chapter 7: When fate separates

70 8 0
                                    


Seminggu setelah Sunghoon mengambil langkah menjauh dari Jake, suasana di sekolah terasa semakin mencekam. Teman-teman mereka bisa merasakan ketegangan antara mereka, tetapi tidak ada yang berani membicarakannya. Sementara itu, Sunghoon berusaha menutup diri dari semua yang mengingatkannya pada Jake.

Ia mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan Danielle dan teman-teman lain. Setiap kali mereka membahas tentang cinta, Sunghoon hanya bisa tersenyum sambil menyimpan rasa sakit yang mendalam. Ia berusaha berpura-pura kuat, tetapi di dalam hati, ia merasa hancur.

Di sisi lain, Jake merasa terjebak dalam hubungannya dengan Heeseung. Meskipun Heeseung selalu berusaha untuk membuatnya bahagia, ada sesuatu yang hilang. Jake terus merindukan Sunghoon, tetapi tidak tahu bagaimana cara memperbaiki keadaan.

Suatu malam, Jake memutuskan untuk pergi ke café yang biasa mereka kunjungi. Ia duduk di sudut, memandangi kursi kosong di seberangnya. Bayangan Sunghoon kembali mengisi pikirannya, membuatnya merasa bersalah.

Heeseung yang datang ke café itu menyadari perubahan di wajah Jake. “Jake, lo baik-baik aja? Kenapa lo kelihatan kayak orang yang kehilangan sesuatu?”

Jake menarik napas dalam-dalam, berusaha menyembunyikan perasaannya. “Gue... cuma lagi mikirin sesuatu.”

“Heeseung, gue... gue bingung,” kata Jake akhirnya.

“Bingung tentang apa?” tanya Heeseung, matanya penuh perhatian.

“Tentang kita. Tentang Hoon,” jawab Jake, suaranya bergetar.

Heeseung terdiam, tetapi ia tidak terlihat terkejut. “Lo masih cinta, ya?”

Jake menatap Heeseung dengan tatapan penuh penyesalan. “Gue tidak tahu. Tapi setiap kali gue melihat dia, rasanya ada sesuatu yang hilang di dalam diri gue.”

“Heeseung, gue nggak mau nyakitin lo. Tapi gue juga tidak bisa menutup mata dari perasaan yang gue punya untuk Sunghoon,” ungkap Jake dengan penuh kejujuran.

Heeseung terlihat kecewa, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. “Gue mengerti. Tapi lo harus membuat pilihan, Jake. Ini bukan hanya tentang perasaan lo, tapi juga tentang perasaan orang lain.”

“Gue tahu. Tapi semua terasa rumit. Gue nggak mau kehilangan lo, tapi gue juga tidak ingin kehilangan Hoon,” kata Jake, air mata mulai menggenang di matanya.

“Heeseung, gue minta maaf,” ucap Jake, suaranya penuh penyesalan.

Heeseung mengangguk pelan. “Gue ingin lo bahagia, Jake. Tapi jika lo masih mencintai Sunghoon, lo harus berjuang untuknya.”

---

Keesokan harinya, Sunghoon merasa terjebak dalam rutinitasnya. Meski ia mencoba untuk fokus pada belajar dan bersenang-senang dengan teman-temannya, hatinya masih terikat pada Jake. Ia tidak bisa menghindari perasaan itu, meski berusaha keras.

Danielle mencoba menghiburnya, tetapi setiap kali mereka berbicara tentang cinta, Sunghoon hanya bisa terdiam. “Hoon, kalo lo mau, kita bisa pergi ke konser minggu depan. Mungkin bisa jadi refreshing buat lo,” kata Danielle.

“Gue pikir itu ide yang bagus,” jawab Sunghoon, meski hatinya terasa berat.

Hari konser tiba, dan Sunghoon merasakan kegembiraan di sekelilingnya, tetapi hatinya tetap kosong. Saat konser dimulai, keramaian dan musik yang menggelegar seolah membawa semua orang terbangun dari kesedihan. Sunghoon mencoba menikmatinya, tetapi dalam hati, ia merasa seperti berjuang melawan bayangan Jake.

Ketika lagu favorit mereka diputar, Sunghoon merasa air mata mulai mengalir di pipinya. Ia mencoba menahan diri, tetapi semua kenangan indah bersama Jake kembali memenuhi pikirannya. Dalam keramaian itu, ia merasa sendirian.

“Jake, kenapa semuanya jadi begini?” gumamnya dalam hati, merindukan sosok yang selama ini mengisi hidupnya.

Di sisi lain, Jake juga merasakan kekosongan yang sama. Ia pergi ke konser bersama Heeseung, tetapi hatinya tidak bisa berfungsi dengan baik. Ia terus memikirkan Sunghoon, bagaimana mereka pernah menikmati musik bersama.

Saat lagu-lagu terus mengalun, Jake merasakan keinginan yang mendalam untuk mendekati Sunghoon. “Gue harus ngomong sama dia,” bisiknya kepada diri sendiri.

---

Setelah konser, Jake dan Heeseung berpisah di depan café. Heeseung mengangguk dengan senyum lemah. “Gue akan pulang. Jaga diri, Jake.”

“Lo juga, Hee,” jawab Jake, tetapi hatinya merasa berat.

Di jalan pulang, Jake melihat sekelompok teman berkumpul di taman. Saat ia mendekat, ia melihat Sunghoon di sana, tertawa bersama teman-temannya. Senyumnya membuat jantung Jake berdegup kencang, tetapi ketika melihat Sunghoon bahagia, hatinya terasa semakin sakit.

Tanpa berpikir panjang, Jake melangkah maju. “Hoon!” teriaknya, suaranya penuh harapan.

Sunghoon menoleh, dan mata mereka bertemu. Seluruh dunia seakan berhenti. Di antara keramaian dan suara tawa, hanya ada mereka berdua.

“Hoon, bisa kita bicara?” tanya Jake, dengan nafsu yang tak tertahankan.

Sunghoon menatapnya, tetapi kali ini, tidak ada kemarahan atau rasa sakit. Hanya ada keinginan yang terpendam. “Gue... nggak tahu, Jake.”

“Lo masih ada di sini, kan?” tanya Jake, mencoba membangkitkan harapan di dalam hatinya.

“Gue akan pergi,” jawab Sunghoon, matanya mulai berkilau.

“Kita bisa memperbaiki semuanya. Tolong, Hoon. Jangan pergi.”

“Lo harus memutuskan, Jake. Gue tidak bisa terus seperti ini,” kata Sunghoon, air mata mulai mengalir di pipinya.

Jake merasa terjebak antara dua dunia, dunia di mana Sunghoon selalu ada dan dunia di mana ia harus berpihak pada Heeseung. “Gue gak mau kehilangan lo, Hoon,” ungkap Jake, suaranya mulai bergetar.

“Kadang, kehilangan adalah satu-satunya pilihan,” jawab Sunghoon, tersenyum pahit. “Gue harus pergi.”

---

Dengan langkah yang berat, Sunghoon berbalik dan berjalan menjauh. Setiap langkah terasa menyakitkan, tetapi ia tahu bahwa inilah yang terbaik untuk dirinya. Jake terpaku di tempatnya, menatap punggung Sunghoon yang semakin menjauh.

Air mata mulai mengalir di pipinya. “Hoon...” panggilnya pelan, tetapi tidak ada jawaban.

Keputusan yang harus diambil Jake semakin sulit. Ia tahu bahwa Sunghoon berhak mendapatkan kebahagiaan, tetapi ia juga tidak ingin kehilangan sahabat yang selalu mendukungnya.

Dalam keremangan malam, Jake berdiri sendirian, merasakan kepedihan yang mendalam. “Apa yang harus aku lakukan?” bisiknya, merasa hancur.

Di dalam hati, keduanya tahu bahwa mereka terjebak dalam lingkaran yang tak berujung cinta yang tidak terucapkan, dan rasa sakit yang tidak tertahan.

To be continued...

---

A love left unspoken (Sungjake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang