KUNANG KUNANG

20 3 1
                                    

Di gedung tua dengan dinding bata yang berlumut ini Azka menyandarkan kepalanya, jantung nya berdegup kencang sedari tadi berbanding terbalik dengan paha yang mulai terasa keram akibat lelap nya bisma.

Bisma jatuh tertidur setelah melampiaskan emosi nya. Azka ingin sekali mengelus surai bisma yang terurai menutupi wajahnya, tapi ia menahan diri. Bagi nya cukup hanya dengan memandangi saja.

Matahari mulai tenggelam, dan bisma masih tenang dalam lelap nya. Sementara azka menggigit bibir bawahnya, perutnya ingin diisi tapi ia tak ingin mengganggu lelap nya Bisma.
.
.
.
Bisma menggeliat membuka matanya mendapati hari sudah berganti malam dan azka yang menutup matanya

"Az, bangun"

Azka membuka matanya perlahan

"Lu udah bangun bis?"

Bisma khawatir

"Lu gak papa?"

Azka melihat pahanya dan mencoba mengangkat nya. Tapi paha nya masih keram

"Gak papa kok, patah dikit aja"

Bisma mengerjap, ia menanggapi serius candaan Azka

"Lu bisa jalan? Gua gendong! Ayo naik!!"

Bisma memunggungi azka, siap mengendong nya. Azka di belakang hanya tertawa melihat Bisma.

"Lu bohong ya??"

Azka hanya menggeleng memegang perutnya,

Bisma suka melihat tawa Azka jadi ia ikut tertawa bersama.

"Az, udah malam. Ayo pulang, gua lapar!"

Bisma bediri, ia mengulurkan tangan yang disambut oleh azka.

.
.
.
.

Bisma suka kegelapan, ia nyaman berada di kegelapan. Tapi bukan berarti ia adalah seorang yang berani. Mereka berdua berada di sisi jalan yang dikelilingi hutan dan pohon yang tinggi.

Bisma tidak tau kemana ia berlari sebelum nya, ia hanya berlari tanpa arah. Ia tak tau mereka ada dimana sekarang. Suara jangkrik dan binatang malam menyeruak di sepinya jalan.

Tak ada kendaraan satupun yang melintas, sejujur nya bisma sekarang sedang takut, ia hanya memberanikan diri saja.

Bisma yang memimpin jalan melihat sekeliling, hanya remang dikelilingi lampu jalan.

"Az, gua boleh jujur"

Bisma menggigit bibir bawahnya, matanya berputar mencari kata

"Az kita kesasar, gua gak tau ini dimana. Gua lapar"

Bisma memegang perutnya.

Azka agak geli di perutnya, tingkah Bisma terlihat lucu dimatanya.

Sebenarnya ada biskuit di saku jaket Azka, ia memilih untuk tidak memakan nya karna takut suara plastik akan mengganggu tidur nya Bisma saat di gedung tua tadi.

"Bis,... mau?"

Azka menyodorkan biskuit yang ia simpan kepada bisma,

"Gua Mau! Kita bagi dua!"

Biskuit itu terlalu kecil untuk dibagi dua, jadi Azka menolak. Ia ingin Bisma memakan semuanya

"Kalau lu gak mau, biskuit nya gua buang!"

Azka tersenyum geli melihat tingkah Bisma

"Lu senyum? Lu ngetawain gua?"

Azka tak menjawab....

Azka tau bisma takut, ia memperhatikan sedari tadi. Jadi ia mengumpulkan keberanian memimpin jalan menarik bisma dalam genggaman tangan nya.

Ada gejolak saat Azka menarik tangan nya. Hatinya berdesir, tapi bisma memilih mengabaikan

.
.
.

Kunang kunang di malam itu menuntun mereka keluar dari kegelapan dan sepinya jalan

AzkaBismaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang