Rajutan 2

12 2 0
                                    

           2. Mengintip Sebuah Luka

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

HAPPY  Reading

Novel Melangkahkan Kaki nya dengan
Pelan memasuki Pekarangan griya
Madanaya Lestari, komplek tempat tinggal dirinya. Jam menunjukan Pukul
21.30 WIB, Itu berarti Sudah Sejak Enam
Jam Anak Sekolah Seperti Novel Pulang.
Ia Memilih Pergi Ke rumah Rayyen bersama Yang lain Tadi Itu.

" Darimana Kamu?" Tanya Dira Saat Melihat nya, agak nya Dela Memang Sengaja Menunggu Novel Pulang.

" Dari Rumah tem-"

" Sudahlah, Mana Hasil Ulangan Fisika
Sama Matematika Kamu? Jangan Kira   bunda gak tau yaa Vel " Potong Dira.

Novel Menatap Miris Bunda nya, Apakah bagi nya Nilai Lebih Penting dari Menanyakan Kondisi Sang Anak.
Okay ! Mungkin Memang Seperti Itu.
Harusnya Ia tahu Bahwa bagi bunda dirinya hanya berputar Tentang Angka,Angka, dan Angka. Tak Tahukah
Bahwa diri nya Itu Muak ?

" Ini" Ucapnya Lalu Pergi Begitu Saja. Melangkahkan Kaki nya Ke arah Tangga, Jujur Sekarang Ia Merasa lelah
dan Ingin Segera Mengistirahatkan tubuhnya Ke kasur, Cukup hati nya Saja
Yang terluka.

" Tunggu! Apa Ini?" Ujar  Dira
Menghampiri Sang Anak dan
Menuntut Jawab Atas Kertas Nilai Yang Ada di Tangannya. Wajahnya Terlihat Murka Memandang nya, Tapi Novel Mana Peduli Ia Sudah Terlampau lelah
Untuk berdebat Sekarang.

" Cuma 80? Apa Kau Benar benar Mengerjakan dengan Serius ha!" Seru Dira  Penuh Emosi.

" Bun bisa bahas besok saja, Novel capek" balas Novel.

" Alahhh Capek Apa kamu. Bunda yang harusnya ngomong gitu, bunda gak ngajarin Kamu Jadi Anak Pemalas Kayak gini ya Vel, bunda Udah Capek capek Kerja Seenggak nya Kamu bisa banggain bunda Jangan Kebanyakan Main Sama Geng- geng gak jelas Kamu Itu. Tadi Juga Kenapa Kamu Bolos Les Sama mbak Allin, Jangan Kira bunda gak tau yaa" Sarkas Dira.
Novel hanya Diam, Memandang Sang
bunda Yang Tengah Murka Itu. Wajahnya terlampau datar tanpa tau
Disana, dibagian dada,tepatnya di hati nya,terasa Sakit dan Panas. Itu bukti bahwa Omongan ternyata bisa Membuat luka Untuk Seseorang, kan?

" Besok bunda Akan Cari Orang buat Kamu Les " Imbuh nya titik tanpa mau di bantah. Menghela nafas,lalu tungkai kaki nya Ia bawa pergi dari sana, Meninggalkan Novel Yang Mematung.
Tangan nya terkepal kuat, Menahan gejolak Amarah.

" Novel  Gak mau! " Tekan Novel. Dira
Langsung memberhentikan langkahnya lalu menghampiri Sang anak Kembali.
 
     " Coba Kamu Ulangi Lagi !"

" Kurang ya ndaa, Apa Nilai Segitu Kurang ? Novel Tiap hari Juga belajar ndaa, tapi memang Segitu Yang Novel
Bisa. Capekk, Novel Juga Capekk Tiap hari bunda Suruh Les Sana sini, bunda
Kalau Ada lomba Lomba Juga Selalu Nyuruh Novel Ikut Kan! bunda gak Mikir Novel Tertekan "

" Untuk Kali Ini, Novel Gak mau Ikutin
Yang bunda Minta " Tekan nya Sekali lagi. Membuat Dira  Menatap Nyalang
Sang anak.

" Kamu Pikir Segitu Kamu bisa Jadi dokter ? Bunda Sudah Ngerancanain Semua Hal buat Kamu, Apa Susah nya
Nurut Sama bunda Vel. Kamu Pikir
Masuk Jurusan Kuliah nya Itu gampang,
Baru belajar Segini Udah Berani Marah Marah Sama bunda " Cerca Dira.

" Bunda Pikir Aku gak Capekk! Novel Gak ada Ngomong Mau Jadi dokter Kek ayah ya Nda, Seenggak nya bunda hargai hasil Usaha Novel " Lirih nya.
Mata Itu Memandang Sendu Perempuan di depannya Itu. Merasa tak habis Pikir
Dengan Jalan Pikiran Dira. Apa tadi Ia kata? Les Tambahan lagi! What the... Okay,  Kadang Memaki Kata Sial di hidupmu Itu Perlu Untuk Kewarasan Jiwa, right!

Apakah bunda Menganggap Dirinya Itu Robot, Ia Juga Memiliki Titik Muak Dengan Kertas Kertas Bau Angka Itu,
You know!

" Ayah Aja Udah bikin-"

" Stop Bicarain Ayah Kamu Itu! Dia Yang Udah bikin Kita Seperti Ini. Lelaki Itu
Orang Yang Gak Punya Hati, Mana Ada
Yang Tega Ninggalin Anak Sama Istrinya" Ketus Dira Memotong Omongan Novel.Membuat  Novel Terkekeh Mendengarnya.

" Bunda benci Novel Bicarain Tentang Ayah, Tapi Mau Novel Jadi dokter Kek Ayah! " Geram nya.

" Novel Tau bunda Masih belum bisa
Ngelupain Ayah kan, bunda Masih Rindu Kan Sama Ayah Jadi bunda Pengen Novel Jadi dokter biar Bisa Nginget Ayah Terus " Tuduh Novel Mampu Membuat Dira Terdiam. Dira
Tak Bisa Mengelak Dengan Hati nya Bahwa Ia Masih Mencintai Suami nya Itu, Meskipun Di Sisi Lain Ia Juga Membenci Lelaki Itu. Tapi, Ia Tak bisa
Berbohong Bahwa Ia Rindu Senyuman
alami Meneduhkan Yang Di berikan Untuk nya, Saat Netra Nayanika Itu Menatap nya Penuh Kasih, Ia Masih Mengingat Dengan Jelas Semua Itu Di dalam Ingatan nya.

" Jangan bicara Sembarangan!" Elaknya.

" Novel Tau Nda, Tapi Maaf, Novel Emang Gak bisa Kayak Ayah, Atau Sepinter Ayah, Tapi Bisakan Bunda Hargai Novel. Belajar !Novel Udah Ngusahain Semampu Novel, Kadang
Novel Juga Gak bisa Denger Penjelasan Guru Kalau BTE Ini rusak Jadi Novel
Harus Memahami Pelajaran Itu Sendiri,
Bunda Pasti gak Tau kan " Ujar Novel,
Mengadu Kepada Sang bunda.

" Novel Si anak Tuli,Pasti Cuma Bisa Nyusahin Guru nya, Dia kan Gak bisa denger Gimana Cara Belajarnya. Novel Sering denger Omongan Kek gitu Dari Anak lain, Salah Bangett Yaa Aku Nda Di mata Orang " Seru nya. Demi Apapun Ia Tak ada Niatan Ngomongin hal Kek Gini
Ke bunda nya,Ia Paling Menghindari Ngomong Kencang Pada Wanita di hadapannya Ini. Membuat Dira Terdiam, Meskipun Wajahnya hanya Menunjukkan Raut datar Tapi Omongan
Novel Mampu Membuat Dira Terdiam .

" Maaf Nda " Ucap nya Lalu Berlalu Pergi. Tapi bukannya Masuk Ke Kamar Ia Malah berjalan Ke luar Rumah. Mengambil Kuncinya, Lalu Meninggalkan Rumah nya Dengan Sepeda Motor Miliknya.

                     -----------------

Malam Malam Novel Memilih Pergi Ke Alun-alun Setelah Perdebatan Di rumah tadi bersama Dira. Suasana Nya Cukup Ramai Meskipun malam hari Karena Biasanya Alun alun Di sini Sering di datangi bayak Anak Muda Untuk Sekedar Kumpul. Lagipun, Ini Hari Jumat, Jadi Tempat Ini Akan Ramai Sampai Malam. Apalagi Kalau Bukan Acara Kliwonan Yaitu Tradisi Pasar Malam Setiap hari Jumat Kliwon, Yang Biasanya di Selengi Acara Untuk Mengenang Leluhur Atau Nenek moyang yang telah Membangun Wilayah Di sana. [ Duhh bubub Jumat Kliwon Malah main Keluar, Kalau Ada
Mbak Kun-kun yang Kecantol Gimana!]

" Pak, tumbas Bakso ne Setunggal !" Seru Novel Kepada Penjual Yang Sudah Menjadi Langganan dia. ( Tumbas=beli)Alasan Kenapa Ia Sering Bicara bahasa Indonesia dengan Ibu nya, Itu Karena Dira Orang Jakarta Yang Kebetulan Menikah dengan Noval Warga Lokal Daerah batang sini. Sebagai Produk Jawa dari Batang,Ia Harus Melestarikan bahasa daerah nya,Karena Jaman Sekarang Ini banyak Anak Kecil Yang Jarang di ajari bahasa daerah mereka dan lebih Sering Menggunakan bahasa Indonesia. Badung Gini Juga,Novel Kalau di suruh Ngomong Jawa Krama Juga bisa Kok. [Oke kulo mpun siap dadi garwa ne njenengan Vel😙].

" Owalahhh Cah Bagus tha! Kayak biasa bakso nya kan" Ucap Bapak Penjual Itu Kepada Novel, yang di acungi Jempol Oleh Sang empu.

"Nggeh pak" balas Novel. Sembari Menunggu Ia memainkan handphone miliknya,meskipun Ia Sadar Ada beberapa Orang Yang Memandang Atau mencuri pandang ke arahnya.Penjual tadi Langsung Menyiapkan Pesanan Milik Novel, Anggap Saja Bapak Itu Menganggap Novel Sebagai Pelaris Dagangan nya Karena Selain Langganan
Novel Juga kerap Menjadi Alasannya Tempat si Bapak Ramai Pelanggan,yahh Walaupun Kebanyakan Perempuan sihh,Karena Sebenernya Mereka Hanya Ingin Melihat Wajah Tampan Novel. well, Ini Namanya Pelaris Halal BPOM !!

Setelah Menghabiskan Bakso dan Membayar nya, Novel Duduk di Sebuah
di Kursi dekat Jalanan Yang Memang di sediakan Untuk di sana. Memandang Kerlap Kerlip Lampu Jalanan Sembari di temani Kesendirian. Memilih Menghirup Udara Malam hari di sini Ketimbang Pulang Ke rumah langsung.

" Hai, Sendiri aja. Duh mas nya-"

" ASTAGHFIRULLAH SYAITON..!! "



Jangan Jadi Pembaca Gelap di sini !!

Vote and Komen ,okay bubub !😙

See you

   

 

LEMBAYUNG ITU MASIH ADA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang