Cari Gue Kalau Lo Udah Bisa Diajak Kerjasama

234 84 10
                                    

Pertunangan antara Ananta dan Alegra masih menjadi topik paling hangat di Universitas Bhayangkara. Drama hari ini dikhawatirkan akan melengserkan pertunangan Alegra dan Ananta dari topik hangat di kampus. Intinya tidak ada hari tanpa drama di Bhayangkara.

Plaaaaak.

Sebuah tamparan mendarat di pipi Alegra. Pelakunya bukan Ananta, melainkan Audy. Mahasiswi kedokteran, anak pertama dari pemilik perusahaan rokok dan the most wanted di Bhayangkara. Sama halnya dengan Alegra yang menjadi top of mind semua orang jika ditanya siapa pria idaman mereka, siapa menantu idaman mereka atau siapa teman idaman mereka. Audy juga punya hal itu.

Banyak yang mengira bahwa dewi macam Audy akan berakhir dengan dewa macam Alegra. Sayangnya manusia boleh berharap, tetapi Tuhan tetap yang berkehendak.

Audy pergi ke Eropa selama tiga bulan dan selama itu ia tidak pernah bertemu dengan Alegra. Padahal, sebelum Audy pergi mereka terlihat dekat bak sepasang kekasih─walaupun bukan.

"You kissed me sebelum gue pergi. Terus, tiba-tiba lo tunangan dan ignoring me all the time. Gue sampe susah makan selama di Europe gara-gara lo!"

Alegra akui ia memang mencium Audy sebelum perempuan itu pergi liburan ke Eropa selama berbulan-bulan. Hal yang perlu diketahui, yaitu:
1. Ciuman ini terjadi satu bulan sebelum pertunangannya dengan Ananta. Jadi, Alegra tidak selingkuh di sini.
2. Alegram mencium Audy karena perempuan itu memaksa! Mendekatkan diri sampai menangis dan bahkan mengancam hal tidak-tidak yang akan ia lakukan selama di Eropa.

"That was a friendship kiss, Dy."

"Friends don't kiss, Al."

Satu hal yang Alegra syukuri, ia tidak sempat mengajak Audy berkencan karena tentu memutuskan perempuan ini sangat sulit di saat ia terikat perjodohan dengan Ananta. Mendadak berhadapan dengan Ananta terasa mudah dibandingkan dengan Audy─yang tidak pernah menjadi kekasihnya─ dan 28 mantan kekasihnya yang lain. Ananta tidak pernah menuntut apapun dari dirinya, selain menjauh. Terdengar mudah untuk Alegra lakukan, tetapi tidak akan ia lakukan.

Ibarat drama Indosiar yang disiarkan pada saat prime time, penonton kian bertambah. Mereka senang menyaksikan hal-hal seperti ini, lalu akan mereka bawa ke forum gosip masing-masing yang ditambahkan bumbu-bumbu lain agar lebih menyenangkan untuk diceritakan ulang. Awal mula dari kesalahpahaman.

"Terus lo maunya apa?" Alegra mengalah saja. Menghadapi perempuan yang kerap mengalami cinta buta akan sangat menyulitkan.

"Gue maunya kita yang tunangan! Bukan lo sama Ananta!" Audy berteriak.

Ini, kenapa, Alegra, tidak, ingin, memiliki, hubungan, apapun, dengan, Audy. She's so damn pretty, tapi kelakuannya minus. Merasa memiliki bumi dan langit sampai-sampai keinginannya tidak boleh tidak terlaksana. Ah, red flag.

Bukan karena teriakan Audy, Alegra terkejut. Tetapi, fakta bahwa ia menemukan Ananta di tengah kerumunan. Ikut menonton sinetron yang rating-nya hancur.

Tatapan mata mereka bertemu. Raut wajah Ananta tidak menunjukkan kepedulian sama sekali. Damn, Ta.

Setelah menggagalkan rencana Iceland kemarin, Alegra masih merasa kesal dengan perempuan itu dan sekarang ia muncul seperti tidak terjadi apa-apa.

Bukankah harusnya Ananta cemburu? Atau marah dan langsung menjambak rambut Audy karena bermain-main dengan tunangannya? Sialan, kenapa Alegra jadi berharap seperti ini?

Apa yang ia harapkan dari seorang Ananta Jovanka Pramoedya dan segala kontranya dengan pertunangan ini?

.
.

