Bab 1

76 4 0
                                    

    “Eron, kamu ikut lomba sepakbola.” Ivan, selaku ketua kelas 2.11 menulis nama Eron di papan tulis tanpa persetujuan sang punya nama.

    “Sepakbola? Siapa? Aku? Nggaaak!” Eron menolak. Mana bisa ia bermain bola, berlari, mengejar, dan berebut bola. Dikejar, dibegal, berkeringat, pokoknya tidak! “Lomba makan kerupuk aja!”

    “Ini *Porak bukan tujuhbelasan! Yuan lomba kasti. Dion lomba voli.” Ivan lanjut menulis nama peserta lomba lainnya. Tegas dan semuanya harus patuh pada perintahnya. Jika tidak patuh, maka dipersilakan keluar dari kelas ini.
    (*Pekan Olahraga Antar Kelas).

    Oh, tentu saja, dengan senang hati, seandainya bisa – mereka ingin keluar dari kelas ini. Masalahnya adalah kelas 2.11 yang mereka tempati adalah kelas buangan, alias kelas dengan nilai terendah dari seluruh kelas.

    Tentu saja, selain kelas buangan, pasti ada yang namanya kelas unggulan atau mereka menyebutnya dengan kelas A. Penghuni kelas unggulan banyak menorehkan prestasi entah dari akademik maupun non akademik. Kelas yang paling banyak mendapatkan perhatian dari guru maupun para cewek. Karena yaah, penghuni di sana cakep-cakep. Bagai sekumpulan idol grup. Begitu kata para cewek di sekolah ini. Kalau sudah begitu, iyain ajalah. Jangan bikin masalah dengan para cewek di sekolah ini. Akibatnya ngeri.

    “Tempatkan kita satu tim!” suara ringan Yuan memprotes lantang.

    “Menempatkan kalian satu tim?” Ivan mengacak pinggang. “Di tim yang mana?”

    “Apa saja. Asal nggak ada bola.” Yuan mengelakar, duduk bersandar di kursi dengan gaya paling angkuh seantero jagat sekolah.

    “Pilih satu.” Ivan memberikan pilihan yang harus dipilih, ingat, harus dipilih satu. “Sepakbola, kasti, voli, basket, badminton?”

    “Badminton aja.” Yuan menunjuk pilihan terakhir, memilih dengan pasti seakan badminton adalah olahraga yang ia kuasai. Seakan keikutsertaannya di badminton telah dinantikan.

    “Oke.” Ivan mengikuti pilihan Yuan dengan setengah hati. “Dion? Eron? Mau ganti juga nggak?”

    Kepala Eron dan Dion menggeleng. Mereka tidak suka berolahraga, jadi mau ditempatkan di tim manapun tetap saja bukan ide bagus. Lagipula kalau kelas mereka melawan kelas unggulan, ah sudahlah, sudah pasti kelas mereka kalah. Mungkin akan dipermalukan dengan skor kalah telak. Lebih baik berdoa saja agar kelas mereka mendapatkan keberuntungan.

    Setelah pembagian tim selesai, Ivan memberikan pengumuman tambahan yaitu lepas sekolah diharapkan mereka semua mulai latihan. Sayangnya, tidak ada yang merespon pengumuman tersebut, karena yaah, tahu sendiri, lapangan utama sudah pasti akan dikuasai oleh kelas unggulan. Kalaupun bukan dari kelas unggulan, tapi masih ada kelas lainnya. Dan kelas mereka anti mencari keributan. Lebih baik mengalah saja. Damai lebih indah.

    Sayangnya, damai yang mereka harapkan tidak berjalan lancar.

    Lapangan utama yang adalah lapangan sepakbola yang berada di belakang sekolah, tampak lengang sore itu. Tim sepakbola kelas 2.11 menatap lapangan bola yang kosong dengan wajah bahagia. Mereka meletakkan tas di bangku tribun, lalu berlarian menuju ke lapangan. Bersorak kegirangan bagai mereka adalah tim Avatar yang menyerang Negara Api.

    Lima menit pertama, latihan masih berjalan lancar. Yuan dan Dion bersama para cewek dari kelas mereka – sebagian mendapatkan tugas sebagai tim penyorak – memberikan semangat dari bangku tribun.

    “ERON! WOI, NGAPAIN KAMU!” teriak Yuan yang melihat Eron hanya berlarian di lapangan tanpa berniat mengejar bola. “ITU BOLANYA! JEGAL! REBUT! WOI!! Ah, elah ngapain sih dia?”

🌈BloomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang