7 HARI

29 4 2
                                    


Bisma gelisah, bocah yang ia bawa kabur hanya terdiam tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya

"Ngomong lu"

Azka hanya melihat dengan pandangan sayu, entah apa yang ia fikirkan.

"Bawa gua pergi jauh bisa?"

Bisma menatap azka pasti, ia tau mereka berdua terlalu muda untuk mengambil keputusan.

Tapi Bisma, ia tidak ingin pulang. Ia ingin pergi sejauh mungkin.

"Kemana?"

Tatapan Azka jauh, ia juga tidak tau, ia hanya tidak ingin pulang

"Kemana aja"

Mereka berdua berlari sejauh mungkin, tertawa seperti manusia pada umumnya.

"Gua Bisma, lu azka kan?"

Bisma mengulurkan tangan nya yang tentu saja disambut azka

"Hmm, nama dari bokap"

Bisma duduk menarik nafas nya, sesak karna berlari terlalu jauh

"Kenapa? Lu benci nama lu?"

Azka tersenyum lirih

"Bukan cuma nama, gua benci semua tentang gua"

Bisma menatap azka yang terlihat terang dibawah lampu jalanan.

"Ayo kita ke barat! Barat paling ujung di negri ini. Gua dengar matahari terbenam disana indah"

Usul Bisma.

Mereka berjalan terus ke barat, berharap terbenam tanpa terbit.

Azka tersenyum tanpa sepengetahuan Bisma, hati nya menghangat.
Sejak pertemuan pertama ia tau.
Hanya ia yang tau.

. . .

Sementara Bisma, ia menunggu Azka yang terlihat gontai.

Wajah Azka masih memerah, apa efek berlari tadi masih membekas.

Bisma mendorong Azka, memberinya kekuatan untuk maju kedepan. Bukan kah mereka ingin melihat matahari terbenam?
.
.

Entah jalan takdir apa yang menunggu di depan

Bisma seseorang yang membutuhkan alasan untuk hidup dan Azka seseorang yang menunggu ajal menjemput.

Yang mereka tau mereka harus ke barat, menjauh dari kota yang ingin merenggut nyawa.  Itu yang mereka pikir

AzkaBismaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang