Saat ini, Maya menatap ke sekelilingnya dengan perasaan tak nyaman. Ini bukanlah perasaan biasa, perasaan ini terasa menyeruak ke seluruh jiwanya.
Rasanya seluruh jiwanya seperti terkompresi oleh sesuatu di tempat ini. Namun dengan sisa kesadarannya, ia mencoba mempertahankan eksistensinya agar tak lenyap begitu saja.
Ini merupakan sebuah tempat tanpa keberadaan ruang dan waktu. Segala sesuatu yang masuk ke dalamnya akan lenyap tanpa sisa. Namun berkat kekuatan Indriya yang berada dalam dirinya, Maya berhasil mempertahankan keberadaannya agar tetap ada di tengah kehampaan ini.
"Kekuatan Wewe Gombel sungguh luar biasa, ia dapat mengendalikan ruang dimensi, bahkan sampai melemparku ke tempat seperti ini?" Batin gadis itu.
Sekarang ia hanya memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari tempat ini. Karena jika terlalu lama berada di sini, ia khawatir eksistensinya akan benar-benar lenyap.
Saat Maya sedang terhanyut dengan pikirannya, tiba-tiba dari kejauhan ia melihat sebuah cahaya biru yang menyala terang.
Gadis itu pun mencoba menyipitkan matanya agar dapat melihat dengan lebih jelas. Hingga akhirnya ia menyadari bahwa di balik cahaya itu ada Praja yang mencoba memanggilnya.
"Maya, raihlah tanganku!" Teriak Praja.
Maya pun mencoba mendekati sumber cahaya itu. Tangannya mencoba meraih tangan Praja yang diulurkan padanya.
Hingga akhirnya, Maya dapat meraih tangan Praja. Dan dengan sekuat tenaga, Praja langsung menarik Maya keluar dari tempat itu.
***
Maya pun menatap ke sekeliling, ia menyadari bahwa sekarang dirinya berada di daerah hutan, tepat di bawah sebuah pohon rindang yang cukup besar.
Pandangan Maya pun teralih pada Praja yang tampak terengah-engah setelah menariknya dari kehampaan. Saat ini pria itu juga sedang memakai wujud Indagisnya.
"Praja, terima kasih karena sudah menolongku!" Ucap gadis itu, dibalas dengan anggukan Praja.
"Ehem, cuma Bang Praja doang nih yang diucapin terima kasih?" Ujar Nayla, yang ternyata juga ada di sana.
"Eh Nayla, aku gak sadar kalo kamu juga ada di sini, terima kasih ya!" Kata Maya pada adiknya, sementara Nayla hanya cemberut mendengar ucapan kakaknya.
"Syukurlah kami bisa menemukan lokasimu. Tidak kusangka Wewe Gombel itu memanfaatkan pohon besar di pinggiran desa untuk menipu para warga, agar lokasi persemayaman aslinya tak diketahui siapapun!" Ujar Praja.
"Iyakah? Lalu bagaimana cara kalian menemukan lokasiku?" Tanya Maya dengan penasaran.
Praja pun menjawab, "soal itu..."
***
Beberapa waktu sebelumnya.
Nayla mencoba duduk bersila di lantai, pikirannya ia fokuskan untuk mencari lokasi keberadaan sang kakak.
Secara perlahan, ia mulai merasakan aura dari setiap mahluk gaib di lingkungan itu. Ia terus mencoba mencari dengan lebih jauh, hingga akhirnya ia menemukan lokasi keberadaan kakaknya dalam jarak 5 kilometer di arah tenggara.
"Lokasinya berbeda dengan lokasi pohon besar yang tadi kami datangi, pantas saja tadi kekuatan gaib yang kami rasakan cukup kecil!" Batin gadis itu.
Lalu kemudian, ia merasakan benturan energi lain yang mirip dengan energi gaib yang tadi juga mendatangi rumah Pak Rudi.
"Tidak salah lagi, itu adalah energi Wewe Gombel!" Batin Nayla.
Namun secara tiba-tiba, ada energi besar yang muncul untuk menyedot energi kakaknya. Nayla tidak tahu energi apa itu, tapi secara tiba-tiba energi kakaknya lenyap dari tempat itu.
Belum selesai sampai di situ, Nayla juga merasakan bahwa energi kakaknya masih ada. Namun seolah-olah energi itu berada di suatu tempat yang sulit di jangkau. Bahkan energinya terasa seperti sedang mempertahankan keberadaannya agar tak lenyap.
***
"Dari situ aku menyimpulkan, bahwa kamu tersedot ke dalam kehampaan. Karena energimu seolah-olah ingin mempertahankan keberadaanmu di tempat yang sulit dijangkau!" Jelas Praja.
"Oh begitu, lalu di mana Bima sekarang? Dari tadi aku seperti tidak melihatnya?" Heran Maya.
"Nanti dia akan segera menyusul, jadi sebaiknya kita kalahkan Wewe Gombel itu di tempat persemayamannya sekarang juga!" Seru Praja dengan napas yang masih terengah-engah.
"Kamu gak apa-apa, Praja?" Tanya Maya dengan pandangan khawatir.
"Aku gak apa-apa kok, hanya lelah saja, karena membuka portal ke dalam kehampaan itu butuh energi yang sangat besar!" Jawab pemuda itu.
Mendengar hal itu, Maya langsung memegang salah satu tangan Praja, dan kemudian ia segera mentransfer energinya.
"Biar kutransfer sebagian energiku ya, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasih karena sudah menolongku!" Jelas Maya, dengan senyuman yang tersungging di wajahnya.
"Ternyata, Maya sudah berkembang dengan cukup pesat ya!" Batin Praja sembari tersenyum.
"Segini sudah cukup! Sekarang ayo kita masuk ke dalam dan kalahkan Wewe Gombel secepatnya!" Ujar Praja.
***
Dengan portal buatan Praja, mereka pun kembali memasuki dunia persemayaman Wewe Gombel di dalam pohon rindang di sana.
"Tidak kusangka, para Indagis memiliki kemampuan untuk berpindah antar dimensi!" Batin Maya.
Di dalam tempat yang dipenuhi rambatan akar tanaman itu, mereka langsung disambut oleh Wewe Gombel dalam wujud aslinya.
"Nayla, masuklah ke dalam dan carilah Eli, untuk mahluk ini biar aku dan Maya yang hadapi!" Perintah Praja, dibalas dengan anggukan Nayla.
"Tidak akan kubiarkan!" Ujar Wewe Gombel, sembari menciptakan retakan ruang ke arah Nayla hanya dengan gerakan tangannya.
Namun dengan sigap, Maya langsung menciptakan barrier pelindung untuk melindungi adiknya. Sedangkan Praja langsung berlari menerjang Wewe Gombel.
"Nayla, pergi sekarang!" Ucap sang Kakak. Sementara Nayla mengangguk dan langsung berlari masuk ke dalam.
"Kalian semua memang kurang ajar!" Bentak Wewe Gombel sembari mendorong Praja menjauh dengan gelombang shockwave.
Maya pun segera berdiri di sebelah Praja. Mereka saling menganggukkan kepala dan mulai memasang kuda-kuda, siap untuk memulai pertarungan.
Dua orang Indagis dan Indriya itu kini saling berdiri bersandingan. Energi astral berwarna biru milik mereka berdua juga saling bersinergi, menandakan kecocokan kombinasi diantara mereka berdua.
Wewe Gombel pun menatap mereka dengan geram, ia kini juga siap untuk memulai pertarungan dengan mereka berdua.
***
Nayla kini telah tiba di ruangan terdalam dimensi itu. Sorot matanya terbelalak melihat hal mengerikan yang sedang ia lihat sekarang.
Di dalam ruangan yang sangat kotor itu, banyak jiwa anak-anak yang bermain dan tinggal di sana.
Anak-anak di sana memiliki penampilan yang aneh, dengan area sekitar mata yang hitam dan seluruh kulit yang pucat. Bahkan beberapa di antara mereka memiliki pandangan yang kosong.
"Ini, sebenarnya, apa yang telah terjadi pada anak-anak ini?" Batin gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis 1: Jawa Arc
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...