Mereka berempat tak langsung pulang, menyempatkan mampir untuk jalan-jalan sebentar lalu kembali berkumpul dititik yang disepakati tadi, Nabila dan Salma juga memisahkan diri dari kedua lelaki itu.
Semakin malam suasana di Bandung semakin menyala ditambah akhir pekan seperti ini ramai orang-orang yang berdatangan, Salma mengajak Nabila untuk mencicipi jajanan yang ada disana.
"Pak, mau cimolnya bikin 2 ya,"
"Siap neng!"
Tak perlu menunggu waktu lama, pesanan pun jadi dalam sekejap mata. Salma cengo melihat plastiknya yang penuh dengan cimol, "Aduh pak gak kebanyakan nih,"
"Porsi biasa neng,"
"Beneran gak rugi pak?"
"Enggak atuh neng, rezeki mah kan udah diatur sama yang diatas," balasnya terkekeh kecil.
Meski heran, Salma tetap mengangguk seraya menyodorkan uangnya. "Makasih ya pak,"
"Sami-sami," sang penjual tersenyum sambil menerima uangnya.
Gadis itu memberikan sebungkus pada Nabila, keduanya duduk disana sambil menikmati makanannya. Memandang indahnya Bumi Pasudan membuat Salma teringat sesuatu.
Flasback On.
"Bu saya mau bungkus satu tapi uang saya cuma ada segini, bisa ndak bu?" seorang anak kuliah yang tinggalnya tak jauh dari sana mengulurkan selembar uang berwarna kuning.
"Iso mbak," balasnya tersenyum, tangannya langsung meraih centong dan menyajikan soto itu seplastik penuh.
Salma yang sedari tadi duduk memerhatikan mereka mengkerutkan dahinya heran.
"Iki mbak,"
Dengan hati senang, gadis itu mengambilnya, "Matur suwun bu."
Ibu mengangguk seraya menerima selembar uang itu, "Sama-sama mbak."
"Kok tadi ibu ngasihnya banyak banget toh," perempuan yang masih duduk di bangku putih biru itu mengadahkan kepala, menatapnya meminta penjelasan.
"Wes ndak apa-apa nduk," wanita berhijab hitam itu tersenyum sembari mengusap kepala Salma penuh sayang, "Ibu cuma berharap semoga nanti anak-anak ibu diperantauan gak kelaparan."
Flasback Off.
Hati Salma mencelos.
"Sekarang ucapan ibu bener terjadi," batinnya.
Bahkan hari-harinya disini tak pernah sedikitpun merasa kelaparan, ia dipertemukan dengan orang-orang baik seperti keluarga Nabila, Allah memang sebaik itu mewujudkan perkataan seorang ibu.
"Lagi kangen rumah ya Sal?"
Bahunya diusap seseorang membuat Salma menoleh dan mengulas senyum, "Lagi mimpi biar jadi Jogja," celetuknya.
Alis Nabila bertaut bingung, "Kenapa Jogja?"
"Istimewa," Salma tertawa sembari memakan cimolnya.
Nabila ikut terkekeh, "Bisa aja."
"Balik yuk," kata Salma, takut kedua temannya menunggu lama.
Gadis itu mengangguk.
Sambil berjalan, mereka melewati banyak cosplayer yang berjejer, beberapa diantaranya ada orang yang berdandan ala hantu-hantu seram dan tak jarang pengunjung berinteraksi dan berfoto bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANAROMA
Teen FictionNaik ke kelas 11 seperti tak ada perubahan dalam diri Roni. Sikapnya masih sama, suka terlambat, tidur dikelas, bolos bahkan tak mengerjakan tugas. Paul yang digadang-gadangkan menjadi good boy pun ikut terbawa ajakannya. Hingga satu waktu, mereka k...