PERTEMUAN KE 2 POV AZKA

30 5 0
                                    

Rabu 01 Januari 2020

Jantung ku masih berdegup, wajahnya masih terpatri di ingatan. Jarang kulihat manusia semanis itu.

Ah penyakit ku kumat, seperti nya aku harus kembali. Harus dipukul ayah.

Ku langkahkan kaki ku kembali pulang kerumah, menerjang deras hujan dimalam tahun baru ini.

Ayah belum tidur, ia menunggu ku. Dapat kulihat emosi terbaca jelas di wajahnya.

"Sini kamu" Perintah ayahku
Aku mendekat takut, sebenarnya aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Bukan nya diam di rumah, malah keluyuran, cari apa kamu ha!!!?"

Kayu yang sedari tadi ia pegang mendarat mulus di tubuh ku. Terus menerus membabi buta.

"Cari laki laki kamu diluar sana ha?? Bikin malu!!!"

Ibu ku hanya membiarkan, menurut nya apa yang dilakukan ayah ku sudah benar

Aku berharap pukulan ayah lebih keras, sakit memang, tapi aku suka.

Aku hanya ingin terlepas dari semua ini. Aku hanya tidak ingin bangun.
.
.
.
Tapi keberuntungan tidak berpihak padaku, aku masih bernafas sampai detik ini.

Ayah ku berteriak di ujung sana setelah mendapat telepon dari seseorang

"ASTAGA BRAM?!! iya aku segera kesana"

Om bram, ada apa dengan nya?
Sayup kudengar ibu ku menangis, tidak pernah ia menangis ketika aku berteriak minta tolong waktu ayah memukul ku.

"Azka,,... Mandi kamu!!!!"
Aku segera bangun menuruti perintah ayah.
Luka bekas pukulan tidak terasa sakit sama sekali.

Aku tak tau kemana ayah membawa kami, tapi ada ketegangan diwajahnya.

"Anak bodoh itu"
Ayah mengeratkan pegangan pada stir kemudi nya, sementara ibu? Hanya menangis saja.

Aku tau jalan ini, ini jalan menuju rumah om bram, ayah dari Pierre.

Pierre merupakan anak dari kolega ayah ku, om bram. Aku benci senyum nya. Atau aku hanya iri dengan keceriaan nya.

"Bram!!"
Ayah ku memeluk papa Pierre, erat seperti mencoba menguatkan. Mengapa mendung terbaca jelas di wajah om bram?

Aku membiarkan ayah ku bersama kolega nya dan berjalan berkeliling. Banyak sekali papan bunga di sekitar rumah Pierre.

Ku dekati salah satu nya, oh ungkapan duka cita atas meninggalnya....

Oh jadi Pierre yang meninggal, kaki ku kuarahkan mendekati tempat peristirahatan terakhir nya. Peti putih yang terlihat mewah. Aku ingin berada di dalam nya juga.

"Kamu beruntung Pierre, hal apa yang mengambil nyawamu? Aku berharap aku juga mendapatkan nya" Lirih ku pelan

"Semoga tenang disana Pierre, semoga di tempatkan disisinya"
Doa tulus kupanjatkan untuk nya.

Ku lihat ayah ku masih bercengkerama bersama ayah Pierre..

"PIERRE,... PIERRE.... PIERRE ANAKKU!!!"
Seorang wanita menangisi Pierre, sepertinya ia sangat menyayanginya.

lelaki itu? Jantung ku berdegup kencang.
Apa yang ia lakukan, ia tersenyum apa ia membenci Pierre?

Tunggu, kenapa ia menangis? Kaki ku melangkah menuju nya. Aku tak tau dorongan darimana, aku hanya ingin memberikan ketenangan. Ia terlihat tersiksa, jadi aku memeluknya.

Entah mengapa aku ingin menyalurkan sisa kehangatan ku untuk nya, aku mengelus punggung nya berharap ia sedikit tenang

"Kamu mau jelly"
Aku ingin menampar mulutku, entah mengapa kalimat awkward itu keluar dari banyaknya kalimat penenang lain.

Aku ingin memeluk nya lebih lama, tapi ayah menarik ku. Sebenarnya aku yang salah.

Aku terlalu berani, aku hampir memalukan ayah ku. Tapi reaksi apa itu? Muka nya memerah menahan malu atau menahan amarah?

Aku tak tau, tapi aku menyukai ekspresi nya, mungkin ini terakhir kali aku bertemu dengan nya. Jadi aku menyunggingkan senyum canggung yang dengan cepat ku sesali.

AzkaBismaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang