5. Hanya Teman(?)

54 7 0
                                    

Dua minggu berlalu semenjak Ira pergi ke Bogor dan Puncak bersama Javas. Dua minggu ini pun Javas seperti menghilang tanpa jejak. Sebenarnya, ini sudah menjadi hal yang biasa untuk Ira. Mereka selengket perangko dan amplop dalam durasi tertentu. Lalu, kembali ke kesibukan masing-masing, tanpa menanyakan kabar satu sama lain.

Begitu pun saat ini. Ira tidak berusaha untuk mencari tahu kabar Javas, walau dia bisa saja datang ke apartemen tempat lelaki itu tinggal. Dia juga tidak akan mengirimkan pesan atau DM sekali pun. Bahkan, sekarang, dia tidak lagi frustasi berharap lelaki kelahiran Agustus itu mengunggah snapgram untuk tahu bagaimana kabarnya.

Ira akan menjalani hari-hari seperti biasa. Pergi ke sekolah dan melakukan jobdesk sebagai seorang sales. Pulang naik KRL dari Stasiun Depok Baru ke Stasiun UI demi menghemat uang. Membeli lauk dan sedikit menyapa sang penjual. Bahkan, berbicara dengan barista di salah satu kedai kopi langganannya yang menyatu dengan mini market di dekat kosannya.

Selama dua minggu ini, Ira sempat ke Bogor lagi. Bukan untuk menemui Alleta karena dia masih sedikit canggung, mengingat bagaimana pertemuan awal mereka. Gadis itu datang menemui sang adik sepupu, yang juga kuliah di kampus yang sama dengan Alleta.

"Kakak mau ke mana?" Tanya Yesha. Ya, Yesha adalah adik sepupunya Ira. Lelaki itu baru saja menjemputnya ke Stasiun Bogor.

Sebenarnya Ira tidak tahu ingin ke mana. Dia hanya ingin melepas penat saja. Hanya Bogor yang terlintas di benaknya saat ini. Kota yang banyak memberikan kenangan bersama mantannya dan tentu juga Javas.

"Kita ke Tosca Cafe aja, yuk," ujar Ira seraya mengambil helm dari tangan Yesha. Lalu, dia pun naik ke atas motor yang lelaki kelahiran April itu gunakan, setelah memasang helm.

Singkat cerita, mereka pun langsung ke Tosca Cafe. Sebuah kafe yang terletak di Bogor Utara. Kafe itu bernuasa nyaman dengan banyak aksen cat berwarna tosca. Di dalamnya terdapat rak buku. Para pengunjung bisa meminjam buku-buku yang berada di rak tersebut, selama berkunjung di kafe itu.

Bagi Ira, kafe ini memiliki banyak kenangan. Bukan kenangan dia bersama Javas. Namun, kenangan dia bersama Raka. Hanya saja, gadis itu tidak ingin melupakan kafe itu dan tidak mengunjunginya lagi demi menghapus jejak Raka di ingatannya. Makanan dan minuman di kafe itu sangat enak untuknya. Jadi, rasanya sayang kalau dia tidak menginjakan kaki di kafe ini kalau ada waktu ketika ke Bogor.

Sebenarnya, Ira sangat ingin mengajak Javas ke sini. Sayangnya, dia belum ada kesempatan untuk mengatakannya. Selain karena ritme hubungan mereka yang seperti ini, Javas selalu mengajaknya ke Bogor karena ingin mengunjungi Alleta dan mereka jarang berkunjung ke daerah Bogor Utara.

"Kamu mau apa?" Tanya Ira setelah dia dan adik sepupunya memasuki kafe tersebut. Yesha langsung melihat daftar menu.

"Matcha latte aja deh."

"Kuenya?"

"Ngikut kakak aja."

Ira pun memesan minuman dan dua potong kue untuknya dan Yesha. Lalu, mereka duduk sampingan di kursi yang selalu Ira pilih dari awal dia tahu kafe ini. Keduanya mulai berbincang banyak hal. Kebanyakan Ira menanyakan bagaimana kesibukan Yesha sebagai mahasiswa semester tiga. Lalu, pesanan mereka pun datang tidak lama setelahnya.

"Kakak mesan iced americano?" Tanya Yesha sedikit terkejut.

Ira hanya mengangguk. Lalu menyesap minuman tersebut. Yesha hanya mampu menggelengkan kepalanya karena kakak sepupunya sanggup mengonsumsi minuman yang menurutnya tidak sesuai seleranya.

"Kayaknya setiap ketemu kakak sering minum itu."

Ira tersenyum. Ya, dia jadi ikutan menyukai iced americano karena Javas. Padahal dia tidak sekuat itu untuk minum kopi. Kalaupun dia mau minum kopi, pasti dia lebih memilih untuk minum latte.

APT. (아파트)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang