7. Terlukis Indah

351 51 2
                                    

Setelah banyak pertimbangan dan perdebatan panjang yang menguras tenaga akhirnya mereka sepakat untuk berangkat bersama ke Alun-alun menaiki bus dengan titik kumpul dikost Salma.

Sore ini Nabila tengah memakai hijab pashmina, merasa sudah siap ia lantas membawa tas selempangnya dan menemui sang ayah yang akan mengantarkannya.

"Umma, kakak pergi dulu ya," pamit Nabila mencium tangan wanita didepannya yang satu tangannya sedang menggendong adik bungsunya.

"Pulang jam berapa kak?"

"Kakak gatau nanti dikabarin lagi,"

"Yaudah, hati-hati ya."

Nabila mengangguk tersenyum, ia memasuki mobil. "Assalamualaikum, dadah El," katanya pada sang adik sembari melambaikan tangan dari dalam mobil, abi mulai melajukan mobilnya menuju kost Salma.

Sesampainya disana, gadis berkacamata itu sudah nangkring didepan kost dengan ponsel ditangan. Melihat temannya datang, Salma langsung menyambutnya dengan senyum, abi juga ikut turun.

"Hallo abi," sapanya sambil mencium tangan pria paruh bayah itu.

Abi tersenyum, "Nanti pulangnya bareng-bareng lagi kan?"

"Iya bi," jawab Salma.

"Kalo udah sampe langsung telpon abi," pesannya pada Nabila.

Berulang kali abi selalu mengatakan hal itu, telinganya hampir bosan mendengarnya, "Iya abi."

Setelah berpamitan, abi kembali menancap gas mobilnya, keduanya terus memerhatikan hingga tak terlihat lagi dipandangan. Nabila menoleh, "Mereka belum dateng?"

Salma menghela napas kasar, "Daritadi aku disini juga belum pada nongol," kesalnya.

"Ngaret deh, bisa-bisa kesana nyampe jam 5 nih," keluh Nabila yang diangguki Salma.

Beberapa menit berlalu, orang yang ditunggu akhirnya menampakkan batang hidungnya, motor itu berhenti tepat dihadapan mereka.

"Dateng juga tuh," ujar Salma.

Nabila mengernyitkan dahi, "Eh Sal, kok bajumu sama Roni mirip ya," bisiknya ketika lelaki yang dibalut jaket itu turun dari motor dan memperlihatkan sedikit pakaiannya.

Salma refleks menjatuhkan matanya kearah baju belang-belang yang ia pakai, "Lho iya." batinnya membenarkan, tak mau lelaki itu sadar, ia semakin merapatkan cardingan yang dipakai menutupi bajunya.

Roni membuka helmnya, rambut yang sudah dijaga serapih mungkin kini berantakan. "Haduh, kita nyari kost lo udah kayak muterin satu kampung, gak nemu-nemu heran," tuturnya.

Tadi Salma sudah share location alamat kostnya, meski tempatnya memang tak jauh dari rumah Roni tapi kost gadis itu begitu sulit ditemukan karena posisinya yang diujung, beberapa kali keduanya juga menanyakan ke orang-orang sekitar.

"Itu mah lu yang gak bisa baca maps," cibir Salma. "Yaudahlah ayo cabut sekarang, taro motor lo Powl didalem," lanjutnya.

Paul dengan tripod yang disampirkan dibahunya itu mengangguk.

Sedangkan Roni melongo, "Ngaso dulu napa sih, capek nih," tangannya bergerak mengipasi wajah.

"Lebay lo baru gitu doang, lagian yang bawa si Paul bukan elu!"

PANAROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang