Bab 28.

344 64 7
                                    

Biru memarkirkan mobilnya asal saat sudah sampai di agensi tempat nathan bekerja, dia lekas masuk kedalam agensi tersebut dengan tatapan lurus dan datar seperti biasa. Hatinya memanas setiap kali terbayang wajah nathan yg tadi pagi datang kerumah langit buat menjemput langit dan anaknya, ada rasa tidak terima dengan apa yg terjadi tadi pagi.

Dia lekas membuka pintu studio nathan tanpa sopan santun, nathan yg memeriksa pekerjaan nya merasa terkejut dengan kedatangan biru. Walaupun terkejut namun dia yakin kedatangan biru pasti ada kaitan nya dengan langit.

"Tumben datang ke agensi gue" ucap nathan dengan nada mengejek.

Memang selama ini biru tidak pernah datang atau sekedar main ke agensi nathan, entahlah pria pucat itu terlalu sibuk. Padahal richard sendiri sudah beberapa kali datang ke agensi tempat nathan bekerja, dan kerap kali mengajak biru namun tetap biru tidak akan pernah ikut mengunjungi agensi nya.

"Gak usah basa basi langsung aja, tolong jauhkan langit tentang apapun yg sedang lo rencanakan tolong urungkan."

Nathan tersenyum miring "emang lo siapa langit main minta gue jauhin langit."

Tangan biru telah menggepal erat tanda dia menahan emosinya, nathan bisa melihat itu jika biru menahan emosi nya namun dia tetap santai menanggapi seolah tidak takut dengan biru.

"Kok diem, gak bisa jawab lo siapa nya langit."

"Dia papa dari anak gue. Jadi, gue minta tolong jauhkan."

"Cuman masa lalu gak berhak lo ngatur."

"Lo-"

Tawa nathan keluar begitu saja "gue heran dengan lo ya biru, lo udah campakan langit dengan anaknya tapi lo sendiri yg meminta langit agar stay sama lo. Lo egois tau gak."

"Lo kalau gak paham dengan ceritanya mending diem. Gue masih minta baik baik sama lo buat jauhin langit dan anak gue."

"Kalau gue gak mau gimana? Gue berhak memilih dengan siapa gue mau dekat, begitu pun langit dia berhak atas pilihan nya sendiri."

Biru lekas mencengkram kerah kemeja nathan hingga nathan mendongak kearah biru, tidak ada rasa takut bagi nathan menghadapi emosi biru yg siap meledak.

"Justru gue mau bersaing sehat dengan lo, biru. Kita bersaing untuk mendapatkan perasaan langit."

"Langit bukan barang yg harus bersaing buat mendapatkan nya" desis biru.

Nathan mengangguk anggukan kepalanya, dia tentu paham dengan apa yg dikatakan oleh biru. Kalau langit bukanlah barang yg harus bersaing buat mendapatkan nya. Tapi langit juga bisa memilih dengan siapa dia akan berdampingan.

"Harusnya lo jangan takut biru kalau langit bakalan kembali sama lo, lo bisa bersaing dengan siapapun asal itu langit yg memilih nya. Kalau dengan seperti ini aja lo udah takut berarti lo gak yakin dengan perasaan lo dan juga perasaan langit."

"Maksud lo apaan?"

Tangan nathan melepaskan cengkraman tangan biru, dia merapikan kerah kemeja nya saat biru melepaskan tangan nya tersebut.

"Lo masih mencintainya gue tau itu, tapi lo takut bukan jika langit gak punya perasaan apapun sama lo. Maka dari itu lo datangi gue dan meminta gue jauhin langit, gue cuman minta kita bersaing tanpa ketahuan oleh langit. Kalau langit memang mencintai lo gue bakalan mundur. Tapi izinkan gue berjuang dulu buat mendapatkan cintanya."

Biru terdiam benar apa kata nathan jika langit juga mencintai dirinya buat apa dia takut, mungkin perasaan biru masih ragu jika apa yg dilakukan nya saat ini tidak membuat hati langit luluh. Maka dia takut jika ada orang lain yg lebih mencintai dia lebih besar.

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang