Spageti dan smuti stroberi terlihat sangat lezat saat berpindah pada nampan. Pada akhirnya Yerim mengambil sendiri makanannya, karena ia tak ingin mereka dibawakan ke meja yang tadi. Dia tidak mau kehilangan nafsu makan yang sedang menggebu ini, jadi sebaiknya ia mencari tempat untuk makan yang tidak akan membuatnya mual.
Hampir satu semester berkuliah, dia tidak kenal dengan banyak orang untuk bisa menemukan teman makan siang yang menyenangkan. Dia terlalu sibuk dengan Hyunjin dan Bomin hingga tidak punya waktu itu untuk benar-benar bersosialisasi. Dia tidak tahu siapapun. Wajah-wajah di kantin fakultas tidak familiar, dia juga tak menemukan meja yang benar-benar kosong.
Ah, senyuman merekah di wajah Yerim saat dia menemukan satu meja yang bisa dia duduki. Meski sudah ada yang menduduki, mereka masih punya kursi kosong. Tidak masalah bergabung selama dengan orang yang ia kenali.
"Berat sekali,"
Tanpa permisi atau perizinan yang jelas, Yerim menempatkan nampan makanannya di atas meja. Bahkan penghuni meja itu terkejut dan langsung menatapnya, namun dia tak peduli. Dengan acuh dia mempernyaman duduknya di sana, bergabung dengan sepasang kekasih yang sedang menikmati waktu bersama mereka.
"Yerim?"
Geumran menatap dengan bingung, sedetik kemudian dia panik. Buru-buru dia memeriksa keadaan sekitar. Dia merasa ngeri karena dari sisi lain kantin, ada mereka yang seharusnya tidak melihat kebersamaan ini.
"Kau sedang apa di sini?"
"Kenapa kau ke sini?"
Pasangan itu bergantian melayangkan pertanyaan.
"Bomin dan yang lain memperhatikan kita!"
Yerim mengangkat bahu dengan acuh, "biarkan saja mereka." Dengan santai dia menyeruput smutinya. "Uh, sedap sekali."
Yerim bersikap acuh padahal Geumran dan sang kekasih sedang panik. Mereka seharusnya tidak boleh terlihat bersama atau akrab. Mereka punya hubungan yang buruk di depan publik. Makan bersama bertentangan dengan itu.
"Biarkan saja mereka." Yerim menyuap spagetinya dengan suka cita. "Sial, makanan mahal memang enak."
"Kenapa kau ke sini?"
"Hm? Aku butuh tempat untuk makan." Yerim menjawab dengan polos, sambil mengunyah spagetinya dengan penuh kenikmatan.
"Kenapa kau tidak makan di sana?"
"Aku tidak nyaman di sana. Mereka memperlakukanku seperti sampah. Lama-lama aku muak juga."
"Iya, tapi kau kan--"
"--aku sudah putus dari Bomin."
Dua orang itu sama-sama terdiam.
"Sandiawaranya masih berlanjut, tapi aku dan dia sudah putus. Intinya sekarang aku tidak akan bersama mereka lagi."
"Tapi itu tidak otomatis membuat kita jadi berteman lagi, kan?"
Pemuda tampan yang berpakaian layak model itu berekspresi gusar, itu bagus. Yerim lebih menikmati makanannya setelah melihat wajah kesalnya. "Benar."
"Jadi, kenapa kau ke sini?"
"Sebaiknya kau pergi saja, Sunghoon-a. Ekspresimu sekarang cukup bagus untuk jadi musuhku. Buatlah dengan dramatis. Pukul meja atau apapun. Buat aku seakan-akan mengacaukan kencanmu."
Pemuda itu memutar matanya malas, "kau memang melakukannya." Dia bersedekap, menampilkan ekspresi kesal dan jijik yang sangat meyakinkan, bahkan seperti itu benar-benar ia rasakan. "Kami tidak menerima tamu di sini. Jangan ganggu kami. Kau pergi sana!"

KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-
Fanfic🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 HOTTER, BADDER, BRAVER Kim Yerim bersama kawan-kawan barunya memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang jahat di masa lalu. Namun, akankah semua berjalan sesuai rencana? .Kim Yerim (OC) .Lee Heeseung (ENHY...