BAB 9, SEPASANG PENYIHIR MUDA DAN KOTA L

1 1 0
                                    

                Di hari pertama liburannya, Luna bertemu dengan Dyas dan Zelda, guru sihir pribadi yang dipilih oleh raja dan ratu. Mereka adalah pasangan penyihir muda yang baru saja menetap di sisi selatan kota, di sebuah desa kecil yang dikenal dengan nama Eldoria. Eldoria adalah tempat dengan pepohonan rimbun dan sungai jernih, suasana yang tenang dan cocok untuk para penyihir yang ingin memperdalam ilmu mereka jauh dari hiruk-pikuk kota.

Saat tiba, Luna menyambut Dyas dan Zelda dengan hangat. Zelda, wanita yang periang dan penuh semangat, langsung membuatnya merasa nyaman. Ia mulai memberikan Luna beberapa pengenalan tentang sihir dasar, mulai dari meditasi untuk mengontrol energi hingga pemahaman awal tentang elemen dasar. Zelda menyemangati Luna, memastikan bahwa gadis itu merasa antusias dalam proses pembelajaran. Dengan kehadiran Dyas dan Zelda, Luna kini memiliki rutinitas baru yang seru di istana selain latihan musiknya dengan Anna.

"Zelda, kapan kira-kira kita mulai ke bagian yang seru dari pembelajaran kita?" Luna penasaran.

"Sabar, yang mulia, segalanya tidak bisa dimulai secepat itu, kita harus mulai Menyusun strategi Latihan dan membeli barang-barang yang diperlukan," ujar Zelda sambil tetap mempertahankan senyum bijaksananya.

"Barang-barang? Memangnya apa lagi yang kita perlukan selain tongkat?" tanya Luna.

Zelda menjelaskan bahwa selain tongkat sihir, Luna akan membutuhkan beberapa barang penting di dunia sihir. Pertama adalah buku-buku sihir, yang berisi panduan penting mengenai mantra dan ramuan dasar. Zelda memahami tantangan Luna sebagai penyandang tunanetra, sehingga dia berupaya mendapatkan buku-buku dalam format yang dapat diakses khusus untuk Luna. Tak hanya itu, Zelda juga merekomendasikan bola kristal dan kartu tarot yang didesain khusus, yang nantinya akan membantu Luna dalam mengasah intuisi dan kemampuan membaca energi.

Dyas, yang memiliki jaringan luas dengan penyihir lain, berjanji akan mencari koleksi dan edisi khusus tersebut dari teman-teman penyihir mereka di luar kota dan bahkan di negeri lain. Zelda juga merencanakan untuk menghubungi Matilda, seorang peramal yang berbakat dalam pembacaan garis tangan dan tanda-tanda misterius. Zelda yakin bahwa Luna mungkin memiliki bakat alami dalam membaca tanda-tanda, sehingga berharap agar Matilda bisa membantunya mengembangkan kemampuan ini. Dukungan Dyas dan Matilda memberi Luna keyakinan baru bahwa dunianya kini dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan luar biasa.

"Oh, tidak, Zelda, aku merasa semakin bersemangat..." kata Luna riang.

"Aku tau, hal baru akan selalu membuatmu bersemangat. Kalau begitu, aku akan mengatakan pada baginda raja dan ratu, meminta izin untuk membawamu pergi ke Kota L untuk membeli peralatan dan barang-barang khusus di toko sihir..."

"Baiklah, aku setuju, tapi jangan lupakan satu hal, Zelda..." perkataan Luna menghentikan Langkah Zelda yang hendak beranjak.

"Apa itu, yang mulia?"

"Pastikan kita hanya membawa sedikit pengawal..." Luna tertawa, lalu ia pergi ke istal, berrencana mengeluarkan salah satu kudanya untuk dipasang di kereta kudanya yang baru. Ia juga meminta kepada ayahnya agar pasangan penyihir itu diperbolehkan menginap di istana ini, untuk memimpin perjalanan mereka ke toko sihir di Kota L pada esok hari.

"Wah-wah, nampaknya ada yang bersemangat sekali untuk menerima Pelajaran baru, ya?" goda Marry usai Luna turun dengan Anggun dari kereta kudanya yang baru saja ia coba.

"Tentu saja, Aku Alunanda Sagita, tidak pernah mengatakan tidak untuk banyak hal baru yang menyenangkan di luar sana..." katanya.

"Aku tau, kamu adalah sahabatku yang paling menginspirasi, nah, yang mulia, sekarang waktunya kita masuk ke dalam istana untuk makan siang..." kata Marry serius. Tapi tak lama setelahnya, keseriusan itu berubah jadi tawa, saat ia tahu Luna cemberut dan kesal, lalu meninggalkannya begitu saja menuju bbagian dalam istana.

TIBA-TIBA MENJADI PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang