31-Kerajaan Madra

117 23 2
                                    

"Hey! Cucian ku sangat banyak, aku tidak tau apakah aku akan mencuci sampai tengah malam?"desah seorang wanita paruh baya dengan wajah pahit. Sekarang matahari telah terbenam, dan bulan purnama telah muncul menerangi seluruh bumi.

Namanya Cahya, dia dan suaminya hidup ditepi desa yang makmur. Meksipun itu di ujung desa, itu tak kalah makmur. Karena desa mereka adalah desa yang berdekatan dengan pusat kota Kerajaan ini!

Kehidupan kami bahagia dan riang, sayang sekali kami berdua belum dikaruniai seorang anak. Meksipun suaminya, Jamal tidak mempermasalahkannya. Sebagai seorang wanita, bagaimana bisa Cahya tidak merasakan kekecewaannya?

"Jika aku mendapatkan anak, aku pasti akan memperlakukannya dengan baik! Jika bisa, aku ingin perempuan"desahnya sedih, dia menggelengkan kepalanya pelan. Apa-apaan tadi? Sungguh konyol~

Mungkinkah seorang anak perempuan akan datang tiba-tiba dan muncul dihadapannya?

Cahya menutup matanya untuk menenangkan emosinya yang kecewa pada dirinya sendiri, yang tidak bisa memberikan anak pada Jamal.

Saat membuka matanya lagi, dia membulatkan matanya terkejut. Benar-benar seorang anak perempuan?!

Tidak!

Daripada anak-anak, dia sepertinya seorang gadis yang tidak sengaja terbawa arus sungai!

Segera Cahya berenang ketengah sungai dan menarik gadis malang itu, Cahya akhirnya meminta para warga untuk membantu memapah gadis itu kerumahnya.

***

Gayatri mengerucutkan bibirnya, dia merasakan perasaan haus yang melanda, "minum"

Dengan cepat, Cahya mengambilkan secangkir air putih untuknya."Minum, nak"

Setelah menghilangkan dahaga, Gayatri menengok ke arah Cahya, "Maaf, ini dimana?"

"Ini Kerajaan Madra"

"Kerajaan Madra?"Gayatri mencoba mengingat-ingat nama kerajaan ini, tapi dia tidak ingat apapun. Seketika dia sedikit panik, mengapa dia melupakan banyak hal?

Tempat asalnya, keluarganya, bahkan identitasnya!

Siapa dia?

"Aku...maaf sebelumnya bibi, apa kamu tau siapa aku?"tanya Gayatri takut-takut, Cahya menggelengkan kepalanya dia tidak mengenalnya. Tetapi dia lihat dari pakaian yang mewah, dia mungkin anak seorang bangsawan atau orang kaya.

"Begitu..."Gayatri sedikit kecewa, karena dia sungguh tidak tau identitasnya. Bagaimana caranya dia pulang?

"Mengapa kamu menanyakan identitas mu? Apa kamu lupa ingatan?"tanya Cahya sedih, sungguh sulit untuk gadis kecil melupakan kenangannya.

"Aku... sepertinya memang melupakan segalanya"

"Jangan khawatir, nak. Karena kamu lupa semuanya, ini mungkin takdir. Aku dan Jamal tidak memiliki anak, kamu muncul dihadapan kami secara ajaib. Mungkinkah ini takdir, bahwa kamu akan menjadi anak kami? Jika tidak keberatan, mengapa kamu tidak menjadi anak angkat kami?"

"Ini, apa tidak merepotkan?"

"Kami akan merasa bahagia, jika kamu mau menjadi anak angkat kami"

"Baiklah "

"Sungguh! Terima kasih!"Cahya memeluknya erat, tidak menyangka suatu saat nanti akan memiliki anak sendiri.

"Nah, karena kamu kehilangan ingatan mu. Aku akan memberikan sebuah nama baru untuk mu"

"Karena kamu ditemukan pada saat bulan purnama muncul, bagaimana jika..."

"Bagaimana dengan Wulandari? Wulandari memiliki arti bulan purnama"

***

"Swayamvara Putri Drupadi akan segera dilaksanakan, apakah kamu ikut Raja Angga Karna?"tanya Yudistira, Karna menggelengkan kepalanya, dia tidak berniat untuk menikah.

"Aku tau kamu merasa bersalah atas kepergian Gayatri, tapi Raja Angga Karna juga harus menjalani hidup dengan baik. Jangan terpaku dengan masa lalu"nasehat Yudistira, Karna hanya membalasnya dengan senyuman.

"Sudahlah, jika dia tidak mau ikut. Itu pilihannya~"ketus Arjuna, Yudistira memelototinya agar dia tidak berkata kasar lagi, Arjuna hanya mendengus mengabaikannya.

"...."ini sulit, mereka berdua seperti api dan air yang sulit untuk berdamai.

***

Bersambung ~

See you

Variabel Mahabharata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang