Setelah memastikan Hyejin tertidur lelap Chanyeol perlahan membenarkan selimut di tubuh wanita itu sebentar lalu keluar dari kamar dan menutupnya pelan. Pria Park itu tidak mungkin membiarkan Hyejin menunggu Baekhyun dengan tidur di ruang tengah sedangkan dirinya saja juga tidak tahu apakah kawannya itu akan pulang malam ini atau tidak.
Berjalan menuruni tangga sambil memainkan ponselnya bermaksud menghubungi Baekhyun tapi suara pintu terdengar kemudian. Segera setelah itu Chanyeol mendapati Baekhyun yang berjalan masuk bersitatap dengannya sejenak lalu pergi menuju ruang dapur guna mengambil kaleng minuman miliknya.
"Apakah ponselmu mati sepanjang hari? Kenapa tidak membalas pesan dariku?" Tanya Chanyeol berusaha menahan amarahnya, ia masih cukup waras tidak membiarkan Hyejin terbangun di pukul dini hari ini setelah sebelumnya wanita itu terus merengek dan menangis.
"Aku bersama Ahra." Jawab Baekhyun jujur. Setidaknya ia bisa sedikit bercerita keluh kesahnya jika itu bersama Chanyeol.
Pria Park itu pun kemudian menghela nafasnya kasar. Dirinya juga sudah menduga jika Baekhyun pasti menemui Ahra terlebih ketika jadwal persidangan mereka sudah ditetapkan. Lagipula mereka masih sah sebagai suami istri, meski tak bermaksud ikut campur tapi Chanyeol paham tekanan akan perpisahan atas perceraian yang keduanya putuskan bukanlah perkara mudah, mengingat tidak hanya Ahra tapi juga Baekhyun masih saling mencintai satu sama lain.
"Tapi kau tidak seharusnya membiarkan istrimu yang sedang hamil menunggumu tanpa ada kabar."
Baekhyun menegak lagi bir miliknya sebelum kemudian menghela nafasnya panjang. Pikirannya kacau berantakan sekarang. Dirinya hanya butuh pelampiasan dalam lelahnya dan Hyejin bukanlah wanita yang tepat. Baekhyun cukup tahu diri untuk menjadi suami baik disaat sang istri tengah hamil. Berbagi masalah hanya akan membuat Hyejin dirundung pikiran nantinya.
"Untuk pertama kalinya, aku melihat dirinya teramat terluka tapi aku justru tidak tahu harus berkata apa." Ucap Baekhyun menundukkan kepalanya.
"Wanita mana yang tidak terluka jika suaminya diam-diam menikah lagi, apalagi dengan cinta pertamanya."
"Aku tidak meminta dia memaafkanku, tapi melihatnya menangis menahan sakit.. hatiku juga ikut sakit."
Chanyeol mungkin tidak menyukai Ahra karena hubungannya dimasa lalu tapi melihat Baekhyun menderita separah ini dirinya juga tidak tega membiarkan kawannya terjebak pada lingkar kelam masa lalunya karena penyesalannya. Semuanya sudah terjadi seharusnya tidak ada yang perlu di sesali tapi sekali lagi Chanyeol berusaha menemukan kata yang tepat untuk Baekhyun pahami.
"Penyesalan akan selalu datang di akhir masalah, jadi kenapa kau harus menyesalinya terlalu dalam? Kau yang memilih keputusan ini.. --- istirahatlah sekarang dan pikirkan jalan keluarnya yang terbaik setelah dirimu sudah lebih baik." Ucap Chanyeol memberi solusi, menepuk bahu kawannya itu pelan sebagai penyemangat lalu pamit pulang kemudian.
Baekhyun termenung diam dalam lamunannya. Ini bukan karena dirinya tidak paham, apapun yang dikatakan Chanyeol benar-benar seperti menghantamnya. Menyakitkan tapi juga sesuai kenyataan. Baekhyun yang memulai, dirinya sendiri yang memilih jalan ini tentu harus dirinya juga yang mengakhiri ini dengan caranya.
🦋
Sehun sungguhan kembali ke Korea tepat ketika pikirannya terus dirundung rasa kekhawatiran tak berkesudahan setelah Nari menghubunginya beberapa minggu lalu. Meski pekerjaannya harus tertunda dan melimpahkan tanggung jawab pada sekretarisnya tapi Sehun tetap memberatkan memilih Ahra sebagai tujuannya untuk pulang lagi dan menetap di Korea sementara waktu.
Berjalan keluar dari bandara dengan koper di tangannya, pria bermarga Oh itu sesekali fokus pada ponselnya sebelum ekor matanya sekilas menangkap sosok kawannya yang kini tengah berdiri tak jauh dari dirinya saat ini.