La Cita De Smeraldo adalah ungkapan sebuah janji seseorang dengan harapan, cinta dan ketulusan yang mendalam. Smeraldo yang berarti bunga Emerald adalah bunga kesukaan manusia ingusan satu ini. Agha Nagendra Danantya, siswa yang duduk di bangku kelas 2 SMA. Anak bungsu dari pasangan Carlos Danantya dan Aletha Danantya, pengusaha kaya raya yang perusahaannya sudah terkenal di berbagai negara Asia bahkan Eropa.
Agha juga memiliki kakak laki-laki yang umurnya setahun lebih tua darinya, namanya Archio Danantya. Sempurna bukan? keluarga kaya raya, memiliki dua putra yang tampan dan jenius. Namun itu pandangan dari sebagian orang, berbeda dari yang dirasakan seorang Agha Nagendra.
Kebencian itu muncul sedari Agha lahir kedunia, Aletha berpikir bahwa kelahiran Agha adalah pembawa malapetaka untuk keluarganya. Bagaimana tidak, Agha dianggap menjadi penyebab kedua orang tua Aletha mengalami kecelakaan dalam perjalanan ke rumah sakit ketika mereka mendengar kabar bahwa Aletha akan melahirkan. Kejam memang, anak yang tak berdosa dan tak pernah meminta untuk dilahirkan harus menanggung penderitaan sepanjang hidupnya. Ia bahkan tidak tahu kesalahan apa yang telahIa buat sehingga Ibu kandungnya sendiri begitu membencinya sampai sekarang.
Pagi hari ini seperti biasa rutinitas Agha dan Archio untuk berangkat ke sekolah, Archio sudah duduk manis di meja makan bersama Aletha dan Carlos sembari memainkan ponselnya. Terdengar suara langkah Agha berhasil menghentikan aktivitasnya dan menoleh pada Si bungsu.
"Sarapan dulu dek" kata Archio lembut.
"Anak papa tampan-tampan sekali ya seperti papa. Carlos tampak membanggakan karyanya dengan sedikit senyuman kesombongan.
"Archio kamu harus makan yang banyak, sini mama suapin" selonoh Aletha yang sibuk memotong roti dan menyuapi anak kesayangannya Archio.
Agha yang melihat pemandangan itu hanya tersenyum kecut, di lubuk hatinya Ia juga ingin merasakan perhatian kecil dari Aletha. Tapi apa yang Ia terima, Aletha benar-benar acuh dengan Agha.
"Agha berangkat dulu" Agha pun bangkit dari duduknya dan melangkah keluar berjalan kaki menuju halte bus. Agha memang mendapat fasilitas mewah dari papanya, namun Ia bukan tipe orang yang suka pamer. Agha lebih suka naik kendaraan umum daripada harus menyetir motor/mobil mewahnya.
SMA Smeraldo adalah salah satu SMA swasta bergengsi di kota Jakarta. Kebanyakan yang bersekolah disini adalah anak-anak orang kaya seperti Agha dan Archio. Fasilitas lengkap dan mewah menambah kesan bahwa sekolah swasta ini dihuni oleh kalangan ningrat dan bukan sembarang orang.
Agha Nagendra Danantya bisa dibilang siswa terpopuler disana, bagaimana tidak parasnya yang tampan dan otaknya yang jenius mampu memikat siswi-siswi yang menjerit kagum saat Agha berjalan di koridor. Lucu memang, namun itulah keseharian Agha.
"Widihh si bos dateng nih" celetuk Axelle.
"Lama amat si Gha, bagi PR!" Richi dan Gavin memperebutkan ransel milik Agha demi mendapat contekan darinya. Agha hanya tersenyum tipis melihat ketiga tingkah temannya yang sepertinya sudah biasa. Mereka adalah Axelle, Richi, dan Gavin, sahabat Agha dari masa kecil yang selalu setia menemani Agha dan membuat Agha bertahan sejauh ini. Meski mereka berisik tapi Agha bersyukur memiliki ketiga sahabat yang selalu melindunginya.
Kantin sekolah,
"Eh kalian tau gak anak baru kelas sebelah"
"Beuh cantik-cantik euyy"
"Namanya Jenna, Syifa, sama Cessa"
"Kok lo tau si Xell"
"Anak barunya di kelas Felisha"
"Oohh"
Agha hanya diam memperhatikan ketiga sahabatnya berbincang, tidak tertarik dengan topik ataupun hal semacam itu. Ia hanya fokus memakan mi ayam Pak Dody kesukaannya.
"Dek nanti pulang bareng abang" tiba-tiba Archio muncul sambil menepuk pundak Agha yang sedikit terkejut dan membuatnya tersedak.
"Uhuk uhuk! Bangsat" keluh Agha.
