"Akhirnya, kita benar-benar asing."
-Rayna-
Rayna menghela napas panjang, menatap layar laptop yang penuh dengan revisi dosen. Skripsi ini sudah hampir selesai, tapi entah kenapa setiap kali ada sedikit kesalahan, dosen pembimbingnya menuntut perubahan besar. Namun setidaknya Rayna telah merampungkan sidang skripsinya, hanya perlu beberapa revisi yang tak sedikit membuatnya stres.
"Gue cuma butuh satu kali revisi lagi, Van," gumamnya sambil menatap Raisa dan Vanessa yang sibuk mengetik.
"Gue yakin lo bisa, Ray. Dikit lagi, seminggu lagi pasti kelar," sahut Raisa, menghibur sahabatnya.
Vanessa mengangguk setuju. "Abis itu kita tinggal nunggu wisuda. Nggak sabar banget liat lo pake toga!"
Rayna hanya tersenyum kecil. Di balik semua ini, pikirannya kerap melayang ke Bryan. Mereka tidak sering bertemu lagi, bahkan chatting saja sudah tak pernah. Entah sejak kapan semuanya mulai berubah, tapi di tengah kesibukan skripsi, Rayna mulai menerima kenyataan itu. Kini, kenyataan pahit harus ia terima, bahwa ia dan Bryan telah asing. Rayna fokus, terlalu fokus bahkan, untuk tidak memikirkan Bryan sesering dulu. Baginya, sekarang yang terpenting adalah bisa lulus tepat waktu.
♡♡♡
Sementara itu, di sisi lain, di kampus, Bryan berusaha sekuat tenaga menyelesaikan skripsinya. Bryan tertawa lepas bersama teman-temannya, Randy, Galang, dan Alex, seolah semua beban sudah lepas setelah revisi terakhir.
“Lo ngerasa bebas nggak, Bro?” tanya Alex sambil menepuk bahu Bryan.
“Gila, parah bebas banget!” sahut Bryan sambil tertawa.
Galang mengangkat minuman kalengnya. “Ntar waktu wisuda, kita harus rayain gede-gedean, Bro! Nggak ada lagi yang namanya stress mikirin dosen!”
Randy menyeringai. “Kita bakal habisin waktu sama-sama sebelum akhirnya beneran pisah. Setuju?”
Bryan hanya tertawa, setuju dengan rencana teman-temannya. Di balik kesibukan selebrasi kecil-kecilan mereka, Bryan sadar bahwa dia tidak lagi terlalu sering memikirkan Rayna. Sama seperti Rayna, skripsi telah menelan sebagian besar waktunya, bahkan pikirannya. Mereka seperti dua orang yang bergerak di jalur yang sama, tetapi tidak lagi saling bertemu atau sekedar berkomunikasi lagi.
♡♡♡
Hari wisuda tiba. Aula kampus dipenuhi toga dan sorak-sorai keluarga yang bersemangat. Rayna berdiri di barisan depan bersama teman-temannya, Raisa, Vanessa, dan Bella, semuanya terlihat bahagia. Mereka saling membantu membenarkan toga satu sama lain.
"Lo akhirnya berhasil juga, Ray!" ucap Bella sambil memeluknya.
"Thanks, Bel. Tapi lo juga keren, kok," Rayna membalas sambil tersenyum. Sekilas, matanya mencari-cari sosok Bryan di kerumunan. Di saat yang sama, Bryan juga tengah berdiri bersama Randy, Galang, dan Alex di ujung aula.
Ketika mata Bryan tertuju pada Rayna, ia mendapati Rayna tengah tersenyum, berdiri bersisian dengan Julian. Bryan mendadak merasa aneh. Pikirannya melayang, mengingat kembali semua momen mereka dulu. Tapi sekarang, Rayna terlihat sangat berbeda, mungkin lebih dewasa. Namun, ia bisa melihat dari cara Rayna menghindari tatapan Julian, ada sedikit ketidaknyamanan.
Randy, yang menyadari tatapan Bryan, tersenyum usil. "Liatin siapa tuh, lo? Rayna?"
"Apaan sih, lo," Bryan tertawa kecil, mencoba mengalihkan pandangan. Tapi, matanya tetap sesekali menoleh ke arah Rayna.
Galang tertawa sambil melirik ke arah Nesya, teman sekelas mereka yang berdiri tak jauh dari Bryan. "Eh, Nesya, sini deh! Ngapain di situ! Sini foto sama Bryan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Be Yours?
Fiksi RemajaAdelia Rayna Putri, mahasiswi cantik Desain Komunikasi Visual dan Arsenio Bryan Adhitama, mahasiswa Sastra yang dipertemukan Tuhan di Pekan Seni Kampus. Karya seni mereka, lukisan Rayna dan puisi Bryan menyiratkan sebuah makna yang nyaris sama hingg...