Bab 3

2 1 0
                                    

Seorang pria yang duduk di hadapan Mail menahan tawa ketika Mail menceritakan ibunya harus menjemput Karina beberapa hari yang lalu. Ternyata sahabatnya itu menurut juga jika ibunya yang menyuruh.

"Kamu jangan ikut-ikutan menertawakan saya." Mail menatap tajam orang kepercayaannya itu.

Pria itu berdeham pelan. "Sorry."

"Gimana tentang peluncuran fitur baru kita kemarin?" Mail mengalihkan pembicaraannya pada pekerjaan mereka.

"Mereka senang dengan fitur baru itu. Banyak yang nunggu untuk versi aplikasinya, tapi banyak juga yang mengeluh, masih sering muncul bug karena fiturnya belum seratus persen berjalan baik. Tim develover masih harus sering memperbaikinya," jelas Nino.

Mail mengangguk-angguk. "Oke."

"Jadi, kapan Pak Hardi melangsungkan pernikahan dengan Kirana?" Nino kembali menyinggung tentang pembicaraan yang sebetulnya belum usai beberapa menit lalu.

"Karina." Mail mengoreksi.

"Oke, sorry. Karina. Kapan kalian akan menikah?" Nino menahan tawanya ketika menyinggung soal itu.

"Please-lah, jangan bicarain dia lagi. Kalau kamu ketemu dia kamu akan tahu gimana gak nyamannya dia ada di samping kamu." Walaupun kesal, Mail masih berusaha untuk tetap terlihat santai.

"Jangan terlalu benci, nanti bisa cinta." Nino menggoda seraya tersenyum, lesung pipinya yang hanya ada di sebelah kanan terlihat. "Saya jadi penasaran seperti apa orangnya. Menurut saya dia akan menjadi orang yang menyenangkan." Nino menambahkan.

"Ya, semoga aja kamu ketemu. Biar kamu tahu."

Nino tersenyum. "Oke. Saya hanya melaporkan itu, saya permisi."

"Oke." Mail menyahut tanpa menoleh pada Nino. Ia sedang fokus mencoba fitur terbaru yang baru saja dirilis dalam versi web.

***

Safira ternganga ketika Karina menceritakan dirinya dijodohkan dengan orang bernama Ismail Hardi Winarta. Percaya tidak percaya, tetapi tidak mungkin Karina mengada-ada dengan ceritanya.

"Lo bohong, ya?" tuduh Safira.

Karina memutar bola matanya. "Lo gak percaya gak apa-apa. Kalau ada undangan dari gue nikah sama dia. Lo jangan pingsan, ya."

"Jujur aja, gue gak percaya, Na. Beneran orang ini?" Safira memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan foto Mail dalam sebuah artikel. "Dia itu sekarang lagi dibicarain di mana-mana. Sering nongol di TV pula."

"Gue jarang nonton TV, jadi gue gak tahu dia selalu tampil di TV. Di acara apa?" tanya Karina santai.

"Gak selalu sih, dia cuma diundang di acara-acara talk show gitu. Lo kebanyakannya nonton drakor sama MV-MV BTS, kali-kali nonton berita gitu biar tahu kalau orang ini tuh udah seliweran di mana-mana." Safira menunjuk layar ponsel Karina.

"Kadang-kadang aja gue nonton berita. Sejak pandemi kemarin, gue males nonton berita. Isinya informasi covid terus, bosen." Karina mematikan kembali ponselnya.

"Sekarang udah enggak kali." Safira beranjak dari duduknya. "Lo mau ke kosan gue gak? Gue sendirian nih di kosan, Kakak gue katanya bakalan lembur, pulang agak malam."

"Ya, udah, ayo."

Safira dan Karina meninggalkan kampus menuju tempat kos Safira.

"Gue pernah bercita-cita jadi reporter," ujar Karina ketika sedang menonton siaran berita bersama Safira.

"Lo cocok kayaknya." Safira menyahut seraya mencomot keripik pisang dari dalam toples.

"Cocok gimana?"

Mengejar Cinta Bang MailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang