Erina🔥

2.5K 1 1
                                    

Erina adalah remaja berusia 17 tahun, dan akhir-akhir ini selalu bolos sekolah. Penyebabnya itu karena dia sibuk menjelajahi 'dunia' yang baru saja dia temukan.

Tapi itu sebelum  kedatangan seorang pria, yang mengaku sebagai wali kelasnya.

*****

Ding dong….!!
Ding dong….!!! 

Mendengar bel pintu terus berbunyi, Erina bangkit dari tempat tidur dengan wajah cemberut, sambil mengumpat karena mengganggu waktu 'terbaiknya'.

"Anjing, sabar woy...!!"

Setiap Erina melangkah, kakinya terasa lembut seperti jeli dan akan menimbulkan sensasi kesemutan. Setelah sampai di pintu, dia membukanya, dan melihat seorang pria tampan mengenakan kemeja putih sederhana.

"Cari siapa, mas?" Tanya Erina tak sabar, dia tak berminat mengagumi wajah didepannya itu.

"Erina Dalisha, kan? Saya Seno Gumira, wali kelas kamu."

"Hah, wali kelas? Jangan ngibul deh, mas. Wali kelas saya tuh bu dina, emak-emak, gendut, berkacamata pula. Bukan spek manusia berbatang!" Erina mencibir, "Lain kali kalo mau nipu, riset dulu yang bener!"

"Beliau udah resign sebulan yang lalu, dan saya penggantinya. Tentunya kamu gak kenal sama saya, karena kamu udah bolos sebulan."

Seno memandangi gadis di depannya. Erina memakai piyama satin yang tipis, dengan potongan v yang sangat rendah, sebagian besar payudaranya terlihat jelas. Jika diperhatikan lebih dekat, tepi areola berwarna merah mudanya juga terekspos.

Seno memaksakan dirinya untuk memalingkan muka.

"Oh, gitu. Silahkan pergi pak, gak ada yang mau saya omongin sama bapak."

Setelah mengetahui identitas Seno, Erina buru-buru mengakhiri percakapan dan ingin menutup pintu. Tapi sebelum dia berhasil, pria itu meraih pegangan pintu, menahannya agar tak tertutup.

"Saya yang mau ngomong sama kamu. Ayo bicara di dalem," dengan gesit, Seno masuk melalui celah pintu, lalu meraih lengan Erina untuk mengikutinya. "Dimana kamar kamu?"

"Mmhh..... mau ngapain?" Erina menggigit bibirnya menahan erangan. Cengkraman Seno di lengannya membuat tubuhnya terangsang seperti tersengat listrik.

"Jawab aja, jangan bawel."

"Di lantai atas," lalu hentah bagaimana Erina membawa 'wali kelasnya' itu ke dalam kamarnya.

Sesampainya di kamar Erina, tanpa dipersilahkan duduk, Seno langsung memperlakukan dirinya sendiri. Dia duduk di sofa dekat ranjang. "Di mana orang tua kamu?"

"Sibuk kerja," Erina berusaha menjawab dengan senatural mungkin, meski kini vagina dan putingnya terasa gatal karena sentuhan Seno yang tak disengaja.

Erina menegakkan punggungnya, tanpa sadar memperlihatkan dua tonjolan kecil yang tegak menembus piyamanya.

“Kenapa kamu gak pergi ke sekolah?”

"Uhh... gak ada waktu."

“Gak punya waktu?” Seno mencibir, “Sebagai siswa, selain sekolah emangnya kamu sibuk apa? Jadi kuli?"

"Tsk, kalo iya kenapa?!"

"Kamu—"

Seno yang tadinya mau berdebat, kini akhirnya menyadari perubahan pada tubuh Erina. Kedua titik tajam kecil itu berdiri semakin tegak menopang kain piyama, seolah ingin merayunya untuk menyentuh dan menghisapnya.

Adegan ini agak terlalu mengasyikkan bagi pemuda seperti dia yang mudah panas, hingga senjata pembunuh di antara kedua kakinya mulai terbangun tanpa bisa dikendalikan.

Erina juga sangat gugup karena tatapan Seno yang berapi-api.

— 'Anjing, kenapa gue bawa guru laki ke kamar gue, sih? Dan kenapa tuh orang terus natap gue, sialan?!'

Walaupun Seno ganteng, tapi Erina belum pernah melakukan hubungan seksual, dan dia agak takut.

Jadi dalam situasi yang aneh ini, ada keheningan yang aneh di dalam ruangan. Semuanya menjadi sunyi, hingga Seno mendengar dengungan samar. Suaranya seperti suara sesuatu yang bergetar, dan itu berasal dari tempat tidur Erina.

"Suara apa itu?" Seno hendak berjalan ke ranjang, tapi segera dicegah oleh Erina.

"NGGAK, NGGAK.... BUKAN APA-APA PAK...!!" Erina melompat ke kasur, sambil melambaikan tangannya.

"Berdasarkan reaksi kamu, kamu pasti nyembunyiin sesuatu." Seno tak memperdulikan larangan Erina dan menyibakkan tumpukkan selimut, mencoba menemukan sumber benda yang terus berdengung.

Tanpa di duga, sebuah benda silikon berwarna pink terjatuh.

Itu dildo.

Seno segera merasakan mulutnya menjadi kering. Dia bertanya dengan suara serak. "Bisa kamu jelasin, apa yang terjadi?"

— 'Babi, babi, babi, babiiiiiii.....!!!'

Bahkan mamahnya belum pernah melihat komik dewasa yang dia sembunyikan di lemari, tapi kini seorang pria yang baru dia temui sekaligus gurunya malah menemukan mainan masturbasinya!

Saking malunya, Erina rasanya mau nyelam ke tumpukan duit.

"AHH JANGAN LIATTTT...!!!!"

Erina melemparkan dirinya ke Seno, mencoba yang terbaik untuk merebut dildo dari tangannya, tetapi tinggi badannya terbatas dan tidak mungkin dia bisa merebutnya kembali.

Seno mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dia tidak tahu kenapa dia melakukan ini, mungkin untuk merasakan payudara besar yang berat dan lembut menekan dadanya.

Seno terbawa suasana dan otaknya mengalami korsleting.

Seno tidak tahan lagi dan menekan bahu telanjang Erina. "Apa sekarang para siswa begitu liar? Cuman pakai piyama kecil dan seksi tanpa daleman? Saat ketemu guru, kalian gesekkin susu montok kalian ke tubuh guru. Menyenangkan kah menggoda guru seperti ini? "

"Siapa yang ngegoda pak seno, sih? Aku cuma mau ambil barang di tangan bapak aja!" Erina dengan marah mengulurkan tangannya ke Seno. "Cepet balikin....!"

“Kenapa saya harus balikin ke kamu?" Seno mendorong Erina ke tempat tidur lalu mengangkangi tubuhnya, kakinya menekan bagian bawah Erina agar tak berontak. "Kalo saya kasihin, bukannya kamu bakalan bolos terus dan sibuk ngerojok lubang memek kamu pake benda ini, kan?"

"Bapak ngapain duduk di perut aku?! Minggir, gak?!" 

"Sstt..., diem." Dengan satu tangan, Seno merobek pakaian Erina hingga berkeping-keping. "Saya punya cara biar kamu mau sekolah."

"Akhh anjing...! Kenapa lo robek piyama gue...?!"

— 'Setelah nenen gue terekspos, apa sekarang pak seno mau mainin tete gue? Shit, kalo rahasia yang dibawah sampe ketahuan, gimana anjir?!'

Melihat gelagat aneh Erina, Seno menyipitkan matanya. "Kayaknya ini bukan satu-satunya mainan yang kamu punya. Masih ada benda yang berdengung di tubuh kamu."

“Kalo ada, emang lo mau apa, hah?!" Hilang sudah kesopanan Erina terhadap Seno.

"Ya jelas, harus saya sita."

"Siala—AHHH...!!"

Erina merasakan kekuatan yang kuat datang, dan kakinya dibentangkan dengan paksa. Vaginanya yang basah terbuka sepenuhnya ke arah Seno. Sebuah celah terbuka, ada getaran mendengung yang keluar dari lubang kecil.

Seno memasukkan dua jari rampingnya ke dalam lubang, dan benar saja dia menyentuh benda kecil berbentuk oval. "Ck, ternyata vibrator."

Seno menusukkan jari-jarinya semakin jauh ke dalam vagina Erina, dan terowongan yang ketat menyedot vibrator dan jari-jarinya dengan erat.

Erina merasakan kenikmatan berlipat ganda. "Aahhh.... emhhhh..... bangsathh.... lo ngapain anjinghh....?!!"

*****

Kelanjutannya di KARYAKARSA
Harga murah, bikin basah
🥵💦🥵
📌https://karyakarsa.com/erasan📌



Para Pemuas Nafsu (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang