"Uang adalah segalanya, apa pun bisa terbeli termasuk loyalitas seseorang,"
-Julian-
Bryan, Alex, Galang, dan Randy masih duduk di café langgana mereka, dengan suasana yang semakin mencekam. Diskusi mereka tentang ancaman yang diterima Bryan berlanjut hingga larut malam, ketika Galang tiba-tiba melirik ke arah ponselnya.
Mereka masih menelisik akun Instagram yang mengirim pesan ancaman itu. Alex dan Randy mengerahkan semua kemampuan mereka dalam mencari informasi, sambil Bryan hanya bisa menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Dalam waktu singkat, mereka berhasil menemukan identitas pemilik akun tersebut: Julian Sinclair Hadiwiguna.
"Siapa dia?" tanya Bryan, meski nada suaranya sudah mencerminkan rasa cemas.
"Julian Sinclair Hadiwiguna," jawab Alex, matanya melebar. "Dia seorang pengusaha kaya raya, lulusan luar negeri. Dikenal sebagai salah satu orang terkaya di kota ini. Ternyata dia juga dikenal di kalangan elite bisnis."
"Gila!" seru Randy, terkejut. "Lo tahu seberapa kuat koneksi dia? Dia bukan sembarang orang, njir!"
Bryan merasakan ketegangan di dadanya. "Iya, ya, ini orangnya! Kenapa dia mengancam gue sampai segitunya?"
"Dia mungkin merasa terancam dengan kehadiran lo," ucap Alex. "Dengan lo di sisi Rayna, dia mungkin berpikir lo akan jadi penghalangnya untuk mendapatkan cinta Rayna."
Nyali Alex sempat menciut mendengar nama Julian, tetapi ia berusaha meneguhkan hatinya. "Tapi kita tidak bisa mundur hanya karena dia orang kaya. Kita harus hadapi ini. Kita enggak bisa biarkan dia mengontrol situasi ini."
"Gue sepakat," tambah Randy. "Tapi, keputusan ada di tangan lo. Apakah lo tetap mau memperjuangkan Rayna, atau mundur?"
Bryan menatap layar ponselnya, merasakan beban yang semakin berat. Ia tahu Julian bukan orang sembarangan. Namun, di dalam hatinya, ada rasa cinta yang mendalam untuk Rayna. "Gue masih belum bisa jawab," ujarnya, suaranya samar. "Semua ini terlalu berat buat gue."
♡♡♡
Di sisi lain, di tempat yang berbeda, Julian Sinclair Hadiwiguna duduk di ruang kerjanya yang megah. Dengan penampilan yang rapi, dia mengawasi seluruh jaringan bisnisnya. Jari-jarinya mengetuk meja, berpikir keras. Dia tidak suka ada yang mengganggu rencananya, terutama Bryan. "Gue harus mengatur siasat baru," gumamnya pada diri sendiri.
Julian bukan hanya seorang pengusaha, tetapi juga seorang yang berambisi. Dia memiliki banyak cara untuk mencapai tujuannya, dan jika itu berarti menghilangkan penghalang seperti Bryan, dia akan melakukannya tanpa ragu. Di mata Julian, cinta kepada Rayna adalah sesuatu yang pantas diperjuangkan, dan tidak ada yang boleh menghalangi jalannya.
Dengan memanggil asistennya, dia meminta informasi lebih lanjut tentang Bryan. "Siapkan data lengkap tentang dia. Gue butuh tahu siapa dia sebenarnya dan apa yang bisa menjadi kelemahannya," perintah Julian dengan tegas.
Asistennya mengangguk dan segera keluar dari ruangan. Julian kemudian membuka layar ponselnya dan mengakses akun Instagram Bryan. Dia tertawa sinis melihat betapa banyaknya pengikut yang dimiliki Bryan, meskipun dia sendiri tahu bahwa pengaruh kekayaannya jauh lebih besar.
"Dia mungkin punya teman-teman yang loyal, tetapi loyalitas itu bisa dibeli," pikir Julian. "Kalau perlu, gue akan bikin dia terpisah dari teman-temannya. Itu bisa jadi cara untuk dekat sama Rayna."
"Uang adalah segalanya, semua bisa terbeli termasuk loyalitas seseorang," sambung Julian dengan penuh keyakinan.
♡♡♡
Sementara itu, Bryan kembali berkumpul dengan Alex, Galang, dan Randy. Kecemasan menghampiri mereka saat mereka membahas potensi yang bisa muncul dari Julian. "Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan," kata Alex. "Kalau dia bisa mengancam keluarga lo, dia pasti bisa melakukan hal lain yang lebih buruk."
Bryan merasa terjebak dalam dilema. Apakah ia harus bertahan dan berjuang untuk cinta Rayna, ataukah sebaiknya mundur demi melindungi keluarganya? Suara teman-temannya bergema di telinganya, tetapi hatinya merasa hampa.
Akhirnya, Bryan memutuskan untuk berbicara dengan Rayna, meskipun ketakutan dan kebingungan masih meliputi dirinya. Ia ingin mengungkapkan perasaannya, tapi sekarang lebih dari sebelumnya, Bryan menyadari bahwa dunia di sekelilingnya tidak sesederhana yang ia kira.
Di saat yang sama, Julian terus menyusun rencananya. Dengan informasi yang dikumpulkan tentang Bryan, ia mulai mengatur strategi untuk mengalahkan Bryan, termasuk memanfaatkan koneksi bisnis dan kekuasaannya untuk menciptakan situasi yang menguntungkan dirinya.
Julian tahu bahwa Rayna adalah kunci untuk semua ini. Dengan pesona dan kekayaannya, ia yakin bisa meyakinkan Rayna untuk memilihnya. Ia juga tidak ragu untuk memberikan ancaman kepada Bryan jika diperlukan.
♡♡♡
Hari-hari berlalu seperti biasanya, tidak ada ancaman lagi dari Julian. Bryan merasa lega, mungkin karena ia menahan diri untuk menghindar dari Rayna. Proyek kolaborasi seni yang hanya tinggal rekaman dan proses mengunggah di internet jadi terganggu dan menjadi beban berat di antara perang dingin dirinya dan Rayna.
Saat ini Bryan tengah terburu-buru keluar dari sebuah café tempatnya mengerjakan tugas seperti biasa, tak sengaja Bryan menabrak seseorang yang sedikit lebih tinggi darinya. Saat mendongak, Bryan mendapati Julian ada di hadapannya.
"Akhirnya, ya, kita ketemu lagi!" seloroh Julian.
Bryan bergeming, ia berusaha meninggalkan tempat tanpa ingin menjawab Julian. Namun, tangan kokoh Julian menahan lengan Bryan agar tidak pergi.
"Kenalin, gue Julian Sinclair Hadiwiguna. Lo dan temen-temen lo itu pasti udah tau siapa gue, jangan tanya kenapa gue bisa tau itu!" ucapnya dengan tawa sinis.
Bryan menatap Julian datar, ia sama sekali tak sudi berbicara dengan laki-laki berpostur tinggi di hadapannya ini.
"Bagus! Lo dengerin apa yang gue peringatkan ke lo, pertahankan! Jangan maju sesenti pun ke Rayna, atau? Lo mau temen-temen lo, gue sikat juga?" Julian memperingatkan dengan nada rendah, tetapi getaran ancaman itu terasa menusuk telinga Bryan.
Tangan Bryan mengepal, ada rasa marah yang membakar dadanya saat ini. Ia ingin sekali menghajar Julian hingga babak belur tanpa ampun. Namun, Bryan tahu batasan dan bukan takut.
Julian tersenyum penuh kemenangan karena merasa berhasil membuat lawannya itu hingga tak bisa berkata-kata, lalu Julian menepuk bahu kiri Bryan sebelum pergi masuk ke dalam cafè.
Bryan berjalan ke parkiran, menghidupkan sepeda motornya dan pergi dari tempat itu dengan kecepatan yang tinggi. Pikirannya semakin penuh, dadanya berkecamuk, dan kemarahan telah berhasil menguasainya. Kebingungan akan memperjuangkan Rayna menjadi samar, ia tak menemukan titik terang. Semuanya rancu dan membuatnya hampir gila.Hingga, tak sadar Bryan berkendara dengan kecepatan tinggi di jalan raya yang sedang leluasa karena tidak sedang di jam sibuk kantor. Dalam perjalanannya, Bryan tak sengaja menabrak trotoar karena menghindari sebuah gerobak bakso yang hendak menyebrang.
Darah segar mengalir dari balik tubuh Bryan yang terluka karena kecelakaan lalu lintas yang di alaminya.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Be Yours?
Fiksi RemajaAdelia Rayna Putri, mahasiswi cantik Desain Komunikasi Visual dan Arsenio Bryan Adhitama, mahasiswa Sastra yang dipertemukan Tuhan di Pekan Seni Kampus. Karya seni mereka, lukisan Rayna dan puisi Bryan menyiratkan sebuah makna yang nyaris sama hingg...