Ananta sudah menunggu Alegra di depan mobil Lexus milik pria itu. Pulang-pergi kampus bersama sudah menjadi kewajiban Ananta dan Alegra selaku t u n a n g a n.

Masalah Alegra dengan Audy belum selesai karena perempuan itu tadi malah pergi karena menangis begitu Alegra mengeluarkan kalimat ultimatum that he won't ever choose her.

Tanpa saling bicara, Alegra membuka pintu mobil untuk Ananta dan perempuan itu masuk begitu saja. Ia sengaja tidak berbicara lebih dulu karena ia ingin Ananta bertanya kenapa. Kenapa tadi Audy menamparnya? Kenapa tadi ia bertengkar dengan Agina?

Sebagai tunangan, bukankah mereka harusnya saling cemburu?

"Gue laper. Makan, yuk?" seru Ananta tiba-tiba.

Ananta memang berbicara duluan, tetapi tidak sesuai dengan ekspektasi Alegra.

Pria dengan sejuta pikiran di benaknya dan perasaan tak menentu itu pun menyalakan mesin mobil. Ia tidak langsung melajukan mobilnya, melainkan menatap penumpamg cantik yang ada di sebelahnya. Semakin tak tergapai─itulah yang Alegra rasakan setiap berdekatan dengan Ananta, walaupun status mereka sudah bertunangan─Ananta terlihat semakin sempurna, semakin menantang. Seperti Alegra sudah mendapatkan 99% dalam hidupnya dan 1%-nya lagi Ananta.

"Lo gak mau nanya tadi gue sama Audy ada apa? We're kissed lho, Ta." Alegra berhasil mengungkitnya.

Ananta menatap Alegra dengan santai. "Terus? Bukan urusan gue. Mau lo ciuman, tidur bareng, juga gue gak peduli. Just don't do it at my home."

"Serendah itu lo anggap gue ya, Ta? I'm tryin' my best here. Wasiat kakek lo bukan ngerugiin lo doang, Ta. Gue juga rugi, tapi gue tanggung jawab. Gak kabur-kaburan kayak lo."

"Kenapa jadi gue yang salah sekarang? Lo yang ngaku kalau lo ciuman sama cewek lain ke tunangan lo?"

"Terus lo gak peduli, kan?"

"Lo berharap gue harus apa? Labrak Audy? Jambak? Acak-acak mukanya?"

Alegra membuka pintu mobilnya yang tadi sudah terkunci. "Turun."

Ananta menatap pria itu tidak percaya. "Lo nyuruh tunangan lo turun?"

Alegra mengangguk dengan yakin, kali ini ia bahkan membantu Ananta membuka pintunya dari posisi duduknya. "Iya. Tolong turun, Ta."

"Lo serius nyuruh gue turun?" tanya Ananta sekali lagi, mempertanyakan keputusan sang t u n a n g a n yang seenaknya.

Bukan menjawab, Alegra melakukan satu panggilan singkat dan langsung menutup panggilan itu. "Lo tunggu sini. Supir gue lagi jalan jemput lo. Minta anterin aja ke tempat makan yang lo mau, terus langsung pulang."

"Terus lo?"

"Gue lagi marah sama lo, Ta. Gak tau juga kenapa. Dari kemarin dada gue nyeri setiap ngeliat lo. Daripada keluar kata-kata gak enak kalau semakin berdebat, mending lo lo gue gue dulu."

Ananta jadi tidak enak hati. Ia bukan membenci Alegra, ia hanya selalu membenci semua hal. Bahkan, terkadang ia suka mempertanyakan apa ternyata selama ini yang ia benci adalah hidupnya? Semua hal terasa salah di mata Ananta, kecuali kata-kata dan keberadaan sang kakek. Dan, sekarang kakek sudah tidak ada. Ananta tidak tahu bagaimana melihat hal baik dalam hidupnya. Apakah Alegra termasuk hal baik atau malah sebaliknya? Malapetaka.

Bagaimana pun juga, Ananta tetaplah Ananta. Kata maaf sungguh sulit keluar dari bibirnya dan menjadikannya hanya mengangguk, lalu turun.

"Gue di sirkuit. Cari gue kalau lo udah bisa diajak kerjasama," ucap Alegra yang diakhiri dengan senyuman getir.

Ananta mengangguk, menutup pintu mobil dan tidak lama dari itu mobil biru metalik itu melaju.

Alegra pergi.

From The StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang