E M P A T B E L A S : Jemputan

274 49 11
                                    

Saat jam pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu, Selatan masih asik mengekori Kala dari belakang, mengikuti cewek itu sampai ke kelasnya lantas sok akrab dengan Angel yang memasang tampang bingung.

Kala membereskan mejanya sebentar, lalu menoleh pada Selatan yang asik duduk di kursi miliknya sambil bersenandung.

"Kamu gak pulang?"

Selatan menoleh pada Kala, "kita kencan yuk!"

"Ngapain?"

"Kencan"

"Iyaa, maksud aku kencannya ngapain?"

Berpikir sebentar, Selatan menoleh pada Kala dengan antusias, "time zone?"

Percakapan mereka terhenti saat Mahendra muncul dari balik pintu, mengisyaratkan pada Selatan bahwa hari ini mereka ada eskul taekwondo.

Selatan mendengus tidak suka, menatap Kala yang masih diam di tempat, "besok gimana?"

"Enggak tahu deh, aku harus izin dulu sama abang-abang" Kala membalas, bagaimanapun dia memang harus izin pada  orang rumah.

"Bilang aja lo gak mau kencan sama gue kan?" Selatan memberenggut, memalingkan muka ngambek.

"Mana mungkin, lagian aku juga bosan kali di rumah, nanti aku coba minta izin deh"

Percakapan itu selesai tanpa arah, Selatan harus pergi ke ruang eskul sedangkan Kala dan Angel berjalan gerbang sekolah.

"Oh.my.god!" Angel berseru, menatap ke arah lapangan sekolah dengan mata berbinar, "ganteng bangett!!"

Kepala Kala tertoleh, lantas mendengus saat menemukan Kilat yang bersandar di depan mobil hitamnya dengan gaya serupa bak iklan pria di majalah-majalah terkenal.

Posenya luar biasa hebat dengan wajah super ganteng yang membuatnya menjadi pusat perhatian oleh murid-murid SMA Garuda.

Belum sempat Kala bergerak menuju abangnya itu, Angel kembali mendengus, "jemputan gue udah sampai, sayang banget gak bisa liatin cogan lebih lama, gue duluan Kal" ujanrnya berseru, lantas berlari mendekati mobil yang biasa menjemputnya.

Sayang sekali, cewek itu tidak tahu kalau cowok yang tadi dia puji adalah abangnya Kala.

Kala mendekat, membuat Kilat yang sedari tadi asik menunduk memperhatikan ponsel mengangkat kepala, cowok itu tersenyum manis yang membuat beberapa jepretan kamera tiba-tiba saja berbunyi.

"Abang udah lama disini?" Kala bertanya,

"30 menit sebelum bel pulang bunyi abang udah disini" Kilat mendekat, merapikan rambut Kala yang sedikit berantakan, "ayok pulang"

Cowok itu membukakan pintu untuk Kala, lantas duduk di balik kemudi, "gimana sekolah kamu hari ini?"

Kala menoleh, "kenapa nanya gitu?"

"Emangnya gak boleh? Kepo aja"

"Biasa aja"

Tangan Kilat terangkat, mengelusi kepala Kala yang sontak terdiam, "hm kamu tau kan sekolah itu tempatnya apa?"

"Tempatnya belajar"

"Benarr, pinternya adik abang, berarti kamu gak boleh pacar-pacaran apalagi di sekolah nanti enggak fokus belajar, nilai-nilai kamu bisa anjlok, belum lagi kalau pacar kamu ternyata gak benar, abang gak mau yaa punya adik yang ngelakuin hal gak benar sama pacarnya terus--"

Kala menyela, "emang abang pikir aku gak benar??"

"Enggak kok, abang percaya kamu tapi gak percaya sama pacar kamu"

"Dia baik kok"

Sekilas mata Kilat terlihat tidak suka, "baikan mana sama abang?"

Kala menoleh bingung, kenapa tiba-tiba abangnya jadi membandingkan begini sih?

"Itu--akuu gak tahu"

Kilat tentu saja baik, pagi ini saja cowok itu membantunya bangun, bersikap baik dengan mendandaninya, namun Selatan juga baik, cowok itu mentraktirnya makan, mengusap kepala Kala penuh sayang, apalagi dengan gaya ngambeknya yang menggemaskan, tentu saja keduanya tidak bisa di bandingkan, bagi Kala, Kilat adalah abang yang baik, dan Selatan adalah pacar yang baik juga, tentu saja tidak bisa di samakan.

Kilat menoleh, melirik Kala yang memasang wajah tidak nyaman, dia melembutkan suaranya "maaf, abang terlalu kekanakan ya? abisnya ini pertama kali punya adik, terus dapatnya yang gemes dan cantik kayak kamu, masa tiba-tiba udah pacar sih? Padahal masih kecil loh"

Muka Kala memerah padam, "soalnya aku kepo pacaran itu gimana"

Kilat nampak tertawa geli, "kalau kamu kepo kamu kan bisa tanya abang"

"Bukan gitu ihh, aku kan pengen tahu ngerasain gimana rasanya pacaran"

Kilat menghentikan mobilnya di depan Indomaret, menatap sepenuhnya pada Kala yang menunduk mainkan jemarinya, "Kala, adik abang yang paling cantik, kamu boleh pacaran tapi nanti, waktu umur kamu udah udah cukup, dan kamu udah paham gimana perasaan kamu"

"aku udah cukup umur!"

"Oh ya? emang berapa?"

"Aku udah 17 tahun abang"

Kilat menggeleng, "kamu baru 17 tahun satu bulan yang lalu kan? lagipula syarat dari abang, kamu boleh pacaran kalau umur kamu udah 19 ke atas"

"temen-temen aku aja pada pacaran"

"ngapain ngikut temen? Kamu ya kamu"

Kala melipat tangan di dada, memalingkan wajah pada Kilat, "abang ngeselin!"

Kilat malah tertawa melihat wajah menggemaskan adiknya, "abang juga sayang kamu" ujarnya menjulurkan tangan untuk mengusap rambut Kala, namun cewek itu menjauh seolah tidak sudi bersentuhan dengan Kilat.

"Mau nitip apa? Biar abang aja yang masuk"

Kala tidak membalas, masih tidak mau bicara pada Kilat yang hanya geleng-geleng kepala dengan tingkahnya.

Cowok itu beranjak pergi, meninggalkan Kala sendirian di dalam mobil, kunci dia tinggalkan dengan keadaan mobil yang mati.

Sekitar sepuluh menit, Kilat kembali dengan dua kantong plastik besar di tangannya, cowok itu menaruh belanjaannya di belakang, lantas menyerahkan satu plastik kecil untuk adiknya yang masih memalingkan wajah.

Saat Kilat ingin menyerahkan plastik itu, barulah dia tersadar kalau Kala tengah tertidur, bersandar pada kursi dengan miring.

Kilat terdiam sejenak, lantas merapikan tidur Kala agar benar yang untungnya gadis itu tidak terbangun.

"Abang bukannya ngekang kok, cuma anak zaman sekarang gaya pacaran mereka berlebihan" ujar Kilat pada Kala yang masih tertidur, mengusap kepala gadis itu penuh kelembutan, "Abang sayang kamu" bisiknya lagi dengan senyum manis yang terkembang.
_____________________________

Hmmm gimana yaaaa.....

H.O.M.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang