7. Mine🥰

532 28 1
                                    

Setelah sarapan pagi bersama yang cukup menyebalkan baginya kini ares sedang berada di ruang kerjanya

Ruang yang tadinya hanya pajangan karena kutukannya, yang membuat dia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur tanpa bisa pergi kemanapun

Ares bahkan tidak memperdulikan ratu yang ingin berbincang dengannya, Ares justru menunggu adiknya yang entah kenapa lama sekali untuk datang kesini

Ares  merasa  jengkel  dan  cemburu.  Dia  tidak  menyukai  cara  Leon  memperlakukan  Luna tadi,  Ares  merasa  bahwa  Leon  berniat  merebut  Luna  darinya.

  Dia  tidak  menyukai  cara  Leon  memperlakukan  Luna tadi,  Ares  merasa  bahwa  Leon  berniat  merebut  Luna  darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia  milikku,"  gumam  Ares,  mencengkeram  buku yang di pegangnya  dengan  erat.  "Dia  adalah  milikku."

"Luna,"  panggil  Ares,  suaranya  penuh  rasa  terima  kasih.

Luna  adalah  satu-satunya  yang  bisa  menyembuhkan  penyakit  yang  menyerang  Ares  selama  bertahun-tahun.  Penyakit  itu  membuat  Ares  tidak  bisa  bergerak,  tidak  bisa  melakukan  apapun.  Namun,  Luna  dengan  ilmu  pengetahuan  dan  keahlian  nya  yang  luar  biasa  mampu  menyembuhkan  Ares.

Ares  merasa  terhutang  budi  pada  Luna, ia  merasa  terikat  pada  Luna, dia  ingin  menikahi  Luna  sebagai  tanda  terima  kasihnya.

Namun,  Leon,  Adiknya,  juga  tertarik  pada  Luna.  Leon  menolak  untuk  menyerahkan  Luna  pada  Ares.

"Dia milikku," ujar Leon, suaranya dingin seperti es yang menusuk tulang.  Dia datang tanpa aba-aba, tubuhnya menjulang tinggi di depan Ares, tatapannya tajam dan penuh kesinisan.

Ares mengangkat dagunya, tatapannya tak gentar menatap balik Leon. "Kau bercanda, kan?" tanyanya suaranya tenang namun berwibawa.

"Aku tidak pernah bercanda, terutama soal milikku," jawab Leon, senyum sinis mengembang di bibirnya.

"Dia itu adalah calon istriku dan aku tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk kau, untuk merebutnya dariku."

"Tidak, Leon," jawab Ares, suaranya tegas, tanpa sedikitpun rasa takut. "Dia adalah calon istriku. Bukankah kau sendiri yang menolaknya kemarin?"

"Tidak," jawab Leon, matanya menyala dengan amarah.  "Aku tarik kata-kataku.  Mulai sekarang, dia milikku.  Tidak ada yang boleh mengambil milikku dariku, entah itu kau atau takdir sekalipun."

Leon berbalik dan hendak pergi, namun dia berhenti tepat di depan pintu.  "Kau harusnya bersyukur sudah sembuh karenanya," kata Leon, suaranya berbisik, namun terkesan mengancam.  "Jangan serakah sejak awal kedatangannya ke sini, hanya untukku.  Dan kau tidak ada hak untuk melarang."

Ares melangkah maju, mendekati Leon.  "Kau tidak bisa memaksanya, Leon," katanya dengan suara tenang, namun penuh keyakinan.  "Luna bebas memilih, dan aku yakin dia akan memilihku."

Obsession's DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang