71. Wewe Gombel (6)

138 10 0
                                    

Hari itu, aku mendapatkan amanat untuk menjaga seorang gadis kecil oleh seorang pria. Ia berkata bahwa istrinya akan segera melahirkan lagi.

Aku pun menerimanya, karena ibu dari gadis kecil itu adalah teman dekatku.

Setelah beberapa waktu, aku merasakan suatu energi yang ku kenal datang mendekati salah satu pintu dimensiku.

Aku pun membuka portal ke tempat tersebut. Di sana, hujan turun dengan sangat deras disertai gemuruh petir yang menggelegar.

Dari balik rintik-rintik hujan, aku melihat seorang arwah wanita berambut panjang sedang menggendong seorang anak kecil.

Wanita itu adalah Kinanti, dan anak kecil yang sedang ia gendong adalah kamu, Praja.

***

Wewe Gombel pun selesai bercerita, semua orang hanya terdiam mendengar ceritanya. Terutama Praja yang saat ini sedang tertegun akibat masa lalu yang tidak ia ingat sama sekali.

Maya pun memegang pundak Praja, mencoba untuk menenangkannya. Kini ia pun kembali berbicara pada Wewe Gombel.

"Jadi dulu kamu telah menjaga kami ya, Wewe Gombel?" Tanya Maya.

"Ya, itu sebabnya aku menyambut kalian ke tempatku. Meskipun awal pertemuan kita tadi sangat buruk sih!" Jawab sosok itu.

"Tapi kenapa saat kelahiran Nayla, ayahku menitipkanku padamu? Lalu apa hubunganmu dengan ibuku?" Tanya Maya lagi.

"Kau tahu, ibumu adalah seorang Indriya. Sudah hal umum bagi seorang Indriya untuk akrab dengan mahluk gaib seperti kami. Untuk alasan mengapa ayahmu menitipkanmu padaku karena ada rumor bahwa seseorang berniat untuk mencelakakan kalian, para Indriya!" Jelasnya.

Semua orang kembali terbelalak mendengar, kemudian Maya pun teringat akan pelaku dari teror Kinanti di kostannya dulu masih belum terungkap.

Maya pun menceritakan soal apa yang telah Kinanti perbuat padanya. Wewe Gombel tampak serius mendengarkan, sesekali wajahnya menampakkan rasa terkejut atas cerita yang Maya utarakan.

"Begitu ya, sepertinya proses perubahan wujud menjadi kuntilanak itu telah merusak pikirannya!" Balas Wewe Gombel.

"Proses perubahan wujud menjadi kuntilanak?" Praja tampak bingung dengan penjelasan Wewe Gombel.

Wewe Gombel kemudian menjelaskan, bahwa kuntilanak itu bukan berasal dari bangsa jin, bukan juga ada dengan sendirinya.

Melainkan mereka berasal dari arwah seorang wanita yang telah mati, kemudian arwah itu dimodifikasi secara paksa dengan kekuatan gaib, hingga jadilah ia sebagai Kuntilanak.

Praja terkejut dengan penjelasan Wewe Gombel, ia baru tahu ternyata asal-usul Kuntilanak berasal dari cara seperti itu.

"Lantas, bagaimana dengan kamu, Wewe Gombel? Apakah kamu hasil modifikasi juga?" Tanya Nayla dengan penasaran.

Wewe Gombel pun menyanggah ucapan Nayla. Ia pun menjelaskan bahwa asal-usulnya berbeda dari hantu lainnya.

"Kalian tahu, bahwa Wewe Gombel bukanlah nama dari suatu jenis hantu atau semacamnya. Melainkan Wewe Gombel adalah nama yang disematkan hanya padaku seorang, sang hantu yang dikenal sebagai hantu penculik anak-anak!" Jelasnya.

"Jadi maksudmu, legenda Wewe Gombel hanya merujuk padamu saja?" Tanya Bima.

"Ya, dengan kekuatanku, aku mampu menandai beberapa titik di seluruh Nusantara. Dari setiap titik itu aku mampu membuka portal dengan mudah, bahkan memata-matai area sekitar titik portalku, jaga-jaga jika ada anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tua mereka!" Jawab Wewe Gombel.

"Kenapa kamu begitu terobsesi dengan anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tua mereka?" Heran Praja.

"Itu karena dulu aku mempunyai seorang putra, hanya saja karena suatu kejadian, ia kehilangan nyawanya. Bahkan setelah kematianku, aku begitu merindukannya, aku tak bisa bertemu dengannya karena jiwaku tertahan di dunia ini. Itu sebabnya aku sangat marah, jika ada orang tua yang menelantarkan anak-anaknya. Aku ingin mereka tahu, rasanya kehilangan anak itu seperti apa!" Jawabnya sembari tertunduk.

