ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Tidak. Haima tidak mengingkari janjinya. Dia tetap memilih Asen dan meninggalkan Akandra di taman rumah itu setelah Haima selesai menjelaskan semuanya. Walau sebenarnya Akandra tidak membutuhkan penjelasan itu.Haima kembali ke dalam mobil, Asen menunggu di sana sejak tadi. Begitu masuk mobil, Haima kembali menangis dan memeluk Asen.
Sesulit itukah sampai Haima menangis seperti ini? Pikir Asen.
"It's okay. Kalian cuma butuh waktu," ucap Asen pelan seraya mengusap punggung Haima pelan.
"Sorry, Asen," ujar Haima pelan.
Asen menggeleng, tetap memeluk Haima dan meyakinkan jika keputusan Haima sudah benar. Tapi ...
"Kalau kamu pikir terlalu sulit, belum terlambat untuk kembali bersama dia, Haima," kata Asen pelan.
Haima langsung melepaskan pelukannya. Matanya masih basah tapi tangisnya mendadak berhenti. "Maksudnya apa? Kamu ragu sama aku?"
"Bukan gitu, tapi rasanya kamu nggak akan bisa lupakan dia. Lalu bagaimana kita bisa hidup dengan bayangan bayang masa lalu kamu? Dibanding nantinya kita sama-sama sulit, bukankah lebih baik berbalik dari sekarang?"
"Asen ..." Haima menggeleng. "I choose you!"
Asen diam, dia memang tidak tau apa yang Haima bicarakan dengan Akandra di dalam tadi, tapi Asen dapat menebak. Sekali pun Haima bilang Akandra sudah menikah, tapi tidak menutup kemungkinan jika pria itu meminta Haima untuk kembali, dan sepertinya tebakannya benar.
"I know, i'm sorry." Asen kembali menarik Haima pelan dan memeluknya.
Setelah beberapa menit, Asen melepaskan pelukanny, menyusut wajah Haima lalu membenarkan posisi duduknya.
"Kita makan dulu ya, kamu pasti lapar," ucap Asen diangguki Haima.
Asen memasangkan sabuk pengaman Haima lalu menyalakan mesin mobil dan meninggalkan rumah Akandra.
Sedangkan di dalam sana, Akandra masuk terdiam, tidak bisa mencerna apa yang Haima katakan, Akandra terduduk di tanah dan beberapa saat kemudian merebahkan tubuhnya menatap langit.
Haima benar, niatnya sejak awal memang hanya ingin menjelaskan, bukan kembali. Tinggi sekali harapan Akandra.
Lalu bagaimana sekarang? Kembali ke rutinitas enam bulannya? Hidup menyakiti dan tersakiti?
Sampai hari berubah menjadi gelap, Akandra tetap di sana, setia melihat perubahan langit tanpa awan sampai menggelap gulita. Akandra bangkit dan pergi dari sana. Sekarang dia juga akan memutuskan.
Akandra pulang ke rumahnya, menemui Tania dan duduk berhadapan. Bersiap memberi tau apa yang akan dia putuskan.
"Haima memilih Asen." Kalimat pembuka yang membuat Tania kembali berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend's House
ChickLit(Privat acak, follow sebelum baca) Tidak ada tempat ternyaman untuk Haima kecuali rumah Akandra, sahabatnya. Rumah warisan yang Akandra tinggali seorang diri ini sudah seperti rumah milik Haima juga. Sejak direnovasi tujuh tahun lalu, gadis itu tida...