chapter 4

40 8 0
                                    


Malam itu, di galeri foto, suasana terasa berbeda. Gracia dan Sean beranjak dari kebisingan dunia luar menuju keheningan yang penuh makna. Dengan semangat yang baru, mereka mulai membangun jembatan di antara luka masa lalu dan harapan masa depan.

Setelah pertemuan emosional di galeri, mereka sepakat untuk melanjutkan pertemuan mereka di pantai. Suatu sore, saat langit dipenuhi warna-warna lembut, Gracia dan Sean duduk bersebelahan di tepi pantai, mendengarkan suara ombak yang memecah keheningan.

“Terima kasih sudah mengundangku ke galeri,” Gracia memulai. “Aku tidak menyangka bisa melihat dunia melalui lensa yang berbeda. Fotografi seolah menjadi jendela untuk menyelami perasaan.”

Sean tersenyum, wajahnya bersinar di bawah sinar senja. “Aku senang kamu menyukainya. Foto-foto itu bukan hanya tentang keindahan yang terlihat, tetapi juga tentang cerita yang tersembunyi di baliknya. Seperti kita, mungkin?”

Gracia menatap laut dengan penuh rasa ingin tahu. “Apa yang membuatmu memutuskan untuk menjadi fotografer, Sean?”

Sean terdiam sejenak, memikirkan jawabannya. “Aku selalu merasa bahwa setiap momen berharga, dan senja adalah simbol dari transisi. Ketika matahari terbenam, itu mengingatkanku pada keindahan yang bisa kita lihat sebelum sesuatu berakhir. Itulah kenapa aku menyukainya, dan… mungkin juga karena itu membuatku merasa dekat dengan gracie .”

Gracia menoleh, menyadari betapa dalamnya perasaan Sean. “Gracie adalah kakakmu, kan? Aku bisa merasakan betapa dia berarti bagimu. Kehilangan itu tidak pernah mudah.”

Sean mengangguk, matanya menunjukkan kerinduan. “Aku masih berjuang dengan kehilangannya. Tapi setelah bertemu denganmu, aku merasa seolah ada harapan baru. Mungkin aku bisa mulai menyayangi kembali, meski aku tahu itu tidak mudah.”

Gracia meraih tangan Sean, memberikan dukungan yang tulus. “Kita semua punya luka. Tapi aku percaya, setiap orang yang kita temui memiliki peran dalam menyembuhkan kita. Dan mungkin, kita bisa saling membantu.”

Ketika sinar matahari semakin redup, mereka duduk dalam diam, berbagi kehangatan satu sama lain. Perlahan, Gracia merasa ada ikatan yang tumbuh antara mereka, ikatan yang tidak hanya berdasarkan rasa saling pengertian, tetapi juga harapan untuk masa depan.

Saat langit mulai gelap, Sean berdiri dan mengambil kameranya. “Boleh aku mengambil foto kita berdua di bawah langit senja ini?” tanyanya, matanya berbinar penuh semangat.

Gracia mengangguk, sedikit malu. “Tentu saja!”

Sean mengarahkan kameranya dan mengambil gambar, sementara Gracia tersenyum, merasakan kebahagiaan yang baru. “Senyummu harus menjadi bagian dari setiap senja,” ujar Sean, menekankan betapa spesialnya momen itu baginya.

Setelah beberapa bidikan, mereka memutuskan untuk beranjak pulang. Namun, sebelum Gracia pergi, Sean memegang pergelangan tangannya dengan lembut. “Gracia, aku ingin kamu tahu, aku sangat menghargai semua yang kita bicarakan. Terima kasih telah menjadi teman yang baik, dan mungkin… lebih dari itu.”

Gracia merasakan detakan jantungnya meningkat, hatinya bergetar. “Aku juga, Sean. Aku merasakan hal yang sama.”

Dengan perasaan hangat di hati, mereka saling bertukar pandang, seolah tanpa kata-kata, mereka telah sepakat untuk melangkah bersama menuju masa depan yang penuh harapan.

Di bawah langit yang berbintang, cinta yang baru mulai tumbuh di antara mereka, menghangatkan hati mereka yang pernah terluka. Cinta di balik senja, sebuah kisah yang masih panjang untuk ditulis, dimulai dengan langkah-langkah kecil namun penuh makna.









495 kata jangan lupa like

cinta di balik senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang