Senin 28 SeptemberDua orang asing yang terikat takdir ini duduk bersandar disisi kapal,
"Bis, matahari terbenam di barat indah ya?"
Bisma tidak tau, ia hanya melemparkan usul yang disambut serius oleh azka.
.
.
.Mereka berdua berjalan gontai tanpa tau tujuan, langkah terhenti ketika melihat bangunan tua yang bertuliskan hotel.
Bisma memandang Azka yang terlihat letih hampir lunglai, wajah nya masih memerah.
"Ayo masuk az!"
Azka menurut tanpa penolakan, ia bahkan terlalu letih untuk berbicara.
Satu kamar seperti nya cukup untuk mereka berdua.
"Lu gak masalah kita nginap disini kan?"
Azka tak menjawab pertanyaan Bisma, ia hanya mendekati tempat tidur dan membaringkan dirinya.
"Kecapean ni bocah"
Bisma menyusul, membaringkan dirinya dan menatap orang yang baru berapa kali ia temui.
Rambut azka yang basah karna keringat jatuh terurai menghiasi wajah merahnya terlihat tenang tanpa beban.
Bisma tersentak saat Azka tanpa sadar memegang tangan nya..
"Az lu demam? Tangan lu panas. Az bangun lu!!!"
"Aku siap"
Azka bergumam, efek demam tinggi"Ngigo nih anak! Az bangun, siap apa maksud nya? Siap dipanggil? Jangan dulu!!! Gua sendiri dong"
Bisma mengacak rambutnya gusar, ia khawatir dengan kondisi teman pelarian nya.
Azka terbaring di depan nya dengan demam tinggi nya, Bisma memang tak punya pengalaman merawat orang sakit. Tapi ia bukan orang bodoh yang tak tau caranya menjaga seseorang.
Berbekal es batu yang ia minta dari resepsionis hotel, Bisma merawat Azka.
"Kaya nya udah turun!"
Bisma menjatuhkan diri nya, ia terlalu letih untuk merapikan semua. Yang terpenting baginya adalah demam Azka sudah turun.
Mereka berdua tertidur di tengah pelarian, terlalu enggan memikirkan masa depan.
Azka membuka matanya perlahan, bisma di depan nya tertidur lelap dengan tenangnya.
Tentu saja Azka mengerjap, Bisma terlihat begitu indah didepan nya, alis mata yang lebat dan bulu mata panjangnya begitu dekat dengan pandangan nya.
Azka tau bisma merawatnya, sangat terlihat jelas.
"Makasih bisma"
Bisik Azka pelan, Bisma yang tak terlalu pulas membuka matanya malas.
Azka panik tapi tak ditampakkan nya, mencoba tenang walau hati di goncang gempa.
"Lu udah baikan?"
Tangan Bisma terulur mencoba memeriksa suhu tubuh tanpa tau pemiliknya sedang bergejolak gelisah.
Azka berbalik tak sanggup menatap bisma
"Hmmm udah baikan, ma..makasih"
Ucap Azka gugup.
Bisma menatap langit langit kamar lalu tersenyum
"Sebenarnya gua juga mau bilang makasih"
Azka penasaran tapi tak bertanya, ia hanya menunggu Bisma melanjutkan ucapan nya
"Lu tau, gua ulang tahun hari ini. Gua senang karna gua gak sendiri" Lanjut bisma.
Azka segera bangun dan menatap bisma yang terbaring, tapi itu terlalu cepat, kepala nya terlalu sakit dan pandangan nya mengabur, ia hampir kehilangan kesadaran dan jatuh
Bisma reflek menangkap jatuh nya tubuh azka.
"Lu masih sakit az, santai aja"
Ucap Bisma sambil memijit kepala Azka
"Masih pusing" Tanya Bisma
Azka mematung wajah nya memerah, ia tak menjawab pertanyaan yang di lontar kan Bisma
"Az, kaya nya lu demam lagi. Muka lu merah banget, lu tunggu disini. Gua cari obat dulu"
Bisma meninggalkan Azka yang dan bergegas menuju apotek terdekat. Bunyi pesan masuk ia abaikan
.
.
.
.Dika
"Bis, lu dimana? Ada polisi nyariin lu"
KAMU SEDANG MEMBACA
AzkaBisma
Fanfictionkisah antara 2 orang anak adam yang di pertemukan takdir. "tak bisakah ambil saja nyawaku? aku mempertanyakan keberadaan ku di dunia ini, apa tujuan ku lahir di dunia ini?" Azka "aku ingin hidup, aku butuh alasan untuk hidup hari ini. kasih aku ala...