"Ampun tolong saya nggak tau apapun" ucap ibunya memohon kala itu di kaki seorang pria yang ia tau adalah teman papanya.
"Tapi kamu istrinya dan kamu harus mati"
Setelah itu terdengar tembakan yang sangat nyaring membuat lelaki kecil yang mengintip diatas atap itu menutup mulutnya dengan lelehan air mata.
Matanya yang tadinya terpejam kini terbuka sepenuhnya dengan keringat yang membanjiri dahi dan punggungnya, nafasnya sedikit terengah. Adegan itu terulang bagai kaset rusak dimana sang ibu dengan kejinya dibunuh didepan matanya sendiri.
Ia melirik ke sebelahnya istrinya tertidur lelap tampak sangat cantik baginya, ia membelai pelan surai lembut istrinya membuatnya terganggu.
"Eunghh.. Jay kebangun lagi?" Alana mengusap pelan dahi berkeringat suaminya membuat Jayden memejamkan matanya.
"Kita bobo lagi yuk ini masih tengah malam" Lana memeluk Jay membiarkan suaminya mencari kenyamanan dari tubuhnya membisikkan kata penenang membuat Jay kembali lelap.
Lana tak akan bertanya mengapa, karena Jayden tidak akan menjawab pertanyannya tentang hal ini. Lana menghargai suaminya itu.
***
"Semoga firasatku benar huhh" Lana sedikit gelisah saat menunggu hasil testpack yang ia genggam saat ini.
Sampai saat benda panjang itu menampakkan dua garis yang mana membuat perempuan itu menangis haru karena ada kehidupan dalam perutnya.
"Mama nggak sabar ketemu kamu, sehat terus anak mama" Lana mengelus pelan perutnya, membayangkan kehidupan yang lebih indah bersama keluarga kecilnya.
***
Jay menginjakkan kakinya di rumah setelah seharian bergelut dengan pekerjaannya, wajahnya dingin tak terbaca.
Lana yang memang telah menunggu sang suami segera berdiri menyambut dengan senyum merekah, menyembunyikan sebuah kotak kejutan untuk Jayden. Segera ia berjalan tergesa menuju sang suami untuk memeluknya.
Lana mengalungkan tangannya merapatkan tubuh mereka, sedang Jay tetap diam. Perlahan tangannya bergerak membalas pelukan Lana lebih erat melesakkan wajahnya di ceruk leher Alana. Tanpa sadar air mata Jay menetes dari kedua netranya.
"Maaf Alana"
"Kenap-Akhh" Alana tersentak saat suatu benda tajam terasa menusuk perutnya membuat kotak yang ia pegang terjatuh menghamburkan isinya.
Tubuhnya terasa lemas Jay memeluknya lebih erat sembari menggumam kata maaf yang Alana tak mengerti. Cairan hangat terasa merembes dari bajunya disertai bau anyir yang membuat Lana pusing.
Alana ingin berkilah bahwa semua ini tak nyata, tetapi rasa sakit yang ia rasakan membuatnya tersadar bahwa ini semua bukan mimpi. Suaminya sendiri melakukan penusukan kepadanya yang mana hal itu membuatnya khawatir tentang keadaan calon bayi mereka.
Air mata Lana mengalir deras seiring rasa sakit yang ia rasakan.
"Ughh.." ringisan Lana lolos saat merasakan pisau itu dicabut dari perutnya. Suara nyaring dari benda tajam itu yang beradu dengan lantai membuatnya semakin lemas.
Ia bersimpuh di lantai dengan Jay yang setia memeluknya.
"K-kenapa Jay" Lana berucap lemah memandang wajah suaminya yang berurai air mata.
"Maaf" lirih lelaki itu.
Lana menyentuh perutnya, tak lama kegelapan merenggut kesadarannya.
Jayden
Alana