05. Vide dans les ténèbres

10 3 0
                                    

Let's read the chapter guys!

🍂🍂🍂

Claudia, Julien, dan Marie berjalan menyusuri lorong bawah tanah gereja itu dengan perasaan was-was. Udara di sana begitu pengap, lembap, dan berbau debu yang pekat, seolah ruangan itu tak pernah disinggahi siapa pun selama bertahun-tahun. Cahaya dari lilin yang mereka bawa hanya bisa menerangi beberapa langkah di depan mereka, menimbulkan bayangan aneh yang meliuk-liuk di dinding batu.

"Aku nggak yakin kalau ini ide yang bagus," bisik Marie, menggenggam erat tangannya di dada. Dia melirik ke arah Claudia dengan tatapan gugup.

Claudia menggenggam tangan Marie, mencoba memberikan rasa tenang. "Kita nggak punya pilihan lain, kan? Ini satu-satunya petunjuk yang ada, dan kita sudah terlalu jauh untuk mundur."

Julien, yang berjalan di depan mereka, berhenti sejenak, lalu menatap ke belakang. "Kalau kamu mau kembali ke atas, nggak apa-apa, Marie. Kita bisa lanjut berdua aja."

Marie menggelengkan kepalanya cepat, meskipun wajahnya jelas menunjukkan ketakutan. "Nggak, nggak. Aku nggak bisa biarin kalian sendirian di tempat begini. Kita udah mulai bersama, jadi aku akan ikut sampai akhir."

Mereka melanjutkan langkah mereka dengan lebih hati-hati, menyusuri lorong yang sempit dan panjang itu. Dindingnya dipenuhi ukiran-ukiran kecil yang tampak kuno, gambar-gambar yang menggambarkan simbol-simbol aneh dan pola-pola yang saling berkelok, membentuk jalinan yang tidak mudah dipahami.

"Ada yang aneh dengan ukiran-ukiran ini," gumam Claudia sambil memperhatikan dinding di sampingnya. "Mereka kayak... menuntun kita ke sesuatu."

Julien mengangguk setuju, matanya terpaku pada pola-pola yang tertoreh di dinding. "Simbol-simbol ini kayak menyembunyikan sesuatu. Mungkin semacam kode atau petunjuk buat yang berani masuk ke sini."

Marie menyentuh salah satu ukiran, jari-jarinya menyusuri garis-garis kasar di batu. "Tapi kode buat apa? Kita bahkan nggak tahu apa yang kita cari."

Mereka tiba di ujung lorong, di mana terdapat pintu kayu tua dengan gagang besi yang sudah berkarat. Claudia ragu sejenak sebelum meraih gagang pintu itu. Dengan satu tarikan kuat, pintu tersebut membuka perlahan, mengeluarkan suara derit yang membuat bulu kuduk mereka meremang.

Di balik pintu, terdapat ruangan besar yang gelap gulita, hanya diterangi oleh sinar lilin mereka yang redup. Di tengah ruangan itu, terdapat altar batu yang tampak kuno, dikelilingi oleh lilin-lilin yang telah lama padam dan lapisan debu tebal. Di atas altar, ada sesuatu yang tertutupi kain merah gelap.

Dengan perlahan, Claudia melangkah mendekati altar itu, sementara Julien dan Marie mengikutinya dari belakang dengan hati-hati. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Claudia mengangkat kain merah itu, memperlihatkan benda di bawahnya.

Itu adalah sebuah buku tebal, dengan sampul hitam yang sudah memudar. Di tengah-tengah sampulnya, terdapat lambang mata yang sama dengan simbol di liontin milik Lacroix.

"Ini... pasti buku catatan Lacroix," kata Julien dengan suara nyaris berbisik, matanya terpaku pada buku di hadapannya.

---

"Kalau ini benar-benar catatan dia, mungkin kita akan menemukan jawaban dari semua ini," kata Claudia sambil membuka buku tersebut. Halaman-halaman buku itu kuno, dengan tulisan tangan yang indah namun rumit. Claudia mengamati beberapa halaman yang terbuka, dan melihat banyak simbol dan sketsa yang terlihat familiar.

"Coba lihat ini," ujar Claudia, menunjuk ke salah satu halaman. "Ini kayak simbol yang ada di dinding gereja."

Julien mendekat, dan seketika matanya berbinar. "Benar! Ini sama persis! Sepertinya Lacroix mencatat semua simbol yang ada di sini."

Secrets Behind The Scenes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang