18 September 2020
Jarum jam menunjukan tepat jam 00.00 hari ini tepat ditanggal ini, ku ucapkan selamat ulang tahun Bisma.
Terimakasih atas kerja keras mu setahun belakangan ini.
Terimakasih karna masih bertahanSebuah pesan masuk dari dika sedikit menghibur ku, setidaknya ia ingat.
Pierre, apakah bahagia disana? Aku masih sama disini, terbelenggu antara hidup dan mati.
Aku ingin menyusul mu, tapi pesan dika menjadi alasan hidupku hari ini. Hanya alasan yang ku buat untuk bertahan.
Biasanya aku menghabiskan waktu dengan Pierre di setiap ulang tahun ku, kami akan beradu nasib tentang siapa yang paling menderita di dunia ini.
Belakangan aku tau bahwa Pierre pemenangnya. Pierre menang karna ia kalah pada dunia.
Aku tidak ingin menghabiskan waktu di neraka yang mereka sebut rumah ini. Jadi ku putuskan mengambil kunci mobil, berjalan jalan berkeliling kota.
Entah kemana arah tujuan ku malam ini, aku juga tidak tau. Aku hanya turun berjalan di sekitaran jalan, cukup sepi dan gelap.
Tidak seperti dugaan ku, jalan ini tidak sepi, samar ku lihat seseorang di pukul di lorong minim pencahayaan.
Aku tidak ingin terlibat, tapi wajah itu terlihat jelas. Aku kenal wajah itu, kaki ku melangkah mendekat mendahului logika ku.
"Hei.,, Hei... "
Kalimat itu keluar tanpa aku sadari. Aku tau aku akan menyesalinya dengan cepat. Dan disinilah aku, berakhir sama dengan pemuda ini.
Entah apa yang ada dikepala bocah ini, mungkin benar apa yang di bilang dika bahwa ia sedikit gila?
Ia tersenyum sambil menatapku di tengah pemukulan ini?
"Hey, ingat aku?" Aku tidak percaya semua omongan dika. Tapi satu hal yang pasti, otak bocah ini memang sedikit geser.
Aku hanya terdiam mencerna pertanyaanya, tidak mungkin ada orang normal yang bercengkrama di situasi ini.
Setidaknya aku diselamatkan oleh suara sirene polisi, tapi belum berakhir. Kami berdua turut serta dibawa ke kantor polisi
Ku pandangi wajah bocah ini, terlihat seperti seumuran dengan ku, ia terlihat berantakan mungkin karna pemukulan tadi.
Pandangan kami bertemu
"Kenapa?"
Aku tau aku yang memandangi nya duluan, tapi pertanyaan itu adalah bentuk pertahanan diri karna ketahuan mengamatinya
"Muka lu berantakan"
Memang benar ia terlihat berantakan, tapi bocah ini, ia tertawa. Tawa nya cerah walau mendung terlihat dimatanya.
"Muka lu juga"
Aku tertawa bersama nya, bocah bernama azka ini cukup menarik menurut ku, hanya dengan duduk disamping nya saja membuatku nyaman tanpa beban.
Mata azka tertuju pada kedua orang yang baru datang, salah satunya aku kenal. Ia lelaki tua di rumah pierre.
Lelaki tua itu yang tempo hari menarik paksa azka. Aku berasumsi dia adalah ayah azka.
Azka terdiam di samping ku, tapi entah mengapa aku menangkap ketakutan di matanya.
Reflek tubuh ku lebih cepat dari kepalaku, aku menangkap tangan pria separuh baya yang sedang emosi ini.
Aku tak tau, tapi aku tak bisa menahan emosi ku.
Lelaki tua ini cukup keras kepala, adu mulut pun tak terelakkan. Maaf tapi aku pantang kalah, walau pada orang tua sekalipun.
Aku besar tanpa diajarkan sopan santun oleh orang tuaku. Aku bahkan tak diajarkan apapun, mereka hanya melahirkan ku lalu sibuk dengan hidupnya. Aku besar sendiri.
Aku kalap, tapi aku tak menyesali apa yang ku lakukan.
Aku menarik tangan azka, melarikan diri dari keributan ini. Teriakan dan kejaran orang tua itu tidak menghentikan ku.
Mana mungkin ia dapat mengejar dua orang pemuda dengan kaki panjangnya. Aku meragukan itu.
Azka hanya diam, tapi ia mengikuti ku tanpa membantah.
Aku tak perduli, aku hanya terus berlari ke arah barat, aku masih menggenggam tangan azka, membawanya berlari bersamaku.
mungkin karna baru berlari itu membuat wajahnya yang putih tampak memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AzkaBisma
Fanfictionkisah antara 2 orang anak adam yang di pertemukan takdir. "tak bisakah ambil saja nyawaku? aku mempertanyakan keberadaan ku di dunia ini, apa tujuan ku lahir di dunia ini?" Azka "aku ingin hidup, aku butuh alasan untuk hidup hari ini. kasih aku ala...