Bab 1 : Penculikan

18 6 2
                                    

Kamar bayi itu bagaikan kotak musik mewah. Dindingnya dihiasi wallpaper bermotif bintang berkilauan, lampu tidur berbentuk bulan sabit memancarkan cahaya lembut, dan ranjang bayi berukir kayu jati dengan selimut berenda putih yang lembut. Di tengahnya, Cassie, bayi mungil berusia 5 bulan, tertidur pulas. Pipinya merona bak buah peach matang, bibirnya sedikit terbuka, dan napasnya teratur.

Di luar, Santi mengintip dari balik jendela. Wajahnya pucat, matanya menyiratkan amarah dan keputusasaan yang mendalam. Bibirnya mengerut, membentuk seringai sinis yang mengerikan. Ia merogoh saku bajunya, mengambil kunci yang dicurinya dari saku celana pembantu sebelumnya.

"Sungguh bayi yang malang salahmu menjadi anak mereka, maka aku akan menyingkirkan mu".

Santi menyelinap masuk ke dalam kamar bayi dengan langkah ringan. Ia menggendong Cassie yang masih tertidur lelap. Tangannya yang kasar menggenggam tubuh mungil Cassie dengan paksa, tanpa sedikit pun rasa sayang. Bayi mungil itu tak terusik, bahkan tak mengeluarkan suara saat Santi membawanya keluar dari kamar.

Di tengah malam Stefany terbangun dan ingin melihat cassie. Sedangkan Ferdy tertidur pulas. Tidurnya yang nyenyak kontras dengan raungan Stefany yang mengagetkannya.

"Ferdy, bangun! Cassie...Cassie hilang!"

Ferdy tersentak bangun, matanya mengerjap-ngerjap menyesuaikan dengan cahaya lampu.

"Apa? Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?"

"Cassie... Cassie... Dia tidak ada di tempat tidur!" Stefany menunjuk ke arah pintu penghubung ke kamar bayi mereka.

Ferdy langsung beranjak dari tempat tidur dan melihat ke kamar cassie. "Tenanglah, Sayang. Kita akan mencari Cassie."

Ia berteriak memanggil para pengawalnya. "Johan, segera hubungi polisi! Dan cari Cassie. Periksa semua sudut rumah! "

Johan, asisten kepercayaan Ferdy, langsung beraksi. "Baik, Tuan."

Ferdy matanya menatap kosong ke arah pintu kamar bayi. Kepalanya dipenuhi rasa khawatir dan cemas, Ia pun berusaha menenangkan stefany yang menangis.

***

Sementara itu, Santi telah membawa Cassie ke hutan. Ia berlari dengan langkah tergesa, Santi berhasil menghindari kamera CCTV dan pengawal Ferdy.

"Kau akan merasakan kehilangan seperti apa yang aku rasakan ferdy kalandra." Santi tersenyum sinis, matanya berkilat-kilat dengan rencana jahatnya.

Santi beristirahat di bawah pohon yang besar dan rindang. Ia sama sekali tak takut berada di hutan seorang diri bersama bayi mungil digendongannya.

Tangannya mulai bergerak ingin mencekik bayi tersebut, tapi bayi itu hanya menatapnya dengan tatapan bingung.
Seketika rasa tak tega melanda hatinya, ia tak jadi membunuh bayi tersebut.

Paginya Setelah perjalanan melelahkan, dan sempat berhenti beristirahat tanpa keluar dari hutan. Santi akhirnya sampai di sebuah perkampungan kecil bernama Alam Jaya. Perkampungan itu asri dan tenang, dipenuhi dengan pohon-pohon rindang dan sungai kecil yang mengalir jernih.

Santi melihat sebuah panti asuhan yang sederhana di pinggir kampung. Ia memutuskan untuk menaruh Cassie di sana. Ia akan menunggu malam tiba untuk menaruh Cassie di depan pintu panti.

***

Di rumah mewah Ferdy, suasana panik semakin mencekam. Johan kembali ke Ferdy dengan wajah cemas.

"Tuan, ada informasi baru. Pembantu baru kita, Marni, adalah nama samaran. Nama aslinya adalah Santi. Ia adalah saudara kandung dari Arini."

Ferdy tercengang mendengar informasi itu. "Apa? Santi? Arini"

Lantas saja ferdy kembali teringat pada selingkuhannya itu yang meninggal saat melahirkan anaknya yang di beri nama Cassandra. Anak diluar pernikahan yang masih ia sembunyikan. Ia mempekerjakan pengasuh untuk merawat Cassandra di apartemen mewah yang ia belikan untuk Arini. Ia memasang CCTV di sana memerintahkan asisten nya untuk memantau apakah pengasuh itu memperlakukan anaknya dengan baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEMBALINYA PUTRI YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang