Jehyun tak bisa mati.
Yechan yang mendengar itu langsung menatap Jaehan tak percaya.
"Aku tahu makhluk seperti kita ini memiliki umur panjang, akan tetapi ... abadi? Omong kosong apa yang kau katakan saat ini?"
Yechan jelas tak bisa langsung mempercayainya.
Jaehan pun menghela. "Kau ingat cerita saat dia dihukum karena membuat omega Han menjadi istri dari Leader pack terdahulu?"
Yechan mengangguk.
"Kau juga ingat mengapa desa tempat mu lahir diberi nama desa Yeomra?"
Yechan terdiam lama, sampai keluar dari mulutnya, "Karena desa itu mendapat kekuatan alam dari Dewa kematian Yeomra ..."
Dewa kematian Yeomra ...
Ia merupakan raja kelima dari sepuluh Raja Dunia Bawah dan diyakini sebagai penguasa tertinggi dunia bawah.
Tak hanya mempercayai Dewi Bulan sebagai dewi tertinggi, mereka juga memberi kesetiaan pada Dewa Kematian.
" ... hampir sama seperti tugas Dewa Yeomra, desa itu dijadikan tempat untuk menghakimi, menentukan hukuman apa yang akan diterima oleh para pendosa ini."
Jaehan mengiyakan. Semua yang Yechan katakan adalah benar.
"Tapi, hyung ..." jarang sekali Yechan memanggil Jaehan dengan sebutan hyung. "-apa hubungannya dengan Jehyun yang katamu abadi?"
"Saat masa hukuman, banyak yang mengatakan bahwa Moon Jehyun membuat perjanjian dengan Dewa Kematian agar kematiannya ditangguhkan. Agar ia bisa mewujudkan setiap impian yang masih terpendam."
Yechan tampak merenung, lalu bertanya dengan suara pelan, "dan ... apa yang ia berikan sebagai bayaran?"
"Elder Jehyun menjadi entitas yang abadi, namun raga yang kita lihat saat ini hanya lah cangkang kosong dengan jiwa yang sudah mati ..." Jaehan menatap kekasihnya, "ia membayar dengan jiwanya. Jiwa yang akan berakhir di neraka terbawah."
Karena itu, werewolf yang dihormati karena menjadi elder itu tampak tak memiliki perasaan walau tahu banyak dari kelinci percobaannya yang gagal bahkan tak jarang yang berakhir dengan kematian.
Yechan menghela. Jika memang begitu adanya, lantas bagaimana cara agar ia bisa mengalahkan Jehyun nanti?
Seolah mengetahui kegelisahan mate-nya, Jaehan pun mendekat dan memberi usapan pelan di bahu yang turun karena hilangnya semangat yang sempat membara, "Mengalahkan tak berarti harus melakukan pembunuhan, Yechanie ... cukup buat dia masuk ke dalam penjara bawah tanah. Di sana semua kekuatan yang dimiliki werewolf akan menghilang. Mereka akan lemah dan meski abadi, mereka tak akan bisa lagi melakukan apa-apa lagi."
Bersamaan dengan ditangkapnya Junghoon dan Jehyun, di sisi lain Jaehan dan Sebin pergi ke tempat di mana Junghoon berkata bahwa di tempat itulah mereka membuat semua rencana.
"Wah, aku benar-benar tidak menyangka jika ternyata kita ikut andil membantu mereka." Sebin berdecak, terus mengeluh, dan berkata tak percaya pada apa yang mereka temukan di rumah sakit yang bahkan belum dibuka dan diresmikan.
Pembangunan rumah sakit ini pun mereka turut membiayai. Jaehan menyesali, karena bagaimana bisa ia terlambat mengetahui jika ternyata dalam kepemimpinannya Antella sebobrok ini.
Berbox-box obat-obatan yang ia yakin itu adalah apa yang membuat Yechan -adiknya- menjadi monster mengerikan.
Banyak bayi-bayi dan anak-anak yang bahkan masih sangat kecil di sana dan terbaring dengan banyak alat yang menempel di tubuh mereka. Jaehan sendiri awam tentang ini. Ia tak mengetahui apa yang ada di sana. Tak tahu bagaimana lagi harus berekspresi atau bahkan menanggapi selain dengan menyalahkan diri sendiri.
Mereka semua terbaring dengan selang-selang infus yang semakin lama, Jaehan merasa tak bisa lagi menahan kemarahan.
Buku jarinya memutih karena kepalan tangan yang semakin mengerat. Sampai ia merasakan lembutnya genggaman.
Itu dari adik kembarnya.
"Hyung ..."
Jaehan menoleh, melihat ke arah Sebin yang berusaha menenangkan. Ia pun mengangguk. Mengatakan bahwa ia tak apa-apa selain terkejut saat melihat ini semua.
Bahkan ada Hwichan, salah satu teman Jehyun yang ia anggap sebagai penasehat di kala ia merasa kebingungan.
Kedekatan mereka, rupanya bukan apa-apa. Tak berarti selain hanya formalitas belaka.
"Hyung, kepala rumah sakit dan semua yang bertanggung jawab atas hal ini sudah di bawa untuk ditahan sampai leader pack memberi keputusan."
Jaehan mengangguk. Sedikit menyayangkan karena rencananya rumah sakit ini akan digunakan bersama-sama dengan para manusia.
Sudah begini, tak ada jalan selain menghancurkan semua ini.
"Bawa anak-anak ini ke rumah sakit yang lama, Sebin-ah. Katakan pada dokter yang ada di sana untuk mengurus mereka sampai sembuh dan bisa kembali seperti sedia kala." Lagi pula, dari mana Jehyun mendapatkan anak-anak werewolf sebanyak ini?
Jadi, apakah elder juga melakukan kejahatan lain seperti penculikan anak-anak?
Jaehan memijit kening. Ia pun menarik napas panjang sampai mendengar suara familiar yang menyapa dengan kelembutan yang tak biasa.
Kim Taedong.
"Ah rupanya kau ... Taedongie, terima kasih."
Taedong terkekeh, "Jangan sungkan. Kapanpun Yechan membutuhkan bantuan, aku pasti akan memberikan."
Tentu yang Taedong maksud adalah adik kembarnya dan bukan mate-nya.
Jaehan pun tak lagi mengatakan apa-apa. Walau cukup menjadi tanda tanya bagi dirinya, mengapa banyak dari teman masa kecilnya begitu setia pada Kim Yechan.
Perasaan benci yang pernah ada, apakah sungguh hanya dirinya saja yang memilikinya?
"Tapi-" Taedong kembali melontarkan tanya, "-apa kau sungguh-sungguh ingin menghancurkannya? Rumah sakit ini bukankah kau juga salah satu sponsornya?"
Jaehan mendongak, sekali lagi mengamati dan mengagumi betapa megahnya rumah sakit ini. Namun, jika banyak jiwa yang disalahgunakan di dalamnya, rasanya itu hanya akan membuat Jaehan merasa kesakitan.
"Mm. Aku akan bicara dengan yang lainnya nanti. Yang pasti untuk sekarang aku hanya ingin bangunan ini dihancurkan kembali."
a/n : Thankyou guys buat komen dan semangatnya😭
💙💙💙💙💙💙