PERTEMUAN KE 3 POV AZKA

24 4 5
                                    

Senin, 28 September 2020

Aku suka saat malam sepi melarut dalam kabut, sepi tanpa suara. Hanya aku dan malam.

Aku rasa aku dan malam adalah satu, kutahan rinduku dari pagi berharap malam segera tiba.

Aku keluar meninggalkan rumah yang terasa bukan seperti rumah ini, aku hanya ingin menemani malam ku. Menyusuri jalan bersama malam.

Kutarik nafas ku sedalam mungkin, ini lah rasanya bernafas dengan lega. Tak ada beban.

"Tolong,... Tolong...!!!"

Aku salah, aku tak sendiri di sini, suara minta tolong dari seorang wanita di ujung sana yang membutuhkan pertolongan terdengar jelas di telingaku.

Aku bergegas menghampiri segerombolan bandit berharap kedatangan ku dapat menakuti mereka.

Dugaan ku salah.

Aku tertawa mendapati diriku yang sedang meringkuk dipukul secara membabi buta.

Mati setelah menolong orang kedengaran nya tidak terlalu buruk, begitu pikirku sebelum pukulan mereka mendarat di tubuh ku.

Tapi ada apa dengan mereka, pukulan ayahku bahkan lebih keras dari mereka.

"Hei.. Hei"

Sepertinya ada seseorang mencoba melerai.

Sial......

Kami berdua berada diposisi yang sama, meringkuk dan saling menatap.

Aku tersenyum, dia orang yang menangis lalu tertawa di rumah Pierre. Orang yang berbagi pelukan di tahun baru itu

"Hai ingat aku?"

Aku menyapa nya di kondisi yang aneh ini, tapi dia tak menjawab ku. Atau mungkin dia lupa.

Bunyi sirine makin lama makin mendekat, aku dan pemuda ini di bawa ke kantor polisi. Menjadi saksi atas kejadian yang kami alami.

Polisi bertanya mengenai data diri dan kronologis kejadian, untungnya cerita kami sama

Bisma,..!?

Aku tersenyum mengetahui nama lelaki ini,. Ah bentar lagi pasti ayah datang. Polisi pasti sudah memanggil nya.

Aku hanya menarik nafas panjang, setidaknya ku tak perlu peramal untuk tau apa nasibku setelah ayah datang.

Ku lihat Bisma yang duduk persis disampingku.

"Kenapa!?"

Kalimat pertamanya di pertemuan ke tiga kami

Dia menatapku, tak ada ekspresi di wajahnya

"Muka lu berantakan"

Aku tertawa "muka lu gak jauh beda" Balasku

Kami tertawa, entah mengapa kami tertawa. Tapi aku nyaman bersamanya. Aku harap waktu berhenti

Tapi keberuntungan tidak dipihak ku, ayah datang seperti membawa minyak panas dan siap melempar kan nya ke wajah ku.

Emosi ayah tergambar jelas, kulihat tangan nya mengepal dan siap di daratkan di wajah ku. Aku hanya menutup mata, sudah siap dengan pukulan ini.

Tapi pukulan ayah, mengapa terasa lama, aku membuka mata perlahan

Bisma berdiri menahan tangan ayah, ia terlihat emosi, aku takut dengan kejadian yang akan menimpa nya

Bisma seperti siap menelan ayah hidup hidup.

"Bapak mau saya laporkan! Mumpung kita lagi ada dikantor polisi!"

Bisma enggan melepas tangan ayah, tapi Bisma, ia tidak mengenal ayahku.

Keributan pun tak terhindari

AzkaBismaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang