Di suatu hari Sabtu, dari dalam suatu rumah putih besar, seluruh anggota keluarga Natio masih tidur dengan lelap. Si kembar Zee dan Christy di kamar masing-masing, dan kedua orangtua mereka, Sean dan Gracia di kamar utama. Suasana pagi hari yang dingin bekas hujan kemarin malam membuat keempatnya begitu nyaman di kasur. Semuanya sibuk dengan mimpi damai masing-masing sampai beberapa saat kemudian, Zee mulai terusik dari tidurnya.
Kedua mata Zee masih tertutup tapi keningnya mengerut. Ia seperti merasakan ada sesuatu yang membebani kepalanya, dan lebih menyebalkannya, hal itu seperti bergerak.
Dengan kesal, Zee membuka matanya perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah dinding atas kamarnya, juga sebuah ekor panjang yang terus bergerak mengitari kepalanya.
"Hah-" Saat Zee masih menerka-nerka, sebuah- seekor kepala hitam mendadak muncul dari atas matanya. "HUAAAAAAAAAA!!!"
Zee loncat dari kasur, lari terbirit-birit keluar kamar dan menuruni tangga. "AAAAAAAA MAMAAAA!!"
"MAMAAAAA!!" Zee membuka pintu kamar kedua orangtuanya dengan kencang.
Sean dan Gracia yang sedang tidur langsung terganggu dan terbangun. "Aduh... berisik.." keluh Sean dari kasurnya.
Kaki Zee lincah melompat ke kasur, memasukkan paksa badannya diantara Sean dan Gracia. "Tolongin kakak, Ma.. Papa..!"
Gracia terpaksa membuka mata karena kesempitan. "Kenapa harus teriak-teriak sih kak..?"
"Itu.. itu.. di kamar kakak ada tikus Ma.." Zee menggoyang-goyangkan tubuh ibu nya. "Tolongin... kakak takut.."
"Masa sama tikus aja takut sih kak?" Omel Sean masih sebal karena pagi nya diganggu.
Zee beralih menatap Sean. "Soalnya tadi pas kakak bangun, tikusnya ada di kepala kakak, Pa! Geli banget ih!" Tangannya menyentuh kepalanya untuk memeragakan.
"Kakak jadi takut ke kamar.. tolongin Pa.." Kini Zee menggoyang-goyangkan lengan Sean.
Sean menghela nafas, mengangguk setelah melihat muka memelas anaknya. "Yaudah ayo kita usir." Ia beranjak dari kasur. "Yuk, Ma."
Gracia memicingkan pandangan. "Kok aku ikut juga? Sendiri aja atuh Mas.."
"Kan kamu yang lebih profesional sayang.. hehe.."
Gracia menghela nafas kasar, mulai bangkit dari posisi tidurnya. Ia melirik Sean tajam. "Bilang aja kamu ga berani, cih."
Sean tak menjawab, hanya nyengir, lalu mengikuti istrinya keluar kamar dengan Zee mengintil di belakang.
Sebelumnya Gracia pergi ke dapur dulu untuk mengambil sapu. Ia menatap heran pada kedua orang yang terus mengikutinya dari belakang. "Kenapa ngintilin mulu sih? Sana duluan ke atas!"
"Ya kan nungguin kamu dulu sayang.."
"Iya, kan sebagai keluarga harus kompak, Ma."
Gracia memutar bola malas, berjalan cepat melewati Zee dan Sean. Dengan Gracia memimpin jalan, mereka bertiga menaiki tangga menuju kamar Zee.
"Mana tikusnya?"
"Tadi sih di kasur, Ma. Sekarang ga tau kemana."
"Coba cari ke kolong kasur, say. Siapa tau sembunyi disana."
Kembali Gracia melempar lirikan tajam. Dirinya sudah geram dengan tingkah suaminya yang tak bisa diandalkan. "Kenapa ga kamu aja?"
Sean menggaruk kepalanya yang tidak gatal, berusaha mencari jawaban."Siapa tau kalau dicari sama orang cantik tikusnya mau nongol say, hehe.."
"Dih, alasan." Sudah terlalu kesal, Gracia memilih untuk lanjut memeriksa kolong kasur sesuai saran Sean. Kepalanya menyentuh lantai dan matanya melotot, fokus mencari-cari keberadaan sang tikus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut (ZoyToy)
Fiksi Penggemar𝙎𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙙𝙚𝙩𝙖𝙠 𝙟𝙖𝙣𝙩𝙪𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙖𝙪𝙩, 𝙉𝙮𝙖𝙬𝙖𝙠𝙪 𝙣𝙮𝙖𝙡𝙖 𝙠𝙖𝙧'𝙣𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙢𝙪 - 𝙉𝙖𝙙𝙞𝙣 𝘼𝙢𝙞𝙯𝙖𝙝 "Kita itu kembar. Ga ada yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat, karena kita tumbuh bareng. Mau gim...