Di sebuah dunia putih nan damai, di mana setiap sudutnya dipenuhi dengan keindahan dan kasih sayang, seorang pemuda tampan berdiri mengamati bunga-bunga yang dirawatnya sejak kecil. Zayyan, dengan senyum lembut dan tatapan penuh cinta, adalah sosok yang dikenal sebagai pangeran berhati suci di antara teman-temannya. Meskipun cerewet dan sering kali khawatir, sifat baik dan humorisnya membuatnya dicintai oleh semua orang di sekelilingnya.
Hari itu, saat sinar matahari menyinari kebun bunga, Zayyan teringat bahwa ulang tahunnya yang ke-18 akan segera tiba. Dalam budaya mereka, mencapai usia ini berarti akan menerima misi yang sangat berarti. Zayyan merasa cemas memikirkan apa yang akan ditugaskan kepadanya. Ia berharap misi itu tidak akan memaksanya untuk berperang seperti yang pernah dilakukan oleh ayahnya dulu. Kenangan tentang pertempuran dan kehilangan membuat hatinya bergetar.
Dalam lamunan itu, tiba-tiba Zayyan dikejutkan oleh kehadiran Gyumin, sahabat baiknya yang selalu bisa diandalkan. “Hai, Zayyan! Ada apa denganmu? Kenapa kau tampak tak bersemangat?” tanya Gyumin dengan nada khawatir.
Zayyan menghela napas, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku sedikit cemas, Gyumin. Memikirkan apa misiku nanti. Aku tidak ingin mengecewakan siapa pun.”
Gyumin mendekat dan menepuk punggung Zayyan dengan lembut. “Zayyan, kau tenang saja. Aku yakin misimu akan sangat mudah kau lalui! Kau punya hati yang baik dan kekuatan yang luar biasa. Jadi, jangan berpikir kau gagal, ya.”
Kata-kata Gyumin seakan memberikan semangat baru bagi Zayyan. Ia mengangguk, meskipun masih ada keraguan yang mengendap di dalam hatinya. “Terima kasih, Gyumin. Kadang-kadang aku merasa beban ini terlalu berat untuk dipikul.”
“Lihatlah sekelilingmu! Kita hidup di dunia yang penuh kasih sayang. Semua orang di sini percaya padamu. Misi yang akan kau jalani pasti akan membawa kebaikan, seperti dirimu yang selalu melakukan. Ingat, setiap langkah yang kau ambil adalah langkah menuju kebaikan,” Gyumin menjelaskan dengan penuh keyakinan.
Zayyan tersenyum, merasakan kehangatan dari kata-kata sahabatnya. “Kau benar. Mungkin aku harus lebih percaya pada diri sendiri. Misi ini adalah kesempatan untuk berkontribusi bagi dunia ini.”
Saat mereka berdua berbincang, Zayyan merasakan dorongan semangat mengalir dalam dirinya. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, ia tidak sendirian. Teman-teman dan orang-orang yang mencintainya akan selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan dan kasih sayang.
Matahari mulai terbenam, menciptakan lukisan indah di langit. Zayyan memandang ke arah cakrawala, merasakan harapan baru mengisi hatinya. Misi yang akan datang mungkin akan menjadi tantangan, tetapi dengan keberanian dan cinta yang ada di dalam dirinya, ia akan siap menjalani perjalanan ini.
“Terima kasih, Gyumin. Ayo, kita nikmati waktu kita bersama sebelum semuanya dimulai!” seru Zayyan, bersemangat.
Gyumin tersenyum lebar dan keduanya pun melanjutkan hari mereka di kebun, berbagi tawa dan cerita. Dalam hatinya, Zayyan telah bertekad untuk menjalani misi yang akan datang dengan sepenuh hati, berpegang pada keyakinan bahwa dunia ini akan selalu mendukungnya.
Didunia manusia sosok pemuda bernama Zo Sing, pemuda tampan keturunan Hongkong dan Indonesia, mengurung diri di dalam kamarnya. Di luar, keributan yang ditimbulkan oleh orang tuanya terus berkecamuk, suara tinggi dan teriakan penuh emosi yang membuatnya enggan untuk melangkah keluar. Wajahnya yang tampan dan aura dingin yang menyelimutinya membuat banyak orang terpesona, tetapi kedalaman jiwa yang tersembunyi di balik penampilannya adalah kisah yang berbeda.
Sing adalah sosok yang cuek dan irit bicara. Meskipun begitu, hal itu tidak membuatnya dijauhi oleh teman-temannya. Justru, banyak yang menyukainya baik dari kalangan siswa yang ingin berteman, maupun para gadis yang berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Namun, Sing menutup rapat hatinya, seolah tidak ada ruang bagi siapa pun untuk menempatinya. Baginya, cinta dan kasih sayang hanyalah ilusi yang tak berarti.
Ia adalah kapten tim basket dan futsal di sekolah, namun di balik kesuksesannya, ada kekosongan yang mendalam. Kedua Sahabatnya, adalah satu-satunya orang yang bisa berusaha memahami Sing, meskipun terkadang sulit untuk berbicara panjang lebar dengan pemuda itu. Mereka selalu ada untuknya, menawarkan dukungan tanpa pamrih, layaknya seorang saudara. Namun, bahkan kehadiran Mereka tidak mampu mengisi kehampaan yang menggerogoti hati Sing.
Kehidupan Sing di rumah adalah cerminan dari ketidakberdayaannya. Sebagai anak tunggal dari keluarga kaya raya yang menduduki posisi nomor satu di dunia bisnis, ia seharusnya hidup dalam kemewahan dan kebahagiaan. Namun kenyataannya, ia hanya merasakan sepi. Kedua orang tuanya lebih memilih bekerja daripada menghabiskan waktu bersamanya. Mereka pulang setahun sekali, dan itu pun hanya untuk bertengkar, membahas masalah bisnis dan mempertahankan pernikahan yang sudah penuh retakan.
Sing sering mendengar percakapan pahit antara mereka, tentang perceraian yang mereka pertimbangkan. Namun pada akhirnya, mereka tetap bertahan, bukan karena cinta, tetapi karena saling membutuhkan dalam dunia bisnis yang kejam. Kesehatan mental Sing terus menerus tertekan, membuatnya muak akan segala drama yang terjadi di rumah.
Dengan semua ini, Sing lebih memilih menyendiri. Ia menghabiskan waktu di kamar, menyibukkan diri dengan hobi yang tidak melibatkan orang lain. Musik dan buku menjadi teman setianya, pengisi waktu kosong yang tak pernah terisi oleh kasih sayang orang tuanya. Ia sering kali merenung, mencari makna di balik kehidupannya yang terlihat sempurna di luar, tetapi kosong di dalam.
happy Reading 🥰🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
different world ( xodiac sing zayyan )
FantasiaDi tengah jagat raya yang terpisah oleh tirai tak terlihat, terdapat tiga dunia yang saling berinteraksi dengan cara yang sangat berbeda: Dunia Manusia, Dunia Putih yang penuh dengan keajaiban dan kebaikan, serta Dunia Hitam yang diliputi oleh kegel...