Saat waktu pulang, Tristan sudah berada di Parkiran bersama semua saudara-saudaranya. Ia menggeram frustasi akan keadaan ini.
"Eh, gue punya satu solusi. Sekarang kan Nayla udah tau siapa kita. Dan bisa aja dia berkoar-koar memberitau semua orang kalo kita itu vampir. Gimana kalo kita abisin dia. Ambil darah sucinya, dan kasih ke ayah. Gue rasa ini waktunya." Celetuk Digo yang tak bisa membaca situasi.
Bugh...
Tanpa aba-aba, Tristan memberikan pukulan telak pada Digo. Laki-laki jangkung itu pun menarik kerah seragam Digo dengan keras.
"Lalu, gimana dengan Sissy yang juga udah tau kalau kita itu vampir?" Desis Tristan memancarkan amarah.
"Eh, Sissy mah beda. Dia bisa dipercaya. Dan dia bisa menerima gue apa adanya. Sementara Nayla? Belum apa-apa dia udah mutusin lo gara-gara merasa terancam. Coba kalo dia semakin merasa terancam? Mungkin bisa aja dia berkoar-koar ke semua orang kalo kita itu vampir?"
Mendengar itu, Tristan semakin marah. Baru saja ia ingin memukul Digo lagi, namun semua langsung bertindak untuk memisahkan mereka. Yasha dan Liora memegangi Tristan. Sementara John dan Jordan memegangi Digo. Thea yang posisinya paling jauh tak memegangi siapa-siapa.
"Digo! Lo jangan gila, ya! Pasti masih ada solusi lain, selain menghabisi nyawa Nayla!" Walaupun begitu, kini Thea lah yang menegur sang adik.
"Solusi apaan? Lo punya solusi?" Tanya Digo meremehkan.
Merasa kesal, Thea memutuskan untuk pergi saja. Namun Digo langsung menyeletuk.
"Heh, Thea! Lo mau kemana?"
"Gue mau ke Rumah Nayla. Siapa tau, gue bisa menjelaskan pada Nayla baik-baik."
Digo malah terkekeh sinis, "Enggak! Lo gak mungkin ke Rumah Nayla. Iya, kan? Lo mau nemuin Galang."
Thea menatap Digo tajam, "Mau nemuin Galang atau enggak, itu urusan gue. Lagian, lebih baik gue menemui Galang daripada gue ngeliat kalian berantem disini." Setelahnya Thea menghambur pergi.
"Heh, Thea!" Panggil Digo dan Thea tidak mengubrisnya.
***
Begitu tiba di Rumah, Nayla kembali menangis. Ia menangis di sofa Ruang Tamu. Gadis itu masih belum bisa menerima semuanya. Ini mustahil, tapi nyata. Nayla belum bisa menerima fakta kalau Tristan adalah vampir. Jadi, ia hanya bisa menangis dan menangis sekarang.
Tiba-tiba...
Tok-tok-tok
Nayla terkesiap. Siapa yang datang? Sambil menyeka air matanya, Nayla lekas membukakan pintu.
Ceklek...
"Nay?"
"Galang?"
Melihat Galang, Nayla langsung menghambur ke pelukannya. Entah mengapa ketika melihat laki-laki itu sekarang, ia merasa seperti punya harapan? Nayla melanjutkan tangisannya dalam pelukan Galang.
"Nay. Kita duduk dulu, Nay?" Ucap Galang.
Nayla mengangguk. Namun walaupun begitu, ia enggan untuk melepaskan pelukannya terhadap Galang. Saat ini, pelukan laki-laki itu yang ia butuhkan. Alhasil, Galang lah yang akhirnya menggiring Nayla untuk duduk. Setelah duduk, Nayla malah semakin mengeratkan pelukannya.
Sementara diluar. Rupanya Thea memang datang ke Rumah Nayla. Ia tidak berbohong pada Digo tadi. Namun, Thea malah termenung saat ia mendapati motor Galang yang berada di depan Rumah Nayla.
"Apa yang akan dilakukan oleh Galang kepada Nayla disaat seperti ini?" Tanya Thea lirih.
Thea pun melirik pada pintu Rumah Nayla. Rupanya pintunya itu sedikit terbuka. Alhasil, ia pun menyembulkan kepalanya kedalam pintu itu guna melihat kedalam. Namun apa yang dilihatnya kemudian membuat Thea menitikkan airmatanya. Pemandangan Galang yang sedang memeluk Nayla seketika meremas hatinya. Tak sanggup melihat pemandangan itu, Thea menarik dirinya. Ia hanya bisa menangis diluar. Gadis itu membelakangi pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)
FanficGanteng Ganteng Serigala Fanfiction (My Version) Ketika makhluk Immortal hidup berdampingan dengan manusia. Galang dan Nayla adalah dua orang sahabat yang merupakan manusia biasa. Keduanya dekat bahkan saling membutuhkan. Namun, semuanya berubah ke...