Setelah sarapan pagi bersama yang cukup menyebalkan baginya kini ares sedang berada di ruang kerjanya
Ruang yang tadinya hanya pajangan karena kutukannya, yang membuat dia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur tanpa bisa pergi kemanapun
Ares bahkan tidak memperdulikan ratu yang ingin berbincang dengannya, Ares justru menunggu adiknya yang entah kenapa lama sekali untuk datang kesini
Ares merasa jengkel dan cemburu. Dia tidak menyukai cara Leon memperlakukan Luna tadi, Ares merasa bahwa Leon berniat merebut Luna darinya.
"Dia milikku," gumam Ares, mencengkeram buku yang di pegangnya dengan erat. "Dia adalah milikku."
"Luna," panggil Ares, suaranya penuh rasa terima kasih.
Luna adalah satu-satunya yang bisa menyembuhkan penyakit yang menyerang Ares selama bertahun-tahun. Penyakit itu membuat Ares tidak bisa bergerak, tidak bisa melakukan apapun. Namun, Luna dengan ilmu pengetahuan dan keahlian nya yang luar biasa mampu menyembuhkan Ares.
Ares merasa terhutang budi pada Luna, ia merasa terikat pada Luna, dia ingin menikahi Luna sebagai tanda terima kasihnya.
Namun, Leon, Adiknya, juga tertarik pada Luna. Leon menolak untuk menyerahkan Luna pada Ares.
"Dia milikku," ujar Leon, suaranya dingin seperti es yang menusuk tulang. Dia datang tanpa aba-aba, tubuhnya menjulang tinggi di depan Ares, tatapannya tajam dan penuh kesinisan.
Ares mengangkat dagunya, tatapannya tak gentar menatap balik Leon. "Kau bercanda, kan?" tanyanya suaranya tenang namun berwibawa.
"Aku tidak pernah bercanda, terutama soal milikku," jawab Leon, senyum sinis mengembang di bibirnya.
"Dia itu adalah calon istriku dan aku tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk kau, untuk merebutnya dariku."
"Tidak, Leon," jawab Ares, suaranya tegas, tanpa sedikitpun rasa takut. "Dia adalah calon istriku. Bukankah kau sendiri yang menolaknya kemarin?"
"Tidak," jawab Leon, matanya menyala dengan amarah. "Aku tarik kata-kataku. Mulai sekarang, dia milikku. Tidak ada yang boleh mengambil milikku dariku, entah itu kau atau takdir sekalipun."
Leon berbalik dan hendak pergi, namun dia berhenti tepat di depan pintu. "Kau harusnya bersyukur sudah sembuh karenanya," kata Leon, suaranya berbisik, namun terkesan mengancam. "Jangan serakah sejak awal kedatangannya ke sini, hanya untukku. Dan kau tidak ada hak untuk melarang."
Ares melangkah maju, mendekati Leon. "Kau tidak bisa memaksanya, Leon," katanya dengan suara tenang, namun penuh keyakinan. "Luna bebas memilih, dan aku yakin dia akan memilihku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession's Duke
Historical FictionBocil dilarang mendekat 🔞 "Jika kelinci kecilku bisa bersinar maka akan kupadamkan sinar itu" Tentang Duke si bucin yang memanfaatkan ke polosan istrinya "Aku bisa memberikan lebih banyak" Bisik sang duke di telinga Luna "Tidak semua ini sudah cuk...