Bab 2 - Cookies

190 21 0
                                    

"Pilih mana, cookies atau ku kiss?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pilih mana, cookies atau ku kiss?"

"Pilih mana, cookies atau ku kiss?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dih."
(Tapi salting mampus)

******

"Alin, stop buka Duolingo pas ada aku di samping kamu."

"Sebentar ya kakak sayang, aku selesaiin misi mingguan ku dulu." Ucap Guanlin tanpa bergeming dari tempatnya.

Lisa berdecak kesal.

Demi Tuhan ini adalah malam minggu ketiga dimana eksistensi nya diabaikan oleh Guanlin. Pacar berondong nya itu lebih memilih bermain tebak kata dengan si burung hijau daripada bermanja-manja dengan dirinya.

Terkutuklah para bajingan—Oh Sehun dan Ong Seongwu yang telah mengenalkan aplikasi titisan raja setan tersebut kepada pacar-nya. Guanlin menjadi sangat ketagihan dan terus-terusan memainkannya tanpa henti. Layaknya orang ketiga, setiap mereka punya kesempatan untuk bertemu, aplikasi itu selalu saja berada di antara mereka. Oh jangan mengira bahwa Lisa akan bersabar, dirinya sudah sangat muak.

Padahal keduanya jarang memiliki waktu untuk bersama. Jadwal Lisa sebagai seorang asisten ketua divisi pemasaran dari sebuah perusahaan multinasional seringkali bentrok dengan jadwal Guanlin yang masihlah seorang mahasiswa semester akhir.

Keduanya masih bisa meluangkan waktu bersama di saat weekend pun karena keajaiban. Maka dari itu Lisa menjadi sangat sensitif. Bibirnya mengerucut sebal, ia bangkit dari sisi Guanlin dan berjalan menuju pantry. Lisa ingin menyurutkan amarahnya dengan sebuah jus jeruk yang segar.

Fyi, Saat ini mereka berdua sedang berada di apartemen Lisa. Seharusnya keduanya menghabiskan waktu dengan cuddle dan ndusel. Tapi aplikasi itu merusak segalanya. Dammit!

Dengan perasaan dongkol, Lisa pun menuangkan jus jeruk kemasan di gelas lalu meminum nya di tempat. Sembari minum matanya mengarah ke sekeliling pantry dan berhenti di sebuah toples cookies choco chips yang baru saja ia beli sepulang belanja tadi.

Dengan seringai licik, Lisa meraih toples itu dan membawanya ke ruang tamu. Disana ia dapat melihat Guanlin yang masih terpaku dengan ponselnya. Bedanya laki-laki itu kini bersandar di sandaran sofa.

Tanpa aba-aba Lisa meraih ponsel di tangan Guanlin dan melemparkannya jauh ke sudut sofa. Lalu dengan sigap gadis itu memposisikan dirinya di pangkuan pacarnya yang lebih muda 3 tahun itu.

"Astaga Kak, I almost done." Gerutu Guanlin, namun tangannya bergerak melingkari pinggang Lisa, menariknya maju.

Lisa terkekeh "Lagian aku dianggurin muluk, emang kamu ga kangen?"

Guanlin tidak langsung menjawab melainkan tersenyum kecil. Laki-laki itu menelusupkan kepalanya di perpotongan leher Lisa, merasa gemas dengan cara Lisa menarik perhatian nya. "Gemes banget sih kak, aku makin gapercaya umur kakak udah 27 tahun." Gumam Guanlin di perpotongan leher kakak kesayangannya itu.

Lisa mengerang. "Jawab dulu, emang kamu ga kangen sama aku."

"Kangen."

Lisa menarik kepala Guanlin untuk menatapnya. "Kangen doang?"

Cup!

"Apa aku juga harus ngejelasin perasaan kangen ku?"

Lisa tersenyum sambil mengangguk antusias. Membuat Guanlin menarik nafas, lalu menatap mata Lisa dengan pandangan lurus, penuh akan keseriusan.

"Konsonan langit yang akan menjadi takdir sebuah cinta kita, menjadikan hamparan bahwa saksi ini, detik ini, secara sinaran ultrafeng—"

Belum sempat Guanlin menyelesaikan kalimat nya, Lisa sudah menyemburkan tawa hingga matanya berair. Gadis itu tidak menyangka bahwa pacarnya yang kalem itu ternyata punya jokes yang cringe abiss!

"HAHAHAHAHA... astaga random banget tiba-tiba sinaran ultrafeng hahahaha!"

Lisa yang tertawa riang, membuat kedua sudut bibir Guanlin juga terangkat. Laki-laki itu ikut senang apabila pacar kesayangan nya senang.

"Biar kamu tau, rasa kangen aku ke kamu itu tak terdefinisikan. Seperti ucapan bang vicky prasetyo ke mba enjel." Ujar Guanlin diplomatis.

Lisa tersenyum geli, lalu mencubit kedua pipi Guanlin. Ia tiba-tiba teringat dengan setoples cookies yang ia bawa tadi.

"Nah, karena kamu udah bikin aku ketawa. Aku punya hadiah." Ujar Lisa sembari meraih setoples cookies dan membawanya ditengah-tengah mereka berdua.

"Aku tadi beli cookies, aku tau sweet tooth kayak kamu pasti suka banget sama cookies ini." Lanjut Lisa.

Guanlin mengangguk, namun dengan tatapan bingung. Berusaha menggali informasi atas apa yang akan dilakukan oleh gadis di depannya ini.

"Kak, jangan bikin aku penasaran."

Lisa terkekeh.

Gadis itu mengecup pipi Guanlin sekilas lalu mulai melancarkan aksinya.

"Jadi, kamu lebih prefer Cookies—" Ujar Lisa sambil mengangkat setoples kue kering di pangkuan nya.

"—atau ku kiss." Lanjutnya dengan gestur bibir maju seakan ingin menejerat  Guanlin pada sebuah kegiatan yang menyenangkan.

Astaga, kakak cantiknya ini benar-benar menguji pengendalian diri seorang Guanlin. Dan bisa di perkiraan adegan yang terjadi selanjutnya adalah decakan lidah keduanya dan suara erangan Lisa yang memenuhi ruangan.




FIN.





GUANLIN BENER-BENER GANTENG BANGET ASDFGHJL GRRRAAA 🦅🦅🦅

Her Stories [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang