"Shi Mei!" Lain Hua menghentikan kakinya tepat di hadapan Shi Mei yang melihatnya dengan wajah yang terkejut. Para gadis yang lain juga terkejut melihat kehadirannya di sana, mereka semua, ia mengenali para gadis ini. Mereka selalu datang berkunjung ke istana saat ada perayaan, mereka lalu akan mengelilinginya, bermain, bercerita bersamanya.
Mereka akan selalu tertawa dengan semua yang ia katakan, mereka juga akan selalu tersenyum saat bertemu dengannya. Mereka selalu, tetapi tidak dengan saat ini.
"Shi Mei! Seorang pelayan murahan datang menggoda pangeran Zifeng, dan sekarang dia mengaku sebagai seorang putri! Dia membuat Yang mulia mengusirku dari istana! Dia juga mengusirku ke perbatasan! Kau pasti tahu bagaimana mengerikannya perbatasan itu, bukan?!" cerita Lian Hua dalam satu tarikan nafas.
Senyuman di wajah Lian Hua menghilang setelah menyaksikan para gadis itu saling berbisik satu sama lain, dan juga Shi Mei yang menatapnya dari atas hingga bawah tanpa menyembunyikan tatapan jijik dari matanya.
"Apa yang dilakukan penjahat sepertimu di sini? Apa kau kabur dari tempat tahanan?" setelah terdiam beberapa lama, akhirnya Shi Mei berujar dengan nada sinis.
"Tahanan? Shi Mei, mereka akan membawaku ke perbatasan jika aku tidak melarikan diri!" Lian Hua menghentakkan kakinya kesal.
"Lalu? Kau adalah penjahat. Bagaimana bisa kau berpura-pura menjadi seorang putri selama enam belas tahun? Aku juga bisa mengirimmu ke penjara atas ucapan burukmu kepada Yang Mulia Putri Ying-er." Lian Hua menatap Shi Mei tidak percaya. Shi Mei tidak pernah berbicara seperti ini kepadanya, Shi Mei adalah sahabatnya, wanita itu selalu berbicara dengan penuh kesopanan serta lemah lembut kepadanya.
"Menyingkirlah dari sini, kau membuat kami terlambat untuk bertemu dengan putri Ying-er. Aku juga akan memanggil pengawal istana. Kau tidak boleh berkeliaran seperti ini. Kau akan membawa penyakit kelas rendahmu itu pada kami." Para gadis yang ada di sekitar Shi Mei ikut tertawa, mengolok Lian Hua. Emosi Lian Hua-pun tersulut.
"Kau! Berani sekali kau bicara seperti itu kepadaku! Aku bisa membuat ayahmu di berhentikan dari posisinya yang sekarang dan kau berakhir sebagai gelandangan!" Pergelangan tangan Lian Hua di tahan ketika ia ingin menampar wajah Shi Mei. Gadis bangsawan itu menghempaskan tangannya dan mendorongnya hingga jatuh.
"Lian Hua, sadarlah, kau bukan lagi seorang putri. Aku sudah muak dengan keberadaanmu. Aku harus bertahan karena kau adalah seorang putri, namun sekarang kau hanyalah anak seorang gelandangan. Rasanya aku sangat bersyukur tidak perlu lagi berpura-pura saat bertemu denganmu, berpura-pura menjadi temanmu." Shi Mei memberikan gestur kepada para gadis yang lain. "Aku tidak peduli, bahkan jika kau pergi ke neraka sekalipun aku tidak peduli." ujarnya memberikan wajah muak serta mengibas-ngibas lengan bajunya.
"Penjaga, seret penjahat ini kembali ke tempat penahanan. Aku tidak sabar melihatnya diarak sepanjang perjalanan besok pagi. Hah... itu akan menjadi hari terbaik dalam hidupku!" Shi Mei tidak lagi melihat ke arah Lian Hua, bahkan ketika para penjaga mengangkatnya dengan paksa. "Lepaskan tangan kotor kalian semua dariku! Lepaskan!" Ia memberontak, akan tetapi ia tidak memiliki tenaga untuk mencoba memberontak. Perutnya sakit, kakinya sakit, badannya sakit, hatinya sakit.
Shi Mei adalah sahabatnya, dan sekarang sahabat itu ternyata hanyalah sebuah kepura-puraan ketika dirinya menganggap hubungan kedekatan mereka adalah sebuah hubungan yang tulus. "Aku yakin raja dan ratu sudah lama ingin menendangnya dari istana." ucapan ditengah keramaian terngiang kembali di telinga sang wanita.
Bahkan jika dirinya bukanlah seorang putri sekalipun, bagaimana mungkin ayah dan ibunya tega mengasingkannya ke perbatasan? Bukan dirinya yang ingin ditukar, semua ini bukan kesalahannya, bukan keinginannya, namun kenapa ia juga ikut dihukum? Selama enam belas tahun ia tinggal di istana, menjadi putri dari raja dan ratu, terlahir dari rahim yang sama dengan Pangeran Mahkota, dan dalam semalam mereka melemparnya begitu saja.
Selama enam belas tahun ini, mereka adalah keluarga, tetapi kenapa.. walaupun dirinya bukanlah putri kandung mereka, setidaknya mereka sudah menaruh kasih sayang kepadanya, bukan?
"Rasanya aku sangat bersyukur tidak perlu lagi berpura-pura saat bertemu denganmu. Berpura-pura jadi temanmu."
Apakah semua kasih sayang, perhatian, pelukan, ciuman yang ia dapatkan selama ini juga adalah kepura-puraaan?
Untuk pertama kalinya, setelah kejadian malam itu, malam dimana seluruh dunianya dihamburkan dan terbalik, ia menangis, terisak, hatinya terluka ketika menyadari tidak ada seorangpun yang tulus kepadanya. Jangankan Wang Zifei, jangankan Shi Mei yang merupakan sahabatnya, bahkan keluarganya, orang tuanya, kakaknya juga membencinya. Selama ini mereka hanya pura-pura.
Lian Hua terisak dalam ruangan tahanannya. Hanya ada dirinya seorang di sana. Memeluk tubuhnya dalam rasa dingin yang dibawa oleh angin malam. Menangisi betapa sakit dan hancurnya hati serta perasaannya. Ia menangis tanpa henti, hingga akhirnya ia terlelap karena lelah menangis.
...
Keesokan paginya, penjaga membangunkannya, "bangunlah. Perjalanan menuju perbatasan akan dimulai hari ini."
Penjaga itu menatapnya dengan tatapan iba, ia mendengar tangisan Lian Hua semalaman, tangisan itu mengingatkannya kepada putrinya sendiri, namun dia hanyalah seorang penjaga, ia tidak bisa melakukan apapun selain memberikan sarapan untuknya pagi itu. "Makanlah. Kau membutuhkannya." ujar penjaga itu lagi dan pergi meninggalkan Lian Hua yang begitu pucat.
Lain Hua menatap mangkok di hadapannya. Sebuah bubur putih yang kental, hanya itu. Itu bukanlah makanan yang ia makan minggu lalu. Ia meminta sup akar teratai dan daging tempo hari, dan ibunya menjanjikan dia akan menikmati sup teratai itu hari ini. Karena hari ini, pangeran kedua baru saja kembali membawakan akar teratai terbaik dari kota Bei.
Lian Hua mengambil sendok di atas mangkuk, menyuap bubur itu secara perlahan, pagi itu ia menangis lagi dalam diam, memakan bubur yang jauh dari rasa enak di lidahnya.
..
Kedua tangannya diikat seperti tahanan, seperti penjahat. Di sebelahnya, nyonya Shen juga dalam keadaan yang sama, mereka tidak bertukar kata satu sama lain, wanita itu masih begitu terpukul dengan kematian suaminya serta kepergian putrinya, belum lagi sekarang ia akan diasingkan ke perbatasan. Ia tidak akan terkejut jika pada akhirnya nyonya Shen menjadi gila. Apalagi mereka berdua tidak peduli dengan nasib satu dan yang lain.
Pagi itu, bukan hanya mereka yang akan melakukan perjalanan. Beberapa orang lainnya yang juga akan diasingkan menunggu nasib mereka dengan wajah lesu nan pasrah. Namun bagi Lian Hua, harga dirinya masihlah yang paling penting, meskipun orang-orang mengutukinya, meskipun selama ini kasih sayang yang ia dapatkan hanyalah kepura-puraan, walaupun ibu kandungnya membencinya, walaupun ia mencoba menahan air matanya, kepalanya masih berdiri dengan tegap, pandangannya masih lurus ke depan.
Saat itulah ia melihat seorang pria, berdiri di sana, berpakaian seperti seorang bangsawan pada umumnya. Mata yang membuatnya langsung terpesona, wajah yang terus ada dalam ingatannya, sosok yang menjadi cinta pertamanya berdiri dengan matanya yang menatap tajam, dan pandangan mereka berdua bertemu.
Lian Hua mendekat, berdiri di hadapan pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bloom of Your Flower
Historická literaturaWanita Penghibur Pangeran Putri yang tertukar versi kerajaan! Putri Lian Hua adalah gadis paling beruntung di seluruh kerajaan. Selain karena dia adalah satu-satunya anak perempuan dari sekian banyak pangeran, Raja dan Ratu menyayanginya. Semua kak...