68. Wewe Gombel (3)

145 9 1
                                    

Praja berjalan dengan tertatih-tatih, masuk ke dalam rumah. Serangan anak panah dari Bima ternyata cukup menyakitkan, mampu meracuni jiwanya hingga rusak sebagian.

"Kalo saja aku tidak cukup berpengalaman dalam mengendalikan energi astral, maka sudah pasti aku akan mati dengan kondisi jiwa yang rusak akibat serangan itu!" Batin pemuda itu.

"Maya, Nayla, di mana kalian?" Panggilnya.

Nayla datang dengan berlari ke arah pemuda itu, raut wajahnya menandakan bahwa saat ini ia sedang panik.

"Bang Praja, ini gawat, kak Maya masuk ke dalam portal Wewe Gombel!" Ucapnya dengan panik.

"Apa!?" Praja terbelalak mendengarnya.

***

Saat ini, Praja dan Nayla pun duduk di ruang tamu, memikirkan nasib Maya dan Bima.

"Bahkan selain Kak Maya, Bima pun juga menghilang?" Ujar Nayla dengan raut sedih yang tergambar di wajahnya.

Saat mereka sedang termenung, tiba-tiba Praja mendengar suara aneh di dalam kepalanya.

"Hey Praja!"

Praja terkejut dengan apa yang ia dengar.

"Ini aku, Bima! Aku menghubungimu dengan telepati!" Ucap suara itu, yang ternyata merupakan Bima.

Praja kini teringat, bahwa ada sebuah teknik komunikasi jarak jauh yang di sebut telepati. Teknik ini mirip seperti telepon, hanya saja telepati tidak membutuhkan peralatan apapun, melainkan dengan cara berlatih kemampuan khusus untuk menghubungi orang lain menggunakan pikiran.

"Benarkah? Lalu kau di mana sekarang?" Tanya Praja, sembari ikut bertelepati.

"Aku di kota lain, sepertinya mahluk itu memindahkanku jauh sekali. Jadi aku mungkin akan butuh sedikit waktu untuk kembali ke sana!" Jelas Bima.

Praja pun mengerti, ia kemudian menjelaskan soal keadaan Bima pada Nayla, agar gadis itu jadi lebih tenang.

"Syukurlah kalo Bima gak apa-apa, tapi sekarang berarti giliran Kak Maya yang belum diketahui nasibnya gimana," Ucap Nayla.

Kemudian, sebuah ide pun muncul di dalam kepala Praja.

"Nayla, aku punya ide, gimana jika kamu mencoba mendeteksi keberadaan kakakmu? Karena kakakmu belum bisa mengendalikan kekuatannya dengan baik, jadinya energi astral yang ia keluarkan jadi sangat besar. Kamu akan jadi lebih mudah dalam melacak posisinya!" Terang Praja.

"Eh, tapi kan kekuatanku belum bangkit?" Balas Nayla.

"Belum bangkit, tapi bukan berarti kamu tidak bisa memakainya sama sekali. Kamu masih bisa melihat dan merasakan keberadaan mahluk gaib, terutama jika mahluk itu punya kekuatan astral yang besar. Apalagi jika cuma kekuatan Indriya milik kakakmu? Jika kamu fokus, kamu pasti akan bisa melacaknya!" Seru Praja, mencoba memberikan keyakinan pada Nayla.

Setelah berpikir sejenak, gadis itu pun mengangguk tanda menyetujui strategi dari Praja.

***

Sementara itu, Maya saat ini berada di sebuah ruangan yang di tiap dindingnya tampak ditumbuhi oleh akar-akar pepohonan.

Ruangan ini tampak kotor dengan banyaknya barang-barang berserakan, dan butiran-butiran tanah yang menghiasi tiap sudut ruangan.

Pandangan Maya pun teralih pada sosok hantu di depannya. Hantu yang berwajah cukup mengerikan itu sedang menatap tajam ke arahnya.

Sementara Eli, anak Pak Rudi yang saat ini sedang dalam wujud roh dari tadi hanya memeluk sosok itu, seolah-olah seperti sedang memeluk ibunya sendiri.

"Apa yang kau lakukan pada Eli?" Tanya Maya dengan tegas.

"Aku hanya merawatnya seperti anakku sendiri, tidak seperti kedua orang tuanya yang selalu tak mempedulikannya!" Jawab Wewe Gombel.

"Tapi dia bukanlah putrimu, tolong kembalikan dia pada orang tua aslinya! Karena saat ini mereka berdua tampak sangat mengkhawatirkannya!" Pinta Maya.

"Kenapa aku harus melakukan itu? Saat Eli ada bersama mereka, mereka selalu mengacuhkannya. Dan sekarang, ketika Eli ada bersamaku, mereka malah berlagak peduli?" Tolak sosok itu.

"Tapi kenyataannya, mereka masih mempedulikan Eli. Dan kalo kamu menolaknya, dengan terpaksa aku harus membawanya secara paksa!" Ucap Maya, sembari memasang kuda-kuda untuk bertarung.

Wewe Gombel pun meminta Eli untuk pergi dari sana. Setelah Eli pergi, Wewe Gombel pun balas menatap Maya dengan sorot mata tajamnya.

"Dasar gadis bodoh, kamu bukan Indagis, tapi berani-beraninya menantangku!" Ujar Wewe Gombel.

Tanpa aba-aba, Maya langsung melesat maju untuk menyerang Wewe Gombel. Namun secara tiba-tiba, tubuhnya terpental ke dinding di sebelahnya.

"Mustahil, kok aku bisa terpental ke dinding?" Batin Maya.

"Aku adalah Wewe Gombel, hantu yang mampu mengendalikan ruang dimensi. Sekarang ruang yang kau pijak sudah berubah posisi. Aku dapat mengendalikan semua ruang di sekitarku agar dapat ku belokkan sesuka hati!" Jelas sang hantu.

Maya pun menggertakkan giginya dengan geram, ia mencoba memikirkan cara untuk mengatasi kemampuan mahluk itu. Namun Wewe Gombel tak memberinya kesempatan berpikir.

Maya kini kembali terlempar ke atas ruangan, "sekarang, tempat yang kau pijak itu adalah arah bawah bagimu. Lalu, bagaimana caramu mengatasi kemampuanku?" Tanya Wewe Gombel dengan nada mengejek.

"Aku adalah seorang Indriya, kalo aku kalah hanya karena kemampuan seperti ini, aku bisa malu pada teman-temanku!" Ujar Maya dengan iris mata yang mulai menyala dengan warna biru terang.

Gadis itu pun melompat ke arah lantai, dan dengan sigap, ia membentuk energi astralnya menjadi sebuah tali pengikat berwarna biru.

Kemudian tali itu ia lemparkan ke arah kaki Wewe Gombel, hingga mahluk itu tak sempat bereaksi saat kakinya mulai terikat oleh tali itu.

Maya pun langsung menarik tali itu hingga membuat Wewe Gombel terjatuh. Setelah itu, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati Wewe Gombel.

Dengan sekuat tenaga, Maya melompat ke arah mahluk itu. Seluruh energinya kini ia kumpulkan pada tangan kanannya yang ia kepalkan.

Dengan sekuat tenaga, gadis itu berhasil menghantamkan pukulannya ke wajah Wewe Gombel, hingga kepala mahluk itu membentur lantai dengan keras.

"Sial, gadis ini ternyata sekuat ini!?" Batin mahluk itu.

Dengan posisi menduduki tubuh Wewe Gombel. Maya tetap melancarkan pukulannya berulang kali ke wajah mahluk itu. Sementara Wewe Gombel hanya dapat menerima pukulan itu tanpa mampu membalasnya.

"Sial, dengan terpaksa aku harus menggunakan jurus itu di sini!" Batin Wewe Gombel.

Sebuah portal gelap pun muncul di belakang Maya, membuat gadis itu sempat kehilangan fokusnya dengan menengok ke belakang.

Memanfaatkan kesempatan itu, Wewe Gombel langsung mendorong Maya masuk ke dalam portal itu.

"Selamat tinggal, gadis bodoh! Membusuklah selamanya di dalam kehampaan!" Ujar Wewe Gombel sembari melihat Maya yang mulai tertelan oleh kegelapan di balik portal itu.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang