kaya anak tk saja ketoilet berdua," Haikal nyengir. Kemudian menoleh pada Farel yang menunjukan jari tengah sambil menjulurkan lidah mengejek. Haikal mendengus, pasti Farel mau bolos.
Farel dengan langkah santai berjalan kearah rooftop. Tentu bolos. Ia butuh ketenangan.
Sambil mendudukan diri di sofa, menyesap rokok, matanya menatap awan yang nampak bergerak dilangit. Ia sesap rokok itu tanpa sadar hampir habis karena melamun.
"Klek" "klek"
Bunyi suara pintu terbuka kemudian tertutup.
Farel melempar sisa puntung rokok yang habis. Menyenderkan punggungnya pada sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOO (BXB)
Teen FictionSlow Update (!)⚠️ Seorang badboy bernama Farelion Damasya dijodohkan dengan seseorang yang beku yang notabene adalah musuhnya sendiri.