part 21

39 6 2
                                    

********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

********

Setelah mengantar Luna dan memastikan ia aman, Willi akhirnya sampai di rumahnya yang sederhana. Begitu membuka pintu, ia langsung terkejut melihat kakek dan neneknya duduk di ruang tamu dengan senyuman hangat yang menyambutnya. Kakek dan neneknya baru saja tiba dari perjalanan panjang kembali ke Korea. Kehadiran mereka membuat Willi terharu, karena ia tahu betapa mereka sangat merindukannya.

"Ah, cucu ku sudah besar dan tampak tampan. Kami sangat merindukanmu, Willi." kata neneknya sambil memeluknya erat. Kakeknya yang biasanya pendiam, juga tersenyum penuh kebahagiaan.

"Nenek, kakek!!" Sapa willi dan memeluk hangat mereka.

Kehilangan satu anak mereka dulu, yang adalah bibinya Willi, membawa trauma mendalam bagi kakek dan neneknya. Sejak saat itu, Willi menjadi satu-satunya cucu dan sumber harapan mereka. Ibunya, Sherly, sering bercerita pada Willi betapa kakek dan neneknya mencurahkan kasih sayang sepenuhnya padanya sebagai pelipur atas rasa kehilangan itu.

Setelah melepas rindu, kakeknya bertanya tentang kehidupan Willi, terutama tentang teman-temannya dan apa saja yang ia lalui selama mereka tidak ada. Sambil bercerita, Willi teringat pada Luna, yang baru saja ia antar pulang, dan tanpa sadar senyumnya merekah. Neneknya langsung menyadari perubahan ekspresi Willi dan bertanya dengan nada penasaran, "Siapa yang membuat cucu nenek tersenyum seperti itu, hmm?"

Willi sempat terdiam, namun akhirnya ia mengaku, "Namanya Luna, Nek. Dia teman yang sangat dekatdekat denganku, bahkan mungkin lebih. Dia baik, ramah, dan selalu membuat hari-hariku lebih berarti."

Mendengar itu, neneknya tersenyum lebar, tampak senang bahwa Willi telah menemukan seseorang yang spesial. Kakeknya pun memberi nasihat bijak, "tapi kau juga tidak lupa kan, dengan study mu. Jangan sampai hal yang seperti itu akan mengganggu fokus belajarmu"

"Siap kakek, semuanya aman__, oh ya willi masuk dulu ke kamar ya" Pamit willi karna ingin segera mengganti dan membersihkan tubuhnya yang kelelahan.

Setelah willi pergi, keheningan melanda sherly menatap sendu kedua orang tuanya, Beni dan Hannah, yang duduk diam di ruang tamu, tenggelam dalam kenangan lama yang penuh duka. Hari ini adalah peringatan meninggalnya kakak Sherly, yang mereka cintai dan rindukan. Beni dan Hannah bahkan rela menempuh perjalanan jauh dari Paris ke Korea demi menghormati hari ini, untuk kembali mengunjungi peristirahatan terakhir putri mereka yang telah pergi dalam kecelakaan tragis beberapa tahun silam.

Sherly merasa keheningan itu menambah berat kesedihannya. Sejak kehilangan kakaknya, ada kekosongan dalam hatinya yang tak pernah bisa terisi. Rasa rindu yang mendalam masih menghantui, dan setiap peringatan ini mengingatkan Sherly pada semua kenangan bersama kakaknya yang kini tinggal menjadi bagian dari masa lalu. Sambil menahan tangis, ia merasakan kehilangan yang sama seperti kedua orang tuanya.

Namun, ada satu hal lain yang terus membuatnya resah-anak dari kakaknya, keponakannya, yang dulu sangat ia harapkan. Setelah kematian kakaknya, kontak dengan keponakannya perlahan-lahan menghilang. Sherly sudah berusaha mencari, tetapi semua usahanya tidak pernah membuahkan hasil. Keponakannya, yang kini mungkin sudah tumbuh dewasa, adalah satu-satunya peninggalan kakaknya yang tersisa di dunia ini. Namun, ia tak tahu di mana keberadaannya atau bagaimana kondisinya.

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang