.
Hoseok duduk dibawah pohon besar dengan matahari yang menyinarkan mata. Ia mulai berbaring diatas rumput, menutup matanya dan terdiam menikmati cahaya matahari. "Hmm.. apa cahaya ini masih bisa aku rasain?" Ia menghembuskan nafasnya lembut, dadanya terasa tenggelam kedalam rumput lebat. Berat."Kan kamu mataharinya."
Hoseok segera bangkit setelah mendengar suara Namjoon. "Ngagetin tau!!" Protesnya sembari mengusap dadanya kaget. Namjoon hanya terkekeh. "Ini.. topengnya." Dengan ragu Hoseok mengulurkan tangannya, memberikan topeng iron man yang Jimin belikan.
Perlahan tangan yang lebih besar meraih dari balik pohon. Tak lama suara tawa terdengar dari balik pohon, yang membuat Hoseok penasaran. Rasanya ingin mengintip, tapi ia urungkan. "Kenapa ketawa??" tanyanya pada akhirnya dengan penasaran.
"Nggak tau. Lucu banget kaya mau cosplay. Hahaha!!" Suara tawa itu makin menggelegar.
Hoseok mendengus kesal, "Itu temen aku yang beliin!!" Serunya dengan nada merengek. "Kalo nggak suka...yaudah. maaf." Lirihnya.
Mendengar nada suara Hoseok yang melemah, Namjoon mengintip dari balik pohon. Perasaan bersalah tiba-tiba saja menghampiri. "Lucu kok.. tapi besok aku minta tolong Hyung aku beliin yang bagus."
"Maaf ya Namu." Jarinya merobek-robek daun yang berjatuhan, Hoseok juga merasa bersalah. "Padahal ironman kan keren. Punya kekuatan super." Ucap Hoseok pada diri sendiri.
Namjoon menatap topeng ditangannya, mengusap benda itu pelan. Apa ironman yang kuat ini cocok untuknya? Sosok superhero yang kuat sama sekali tak pernah merasa cocok untuknya. Sosok manusia yang lemah, cengeng, dan pengecut lebih cocok untuknya. Ia tertawa hambar, tak terasa air matanya mulai membasahi pipinya lagi. Bagaimana bisa Taehyung begitu tega kepadanya, meninggalkannya hancur seperti ini.
"Namu?"
Namjoon segera mengusap pipinya, "ya?"
"Punya hp nggak?" Tidak ada jawaban, lalu Hoseok kembali berkata. "Bukan apa-apa sih. Cuma biar kalo aku dateng bisa ngabarin."
"Tinggal ketuk pintuku aja. Lagipula aku sering liat kamu dateng."
"Bukan gituu.." Hoseok membenarkan duduknya, bersiap memberikan alasannya. "Liat tadi. Aku dateng ternyata kamu abis dari luar. Untungnya aku dateng pas kamu juga pulang. Gimana kalo enggak? Gimana kalo aku dateng kamuu nggak ada?"
"Ya nggak apa-apa."
Hoseok merasa tidak terima dengan jawaban Namjoon yang ia rasa seenaknya. "Nggak bisa gitu dong! Kalo aku diculik orang gimana? Kalo aku dimakan beruang hutan gimana?" Ucapnya menggebu-gebu.
"Jangan bercanda. Nggak ada orang yang dateng kesini kecuali kamu."
"Makanya kan!! Terus beruang.."
"Emang kamu pernah liat beruang?"
Hoseok terdiam sejenak, memukul udara kesal. "Nggak tau deh!!" Ia menggerutu kesal.
"Jangan ngambek, besok dateng aku bikinin sesuatu."
"Mau dibikinin apa?" Tanya hoseok penasaran.
"Buket bunga. suka, kan?"
Rasa kesalnya hilang, kepalanya mengangguk dengan semangat. "Serius ya!?? Janji kamu bikinin!??"
Namjoon terkekeh. "Iya.."
"Tapi.. beneran kamu yang bikin? Gimana kalo ternyata kamu beli?" Namjoon terdiam, tidak menjawab. Ternyata lelaki itu tidak mengerti dengan kode yang Hoseok lontarkan. "Isshh.. bikin depan aku lhoo.."
"Haha.. nggak bisa janji. Nanti kalo Hyung aku udah beliin ya."
"Assaa!! Besok aku bawain cemilan.. yeye!! Liat Namu!!" Hoseok menggerakan tubuhnya girang.
Dari balik pohon Namjoon ikut tertawa melihat bayangan Hoseok yang menari bersemangat. "Udah sore.."
"Haaa.. mau disini aja, boleh nggak sih?" Ucap Hoseok cemberut.
"Nggak boleh. Besok kan datang lagi. Ayo pulang, sebelum gelap." Namjoon bangkit dari duduknya, menepuk pantatnya yang kotor.
"Capek disana.." Suara Hoseok terdengar lelah, "Disuntik terus, kasurnya nggak enak, enakan rumput disini. Sumpek juga, kalo disini kan enak, bebas.." tambahnya.
"Hoseok.."
"Iya.. iya.." Hoseok memetik beberapa bunga sebelum beranjak. "Aku pulang ya.." pamitnya dan mulai meninggalkan Namjoon yang hanya bisa menatap punggungnya dari balik pohon.
Namjoon terdiam, perasaan aneh mulai muncul lagi. Perasaan tak mau pisah. Bahkan kini malamnya terasa sangat sunyi, berbeda dari sebelum bertemu dengan Hoseok. Pagi hari selalu ia nantikan, pupuk bunga tak pernah ia lewatkan demi bunga yang subur agar senyum secerah matahari itu bisa ia liat. Tapi kini ia mulai takut, takut jika perasaan ini semakin besar. Takut jika perasaan yang lebih dalam lagi akan mengutuknya. Bagaimana jika semesta akan mengambilnya lagi? Bagaimana jika ia tak bisa lagi melihat Hoseok? Namjoon tak mau. Ia bersedia terus begini asal Hoseok selalu tersenyum kearahnya..
See yaa..🐨🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
the truth untold
Fanfictionbased on the truth untold by BTS Mungkin, jika dulu aku punya keberanian sedikit untuk berdiri di hadapanmu Apakah semuanya akan berbeda sekarang? - Namjoon