Chapter 25

288 40 2
                                    

Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
***

Musim dingin pun tiba dan pekerjaan Mastani sudah selesai, selanjutnya ia tinggal menunggu hasil pada hari yang akan datang

"Aku merasa bahwa Tuan Putri Mastani lebih cocok untuk menduduki takhta daripada para pangeran yang ada"

"Ya aku setuju dengan mu, dia pandai dan berbakat, serta cantik pula"

"Tapi aku kurang setuju, memang yang di katakan oleh mu itu benar, namun Tuan Putri telah di kutuk tidak akan pernah menikah dengan siapapun dan hal itu membuatku sedikit ragu untuk mengatakan bahwa ia cocok menduduki takhta"

"Hanya karena itu?"

"Ya, aku hanya tidak ingin memiliki pangeran dari hasil hubungan yang tidak sah"

"Syutttt, pelankan suara mu bagaimana jika para keluarga kerajaan mendengarnya? Kau ingin di hukum?"

"Kau tau kita sudah bersumpah untuk tidak mengatakan tentang kutukan Tuan Putri"

"Ya ya, maafkan aku.. lagi pula tidak ada yang mendengarnya"

Lalu suara lonceng kaki terdengar di telinga mereka,di istana ini hanya Tuan Putri Mastani yang menggunakan lonceng kaki, seketika mereka pun terperanjat

Percakapan ketiga pelayan itu ternyata di dengar oleh Mastani, yang kini sudah berdiri di depan mereka

Tatapan setajam pisau itu menatap mereka membuat bulu kuduk berdiri
"Apakah kalian sedang membicarakan ku?"suara yang begitu dingin terdengar di gendang telinga mereka

Pelayan yang tadi membicarakan tentang kutukan Mastani pun langsung berlutut

"Tuan Putri, tolong ampuni aku.."ia mencoba mencium kaki Mastani

Namun Mastani mundur selangkah, ia kemudian menunduk dan mensejajarkan dirinya dengan pelayan itu

Mastani membelai rambut pelayan itu
"Kau sudah tau konsekuensi dari ucapan mu itu"

"Ampuni aku Tuan Putri, aku bersalah tolong ampuni aku, aku janji tidak akan membicarakan hal itu lagi, ampuni aku Tuan Putri"

Pelayan itu memohon dengan berlinang air mata, sambil mengatupkan kedua tangannya

Mastani menatap datar pada pelayan itu, ia lalu mengeluarkan sebuah belati tajam dari sakunya

Dengan lembut Mastani menarik tangan pelayan itu dan menaruh belati itu di tangannya
"Jika kau merasa bersalah padaku, maka bunuh lah dirimu untukku"

Pelayan itu menatap tidak percaya pada Mastani, ia kembali menunduk dan ingin mencium kaki Mastani

"Jangan melakukan hal yang sia-sia, sekarang gunakanlah belati itu"Mastani segera berdiri dan menjauh dari pelayan itu

Sementara dua pelayan yang lainnya berdiri sambil gemetar ketakutan

"Tuan Putri-"

"Itu sudah konsekuensinya, kau telah bersumpah, jadi lakukanlah"

Pelayan itu dengan gemetar mulai mengarahkan belati pada lehernya, dua pelayan lainnya segera menutup mata mereka tidak ingin melihat kejadian itu

Pelayan itu mulai menusuk lehernya dengan belati itu, dan darah pun mulai mengucur keluar pelayan itu pun muntah darah sementara Mastani hanya menatap datar

***

Kejadian tadi terus terbayang di pikiran Mastani, apalagi perkataan pelayan itu

Itu cukup membuat hatinya terluka, Mastani menatap langit malam kesukaannya

Mastani Venenum WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang