28 || Kehadiran yang mengancam

8 4 0
                                    

Silahkan menikmati chapter ini yaaa !

Julian sedang mencuci piring di dapur dengan tenang, tenggelam dalam pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Julian sedang mencuci piring di dapur dengan tenang, tenggelam dalam pikirannya. Pertemuan dengan dokter hewan, Harley, terputar kembali dalam benaknya.

"Aku temannya Marni, aku Pangeran duyung."

Julian membeku. Kini, mereka berdua duduk di ruang tamu saling berhadapan. "Apa..?" suaranya dipenuhi rasa tidak percaya. Dia tidak percaya orang yang duduk dihadapannya ini adalah makhluk laut yang sama seperti Marni.

Harley mengangguk dengan tenang, tatapannya tenang dan mantap. "Berdasarkan perintah ratu, aku berubah menjadi manusia untuk mengawasi sang putri dari kejauhan."

Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan, suaranya dingin dan terukur. "Meskipun kau baik hati, ratu tetap memerintahkanku untuk mengawasi sang putri. Kepercayaannya kepada kau masih terbatas."

Harley terus berbicara, nadanya tenang dan tanpa kehangatan atau emosi. "Kau tahu kebencian mendalam sang ratu terhadap manusia, yang bermula dari kematian suaminya di tangan manusia."

Alis Julian berkerut mendengar kata-kata Harley, ekspresi serius muncul di wajahnya. Ya, dia tahu betul hal ini. Marni telah mengungkapkan sejarah lengkap tragedi yang membentuk permusuhan sang Ratu.

Tetapi, bukan inisiatif Julian yang memicu rasa sayang Marni, juga bukan niatnya untuk merayu Marni ke dalam hubungan romantis. Marni yang lebih dulu menghubungkan hatinya kepadanya tanpa perizinan, lalu mengambil setengah suara Julian agar ia dapat berbicara.

Julian mengingat keterkejutan dan ketidakpercayaannya saat pertama kali bertemu putri duyung dalam hidupnya. Ini adalah perkembangan yang tidak pernah diantisipasinya.

Sungguh tak terduga dan tak pernah disangka-sangka ia akan jatuh cinta pada putri duyung itu sendiri. Yang awalnya hanya membiarkan wanita itu tinggal bersamanya untuk sementara waktu, sekarang dia tidak mau wanita itu pergi meninggalkannya.

Tidak lagi.

Tidak seperti ibu dan ayahnya.

Tidak seperti pamannya yang selalu menyayangi seperti putranya sendiri.

Dia tidak ingin lagi orang keempat pergi meninggalkannya lagi. Dia sudah cukup hidup sendirian dan tenggelam dalam kesuraman yang gelap. Satu-satunya cahaya yang bisa menyinari ruangan itu, Marni.

"Aku tahu Marni menyukaimu lebih dulu." Harley berkata lagi. "Tapi, tidakkah kau merasa ini salah? Hubungan ini sepenuhnya salah." Harley berbicara dengan tegas, kata-katanya menusuk ke udara. "Makhluk laut dan manusia tidak akan pernah bisa bersatu."

Tatapan Harley menembus Julian, suaranya tenang dan penuh tekad. "Sangat penting bagimu untuk mengerti, Julian, bahwa hubungan antara makhluk laut seperti Marni dan manusia sepertimu sama sekali tidak mungkin. Itu adalah pelanggaran terhadap tatanan alam, sebuah anomali."

MARNI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang