"Sha, udah. Katanya mau jalan-jalan."
Juna berusaha menghentikan aktivitas panas mereka. Hormon ibu hamil memang tidak usah diragukan lagi. Sasha yang notabennya wanita gatal nan mesum, kini bertambah parah.
Tadi Sasha melucuti pakaian Juna. Bukan pakaian, tapi handuk lebih tepatnya. Setelah melihat kokohnya otot Juna yang bahkan ia nikmati setiap hari. Sasha tidak tahan lagi, maka wanita itu segera melayangkan cumbuan hingga tubuhnya terbaring di atas ranjang.
"Emangnya gue udah nggak menarik lagi apa, ya? Oh, atau badan gue udah mulai gendut? Jadi lo nggak mau lama-lama!"
Sasha memunggungi Juna, sambil melipat kedua tangan di depan dada. Memang semua lelaki sama saja! Menyukai keindahan. Pasti tubuh Sasha sudah sekarang susah jelek. Ya memang sebelumnya tidak seindah model. Tapi tetap saja! Pasti Juna ingin berpaling.
Juna yang berada di samping hanya bisa menggaruk tengkuk. Perubahan suasana hati milik Sasha bisa dibilang ekstrim. Hal kecil dapat membuat Sasha senang, namun sedetik kemudian menitikkan air mata. Seperti sekarang ini, sang istri sudah terdengar menangis. Juna segera memeluk tubuh Sasha erat-erat.
"Nggak gitu, Sha. Tadi kan kamu ngajak jalan. Katanya Baby yang minta, kan? Kalau terus-terusan ngamar, nanti kita nggak jadi pergi."
"Bohong! Cowok kan nggak cukup kalau pasangannya cuma satu."
"Enggak, Sha. Aku nggak bohong. Ya udah, deh. Nanti kamu boleh beli jajan apa aja. Malam ini aja tapi."
Sasha menghentikan tangisannya. Penawaran yang menarik. Membuat Sasha tergoda.
"Beneran?"
Juna mengangguk. "Iya."
"Janji? Nanti jangan ngomel soal pengawet, masakan nggak bersih, sama makanan kena polusi."
Juna menelan ludahnya yang terasa berat. Aduh, semua makanan itu tidak sehat. Bayi kecilnya yang malang harus menikmati makanan tak layak konsumsi. Tapi kalau dia berubah pikiran, Sasha akan menangis sepanjang malam. Lalu berimbas mendiami Juna sampai sang istri bosan. Nanti Juna tidak bisa bermesraan dengan Sasha lagi.
"Iyaaa. Cepetan siap-siap sana."
Senyum Sasha kembali terbit. "Horeee!"
Wanita itu melayangkan kecupan sebelum bangkit dan membersihkan diri dari cairan-cairan cinta di tubuhnya. Juna hanya menggeleng saja melihat tingkah Sasha. Ia lantas menyusul sang istri untuk menggosok tubuh berdua. Lebih asyik jika di rumahnya. Mereka bisa berendam berdua. Ah, tapi ibu hamil tidak disarankan berendam berlama-lama di dalam air.
***
Sepasang suami istri itu sudah tiba di tempat tujuan. Semacam tempat wisata malam hari, dimana pengunjungnya ngemper di pinggir jalan. Atau duduk di kursi yang telah disediakan. Menikmati lalu lalang perkotaan. Hiburan yang tidak mahal bagi masyarakat. Terutama yang kesulitan dalam mencari pundi-pundi rupiah.
"Sha, pulang aja, yuk. Banyak asap kendaraan di sini."
Juna tidak sanggup lagi jika Sasha harus menghirup asap beracun dari kendaraan.
"Nggak! Lo bohong soalnya. Katanya gue boleh beli jajan. Taunya elo yang beliin! Nyebelin, tau!"
Bagaimana tidak. Juna yang katanya membebaskan Sasha, nyatanya tak demikian. Pria itu membelikan puding buah dengan jus sebagai minuman. Lalu keripik nachos sebagai camilan. Setidaknya lebih baik daripada membeli dagangan orang yang tak pakai sarung tangan—menurut Juna.
"Gini-gini, kamu habis dua mangkok puding."
Sasha mencibir. Itu karena rasanya enak! Sasha sangat menghargai makanan. Asalkan bisa ditelan, Sasha tidak akan menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Options
ChickLitAwalnya, Arjuna mengira bahwa rencana pernikahan kontrak adalah rencana yang brilian. Hingga rencana itu malah membuatnya berurusan dengan Alisha, wanita selicin belut dan selicik ular.