"Nanti pulang bareng abang pokoknya!" Archio sedikit memaksa adiknya.
"Gak, gue ada urusan sama Lucifer" bantah Agha.
Lucifer adalah nama geng Agha dan teman-temannya, bukan geng yang suka bikin onar ataupun suka tawuran. Lucifer adalah geng elit yang suka bergabung di komunitas volunteer ataupun relawan dengan segala kegiatan positifnya. Kali ini bukan Agha yang menjadi ketua, namun Axelle Bumi Akasa lah yang bertanggung jawab memimpin geng Lucifer saat ini.
"Gue aduin kepapa awas lo kalo bikin masalah!" ancam Archio dan berlalu dari hadapan Agha.
Selesai dengan mi ayamnya, Agha pun memilih berlalu meninggalkan ketiga temannya. Axelle, Gavin, dan Richi yang sudah paham dengan Agha hanya melambaikan tangan padanya. Mereka sudah hafal kalau di jam istirahat Agha akan menyempatkan waktunya untuk merokok di rooftop sekolah, bahkan tak jarang Agha sampai ketiduran dan harus bolos jam pelajaran.
Di tempat yang sunyi ini Agha biasa merenungi hal-hal yang begitu berat dalam hidupnya. Ia mencoba menjadi anak yang baik dan pintar pun tak cukup membuat mamanya bisa menerimanya lagi dengan tulus, karena hal itu juga Agha sedikit menjaga jarak dengan kakaknya Archio. Meskipun mati-matian Archio berusaha mendekati Agha layaknya seorang kakak yang ingin melindungi adiknya, tetap saja Agha enggan membuat mamanya kecewa. Agha takut Archio akan terluka jika dekat dengan dirinya. Pikiran seperti itu yang sering membuat Agha melamun, diumur remaja seperti sekarang seharusnya Agha bisa mendapat kasih sayang dan dukungan yang tulus dari seorang Ibu.
Angin berhembus lembut menyapa kulitnya, sudah habis dua batang rokok ternyata. Agha memejamkan mata sejenak dan sesekali membiarkan rambutnya dibelai dinginnya angin hari ini. Ia pun tertidur diselimuti suasana mendung dengan sedikit rintik menyertainya. Berharap semua ini hanyalah mimpi saat terbangun, berjanji pada dirinya sendiri bahwa pelukan itu pasti akan Ia dapatkan suatu hari nanti. Ia masih percaya pada bunga smeraldo indah itu, jika pun Ia bisa memilih maka Ia akan meminta terlahir sebagai sekumpulan smeraldo-smeraldo liar yang indah di hamparan rumput luas.
'Drrrrrrttttt,drrrtttt'
Ponselnya bergetar beberapa kali membangunkan Agha dari tidurnya yang sedikit lama dari biasanya. Panggilan masuk dari Gavin terpampang jelas di layar ponselnya.
"Hmm"
"Udah bangun lo? ke basecamp ya kita tunggu" jawab Gavin di seberang sana.
Agha mematikan ponselnya tanpa menjawab apapun dan segera berlalu dari sana. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan taxi, Agha pun menuju basecamp yang dimaksud Gavin. Bukan basecamp Lucifer, tapi basecamp khusus hanya untuk Agha dan tiga sahabatnya. Mengabaikan ajakan pulang bersama Archio yang ternyata sempat menunggunya sebentar lalu akhirnya memutuskan untuk pulang lebih dahulu.
Namun siapa sangka di jalan ada sedikit masalah, taxi yang ditumpangi Agha tidak sengaja menabrak gadis yang hendak menyebrang jalan.
'Bruk'
"Aww!" pekik gadis itu.
Agha dan sopir taxi itu pun bergegas keluar untuk memeriksa keadaan gadis yang tersungkur ke aspal.
"Aduh mbak, mbak gapapa?"
"Gapapa kok pak, ini salah saya yang nyebrang gak liat-liat" ucap gadis itu sedikit membungkuk.
"Makanya kalo nyebrang tuh liat-liat, jangan nyusahin orang, nih" sarkas Agha sambil memberi plester luka.
"Ayok pak jalan lagian bukan salah bapak kok, dia aja yang gak liat jalan!" Agha pun masuk kedalam Taxi disusul pak sopir.
"Lain kali hati-hati ya mbak"
"Iya pak sekali lagi maaf" gadis itu pun mundur dan berlalu dari sana.
-Save Me
Naxit Sendriana

KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
Teen FictionPip..pip..piiiiiiiiiiiiiiiiiip............. Garis lurus dimonitor terpampang jelas diiringi suara berdenging panjang. Agha sudah menyerah? tampaknya ia menyerah untuk kali ini. Luka yang tidak pernah bisa sembuh. Luka yang berkali-kali membunuhnya. ...