"Tapi aku rasa, orang mati yang suka mencampuri urusan orang hidup itu bukanlah hal yang tepat. Masih banyak manusia yang mampu melindungi anak-anak itu!" Balas Maya.

"Mampu melindungi? Aku rasa tidak begitu! Manusia memang banyak menciptakan organisasi untuk melindungi kesejahteraan anak-anak, hanya saja masih banyak anak-anak yang menderita di dunia ini, yang tak mampu dilindungi oleh mereka. Setidaknya aku ingin melindungi anak-anak itu meskipun hanya mampu menjangkau sebagian Nusantara saja." Sanggah Wewe Gombel.

"Terkadang hal yang kubenci dari para manusia itu, mereka mampu membuat anak, tapi tak mampu mengurusnya. Hingga akhirnya, anak-anak merekalah yang menderita. Seharusnya masa anak-anak adalah masa yang membahagiakan, masa-masa dimana mereka bisa bermain dan belajar, bukannya harus mengalami penderitaan hanya karena kegagalan orang tua mereka!" Ucapan Wewe Gombel membuat semua orang di sana hanya diam tertegun.

Pandangan Wewe Gombel pun teralih pada anak-anak yang bermain di sekitar mereka.

"Lihatlah mereka, meskipun saat ini mereka hanyalah roh yang bergentayangan di dimensiku, tapi nyatanya mereka bahagia kan? Mereka tersenyum dan bermain dengan teman-temannya tanpa beban pikiran, tidak seperti kehidupan yang ditawarkan oleh orang tua mereka!" Tegas Wewe Gombel.

Praja pun memperhatikan wajah anak-anak itu, hingga ia menyadari ada yang salah pada anak-anak itu.

"Tunggu dulu, apa kamu yakin mereka benar-benar bahagia?" Pertanyaan Praja mengejutkan Wewe Gombel.

"Tentu saja, lihatlah wajah yang mereka yang tersenyum bahagia!" Balas Wewe Gombel.

"Tapi, jika kamu memperhatikan dengan lebih detail, maka tatapan anak-anak itu akan tampak kosong. Tatapan yang seperti itu bukanlah tatapan anak-anak yang bahagia!" Jelas Praja.

"Itu benar, tadi aku juga ngerasa aneh saat bertemu anak-anak itu. Terutama dari tatapan mereka yang tampak kosong itu!" Lanjut Nayla.

"Aku juga ingat, ada rumor bahwa anak-anak yang ditemukan setelah diculik Wewe Gombel seringkali menjadi gila dan hilang akal. Apa itu sengaja kamu perbuat?" Tanya Bima dengan curiga.

"Mana mungkin aku melakukan itu, itu hanyalah efek samping dari perpindahan dimensi milikku. Jika jiwa atau roh manusia berada di dimensi ini terlalu lama, maka dapat merusak pikiran mereka. Hanya orang-orang tertentu seperti kalianlah yang mampu menahan efek sampingnya!" Jawab Wewe Gombel.

"Ada efek samping ya, itu berarti tindakanmu menculik anak-anak tidak dapat dibenarkan apapun alasannya. Karena kenyataannya tindakanmu hanya merugikan mereka saja!" Ujar Praja.

"Lagipula, sejak awal yang namanya penculikan itu tidak bisa dibenarkan secara hukum kan?" Sahut Bima.

"Tapi nyatanya hukum alam gaib itu berbeda dengan hukum di dunia kalian!" Balas Wewe Gombel.

"Tapi nyatanya kau ikut campur dengan urusan dunia kami, itu berarti memakai hukum dari dunia kami juga bukan hal yang salah kan?" Bantah Praja, membuat Wewe Gombel mendecak kesal.

Saat mereka sedang berdebat, tiba-tiba Maya berbicara dan menghentikan perdebatan itu.

"Wewe Gombel, kedatanganmu kemarin ke rumah pak Rudi untuk menyadarkan beliau kan? Kamu ingin keluarga pak Rudi kembali normal dan kamu bisa mengembalikan Eli dengan tenang?" Ucap Maya.

"Itu benar, tapi sampai sekarang keluarga bodoh itu masih gak sadar-sadar juga!" Balas Wewe Gombel dengan perasaan kesal.

"Kalo begitu biar kami membantumu! Aku juga tidak setuju dengan penculikan yang kamu lakukan, jadi setidaknya aku ingin membantumu untuk mengembalikan Eli dalam keadaan aman. Setelah itu, tolong ceritakan tentang dirimu dengan lebih detail. Karena aku ingin lebih mengenal soal dirimu, dan juga alasan yang melatarbelakangi penculikan yang selama ini telah kamu lakukan!" Pinta gadis itu.

Wewe Gombel terdiam sejenak, ia tampak memikirkan permintaan dari Maya, sebelum akhirnya ia mengangguk menyetujui permintaan dari gadis itu.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang