51. Pillowtalk

146 27 5
                                    

Sinar matahari yang menembus celah tirai menerpa wajah Habib membuatnya terpaksa membuka mata. Dia tertegun sejenak mendapati Aina yang terbaring cantik di sebelahnya. Rasanya belum terasa nyata bahwa wanita cantik ini adalah istrinya. Meskipun semalam mereka sudah melakukan hal-hal yang biasa dilakukan suami istri sampai pagi dan kemudian mandi, shalat shubuh berjamaah lalu tidur lagi. Habib masih juga berpikir, pantaskah ia mendapatkan ini semua? Segala kemewahan ini? Akankah kebahagiaan ini bertahan selamanya?

"Kalau dilihatin gitu terus aku juga bisa malu."

Ucapan Aina yang terlontar membuat Habib sadar kalau istrinya itu tidak tidur meski matanya tertutup. Habib jadi salah tingkah juga karena ketahuan menatap lama istrinya. Akhirnya di melantur sambil menunjuk cahaya mentari di belakang tirai mereka.

"Aku lagi mikirin tentang cahaya matahari. Ini adalah Rahmat Allah bagi kehidupan kita. Kita sudah biasa melihatnya hingga mengabaikannya. Tetapi Einstein bisa melihat cahaya ini berbeda dan akhirnya menemukan teori relativitas."

Aina membuka mata dan mengerutkan kening sejenak. Dia jadi ikut melihat cahaya matahari pagi yang mengintip mereka dari balik tirai.

"Para ilmuwan yang mengamati alam. Melihat kejadian-kejadian yang biasa akhirnya bisa menemukan sesuatu yang hebat tentang kebesaran Allah. Sementara kita umat Islam sebenarnya sudah mengetahui penjelasannya dari Ayat Qur'an tapi kita tidak menyadarinya. Surat Al Hajj ayat 47. 'Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti 1000 tahun dari tahun yang kamu hitung.' Kalau kita menelaah ayat ini sebenarnya adalah tentang dilatasi waktu. Waktu itu bukan sesuatu yang mutlak tetapi relatif terhadap objek yang bergerak."

Aina mengerjap-ngerjapkan mata. Tidak menyangka pagi-pagi begini dia langsung dihajar teori fisika. Padahal semasa sekolah dulu fisika adalah hal yang dia benci. Namun karena yang berbicara adalah suaminya, tentunya Aina harus menghargainya.

"Einstein? Apa Einstein menemukan teorinya dari melihat cahaya ini seperti Isac Newton yang melihat apel jatuh ke bawah?" tanya Aina sok antusias.

"Tepat sekali. Cahaya itu aneh. Dia adalah gelombang tapi dia unik jika dibandingkan dengan gelombang yang lain. Gelombang pada dasarnya adalah gangguan pada sebuah medium. Seperti saat kita menyentuh air yang tenang akan muncul gelombang yang merambat di permukaannya. Atau suara. Suara adalah gangguan pada udara. Suara memerlukan medium untuk merambat yaitu udara. Tapi cahaya tidak. Dia bisa merambat tanpa melalui medium apa pun. Bahkan merambat di dalam ruang hampa. Dan tidak ada yang bisa memperlambatnya. Kecepetannya selalu sama 300.000 km/detik. Kita merasakan waktu yang sama karena kecepatan kita selama ini tidak jauh berbeda. Sementara bagi Allah yang menguasai cahaya, konsep waktu itu sudah tidak berlaku lagi."

Aina berkedip-kedip karena masih tidak memahami penjelasan Habib.

"Kamu pernah nonton film X-Men nggak atau The Flash. Kamu tahu kan adegan saat superhero ini menggunakan kekuatannya seperti apa?"

"Ah, iya aku tahu. Adegan slow motion seperti itu kan? Semuanya jadi melambat."

"Iya. Einstein membayangkannya persis seperti itu. Jika kita bisa bergerak seperti kecepatan cahaya maka yang lain akan terlihat melambat. Karena itulah waktu menjadi relatif. Seperti itu kira-kira waktu di sisi Allah jika dibandingkan dengan kita."

Netra Aina terbelalak kagum. Dia jadi agak malu karena harus pakai referensi film dulu biar dia mengerti dengan penjelasan Habib.

"Kamu tahu serial TV Heroes nggak?"

"Oh, itu tontonan kesukaanku zaman SMA dulu! Aku dulu jadi jarang shalat tarawih gara-gara belain nonton film itu terus dimarahi Ibu."

Aina terkekeh karena nostalgia bagaimana dulu Ibunya selalu memarahinya karena dia sibuk menonton TV series itu. Aina sangat menyukai film dengan konsep superhero berkekuatan super.

"Nah, kamu tahu Hiro kan. Kemampuannya dia adalah mengendalikan waktu. Kalau tidak salah di season tiga muncul satu Hero yang bisa berlari secepat kecepatan cahaya."

"Ah iya! Aku ingat adegan itu! Aku kaget karena cewek rambut pirang itu nggak terpengaruh kekuatannya Hiro! Dia bahkan bisa ngobrol sama Hiro padahal Hiro sudah menghentikan waktunya!" seru Aina.

"Aku dulu berpikir kenapa cewek itu bisa seperti itu. Aku baru memahaminya ketika aku belajar teori relativitas Einstein. Pada saat kita bisa mencapai kecepatan cahaya, maka waktu itu tidak akan lagi berarti."

Aina terpana. "Aku nggak nyangka kamu pinter fisika juga. Kukira kamu pinter matematika aja."

Habib terkekeh. Padahal niatnya tadi cuman mengalihkan perhatian dari saltingnya tapi dia malah kelewatan nyerocos tentang teori relativitas. "Yah, fisika dan matematika itu bersaudara. Bahasa Fisika adalah matematika. Fisika menggunakan bahasa matematika untuk mendeskripsikan fenomena alam. Persamaan, grafik, dan kalkulus adalah alat-alat yang tak tergantikan dalam merumuskan hukum-hukum fisika. Tanpa matematika, kita tidak akan bisa mengukur, memprediksi, atau menjelaskan berbagai kejadian di alam semesta. Sebaliknya, fisika juga seringkali menjadi inspirasi bagi perkembangan matematika. Masalah-masalah dalam fisika seringkali memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru dalam matematika, yang kemudian mendorong para matematikawan untuk mengembangkan konsep dan metode baru."

***

Halo guys, Alex di sini! Kalian kangen aku nggak? Buset, Aina sama Habib pillow talk nya bahas matematika dan fisika. Bikin pusing aja nggak sih?

Jumat berkah masih ada sampai hari Senin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jumat berkah masih ada sampai hari Senin. Ayo diklaim vouchernya jangan sampai kehabisan.

Terpaksa Menikahi Dokter 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang