"Dan pada akhir nya, duka tetaplah sebuah duka."
***
AMIYA membenahi stenen nya, perempuan itu meringis memegangi perut nya yang berbunyi. Melirik jam yang bertengker di dinding, pukul 20.45 WIB. Sudah lewat dari jam dinas nya, dia dinas siang hari ini, seharus nya sudah diperjalanan pulang, menikmati suasana Bogor yang kian hari, kian ramai dan macet seperti ibukota.
Tapi, berhubung pasien bangsal bedah hari ini lumayan ramai dan juga ada beberapa yang harus operasi Amiya baru selesai operan shif dengan jadwal malam.
"Mi gak lapar lo?"
"Gak, gue mau beres-beres terus pulang." Jawab Amiya sambil tersenyum, saat senior nya menawari kotak mie gacoan.
"Mbak nanti pasien atas nama Ika itu ketrolac¹ nya dikasih jam 1an ya, gue mau pamit pulang." Ujar Amiya sembari menarik kunci motor beat nya dan tas ransel.
"Oke, infus nya udah lo ganti kan Mi?" Dias menanyakan lagi, Amiya mengangguk.
"Gue duluan ya."
Ting!
Adek
Kak, kata ibu pulang nya sekalian beli pampers Anaya yang kecil aja dulu sambil nunggu remon² Bapak turun
KAMU SEDANG MEMBACA
Menangis di Jalan Pulang
ChickLitMenangis di Jalan Pulang. Amiya, 23 tahun perawat bangsal bedah umum dan freelance, bekerja siang malam untuk membantu memenuhi keperluan rumah. Dihadapi tiap pulang kantor dengan keluhan Ibu yang merasa tidak berdaya dan ocehan Ayah, mengelus dada...