Yo, yo, yo!!! Lama gak update nih! Entar dulu aja basa- basinya :v ada cast baru nih :
-Alec Utgoff as James Norton
Hope you like this chapter (: don't forget to vote and comment!
Melewati beberapa penjaga biasanya sulit, benar, tetapi ternyata Bim dapat melakukannya dengan cukup mudah, meskipun memang ia sempat kesulitan selama beberapa saat. Bim sudah berlatih untuk hal- hal seperti menjaga diri selama bertahun- tahun dengan ayahnya.
Bim mengambil sebuah pistol dari salah seorang penjaga yang sedang merintih kesakitan, kemudian ia berjalan melewati lobi dengan santai. Hanya kelihatannya saja, perasaannya, sih tidak santai.
Sepi. Begitulah keadaan bangunan itu. Tempat itu sebagaimana mestinya yang diceritakan oleh Bob dan Melody, tetapi saat melihatnya secara langsung, Bim sebenarnya merasa lebih terkesan. Bangunan itu terlihat kelewat bersih sehingga seperti baru saja dibuka. Bim melewati beberapa jendela besar yang pernah disebutkan oleh Bob. Ia menunduk agar tidak terlihat.
Bim heran mengapa keadaan di dalam sana begitu baik padahal ada penyelinap yang memasuki bangunan itu dan ia cukup yakin mereka mengetahui hal itu. Pasti ada kamera pengawas, kan? Ia mengira akan melihat sepasukan penjaga yang lari terbirit- birit ke sana- kemari untuk menangkap teman- temannya, tetapi ternyata tidak seperti itu kenyataannya.
Ia melihat sebuah gudang yang pintunya ternyata tidak dikunci dan memasukinya. Ia harus menyamar, sehingga ia pun mencoba untuk mencari jas lab dan untungnya dapat menemukannya meskipun sudah agak usang.
Bim menyisir rambut cokelatnya yang berantakan dengan jari- jarinya dan melenggang keluar dari gudang. Ia berusaha mengelilingi setiap lantai. Belum ada penjaga yang ditemukan oleh Bim. Ia mulai merasakan keanehan. Tetapi, ia tetap berusaha untuk tetap tenang dan berjalan- jalan. Jika ada seseorang berjas lab melewatinya, ia akan menunduk agar wajahnya tidak terlihat.
Saat sampai di lantai 3, Bim berjalan di depan sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Rasa terkejut pun menghampirinya ketika ia melihat dengan sekilas apa yang ada di ruangan yang baru saja ia lewati. Bim berjalan mundur dengan pelan dan menarik nafas, seperti menyiapkan dirinya tentang apa yang akan ia saksikan. Apakah penglihatannya yang sebelumnya tidak salah?
Tetapi, penglihatannya memang benar. Di ruangan itu, tergeletaklah Wendy dengan rambutnya yang berantakan. Ia sedang berada di atas sebuah meja besi anti karat yang terlihat sangat bersih. Kedua mata Wendy tertutup dan ia mengenakan jenis pakaian tipis yang biasa dikenakan oleh pasien rumah sakit.
Bim berjalan mendekat dengan rasa lega sekaligus tidak percaya. Kemudian ia merasa takut. Ia mencoba untuk mengecek denyut nadi Wendy. Ia masih hidup, untungnya.
"Psssst," bisik Bim. Ia mencoba untuk mengguncangnya dan masih belum ada reaksi apapun dari Wendy. Akhirnya, Bim memastikan apakah keadaannya aman, kemudian menggendong Wendy di punggungnya dan membawanya keluar.
Tetapi, baru saja Bim mulai berjalan mendekati pintu, datanglah Cam. Ia membawa sebungkus cokelat batangan dan diikuti Rita di belakangnya dengan pakaian yang tidak seperti biasanya. Kaus dan jeans. Ia membawa sekaleng coke.
"Wah, wah," kata Cam. "secepat ini?" lanjutnya.
Ampun. Yang benar saja, pikir Bim.
Rita menyengir meskipun Bim hampir tidak bisa melihatnya.
Bim tidak menghiraukan mereka dan mengambil ancang- ancang. Lalu, ia segera berlari dan menabrak Cam serta Rita yang tercengang. Bim dapat merasakan tumpahan coke ke jasnya.
Bim terus berlari dan membelok di sebuah lorong dan menemukan sebuah lift. Ia segera memencet tombolnya dan menunggu dengan gugup. Ia sudah hendak pergi melupakan lift dan mencari tangga ketika pintu lift terbuka dan tak ada orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Street
Science Fiction'Saat melihat pemandangan di luar, lututnya tiba- tiba melemas dan ia pun terjatuh pelan di depan pintu' Wendy Train terbangun suatu pagi dengan menyadari beberapa hal yang ganjil. Orang tuanya sedang pergi ke negara lain dengan alasan pekerjaan, ja...